"Rupanya benar kita telah terbodohi hyung," Seru Hendery menatap ke-6 temannya yang tengah menundukkan kepala.
Kondisi mereka saat ini terduduk di sebuah kursi dengan tubuh yang terikat. 5 orang yang pingsan sudah terbangun sejak setengah jam yang lalu. Tepat saat 4 pemuda gila itu mulai bercerita.
"Jadi ini jantung Hansol hyung," Gumam Doyoung menatap dada kirinya dengan tatapan sendu.
Sepertinya sekarang Doyoung tau alasan semuanya, jantung yang berdetak pada tubuhnyalah yang menjadi alasan mengapa kerap kali mimpi mengerikan itu membangunkannya pada jam yang sama, 05:28 pagi. Waktu kematian sang pemilik jantung yang sesungguhnya, Ji Hansol.
"Jadi kalian pelaku di balik kematian teman-teman kita dan orang-orang di kota Neo? Dan kau Jie, aku tidak menyangka jika kau adalah dalang dari semua ini," Shotaro menatap 4 orang yang tengah terduduk tampan di sofa dengan tatapan tidak percaya.
"Oh tunggu, kami tidak membunuh orang-orang kota Neo. Kami hanya membantu sepupuku Wen Junhui untuk membunuh mereka. Kami hanya membunuh 5 orang di luar NCT untuk peralihan sementara, tanpa ku jelaskan kalian pasti tau siapa mereka," Ujar Renjun memutar gelas wine di tangannya.
Doyoung dan Hendery saling tatap dalam diam, Doyoung mengedipkan matanya lalu diangguki pelan oleh Hendery.
"Sebaiknya kita apakan mereka?" Tanya Renjun menatap 8 pemuda yang tengah terikat di depannya.
"Bagaimana jika kita habisi dulu dua detektif bodoh itu?" Yuta menatap Hendery dan Doyoung secara bergantian, sedangkan beberapa cukup terkejut mendengar ada detektif di antara mereka.
"Detektif? Siapa?" Tanya Jaehyun menatap satu persatu temannya yang terikat.
"Oh kalian belum tau jika Hendery hyung dan Doyoung hyung itu adalah detektif dengan pangkat tinggi di kepolisian?" Tanya Haechan pura-pura terkejut.
Doyoung mendesis dan menatap nyalang ke arah Haechan, yang ditatap hanya menampilkan wajah tak berdosanya. Kini semua mata tertuju pada Doyoung dan Hendery seakan meminta penjelasan namun keduanya hanya menghela nafas lalu mengangguk.
"Ckckckck, teman macam apa ini? Seharusnya tidak ada rahasia di antara teman bukan? Ah tunggu, apakah ini termasuk penipuan?" Tanya Haechan dengan nada dibuat sedih.
"Cih! Kau bahkan menipu kami tentang kematianmu," Ujar Hendery membuat Haechan mendengus.
"Jika bukan karena rencana iblis kecil ini, aku tidak akan sudi memainkan drama menguras tenaga itu," Gerutu Haechan menunjuk Jisung, sedangkan yang ditunjuk hanya menatapnya datar.
"Mau ku patahkan jarimu Lee Donghyuck?" Dengan cepat Haechan menarik tangannya yang menunjuk Jisung, dia masih sayang jari-jari indahnya brader.
Ke 8 pemuda yang lain cukup terkejut dengan perkataan Jisung. Tata bicara Jisung yang mereka kenal bukan seperti ini, Jisung yang mereka kenal sangat menjunjung tinggi kesopanan dan tata krama terhadap yang lebih tua. Sedangkan Jisung yang berada di hadapan mereka saat ini, berbanding terbalik dengan Jisung adik kecil mereka.
"Aku cukup tersanjung kalian mau berkunjung ke rumahku," Ujar Jisung melangkahkan kakinya ke sudut ruangan.
Jisung membuka perlahan lemari kaca yang cukup menarik perhatian semua yang ada di sana. Tangan besarnya menarik keluar sebuah SIG Sauer dan Desert Eagle, lalu dengan cepat menutup dan mengunci kembali lemari kaca itu. Isinya terlalu berharga dan mahal jadi dia tidak rela jika semua itu disentuh oleh orang lain.
"Apakah ada yang ingin memainkan sebuah permainan sederhana denganku?" Jisung membalikkan badan lalu tersenyum manis kepada para pemuda itu.
Entah mengapa senyuman manis itu membuat bulu kuduk mereka berdiri seketika. Darah mereka berdesir saat melihat bagaimana dengan lihainya si maknae memainkan senjata api itu di tangannya.
"Jadi kalian ingin apakan mereka?" Tanya Jisung pada 3 pemuda tampan yang masih setia duduk di sofa.
"Incaran utama kami adalah Winwin hyung, Taeil hyung dan terutama Taeyong hyung. Tentu kau tau apa yang akan kami lakukan," Haechan bangkit dari duduknya lalu berjalan menghampiri Taeyong.
"Sepertinya kalian akan membutuhkan ini," Jisung melemparkan SIG Sauer P226 di tangan kirinya ke arah Yuta dan Renjun yang ditangkap dengan cepat oleh Yuta.
"Sudah lama tidak memegang pistol," Gumam Yuta menatap SIG Sauer yang berada di genggamannya.
"Berikan padaku hyung!" Renjun mengulurkan tangannya ke depan wajah, Yuta mengangkat bahu lalu menyerahkannya pada Renjun.
Renjun menatap Yuta dengan sambil menyeringai, sedangkan Yuta mengerutkan dahinya bingung.
Dor
"Argh!"
"TAEIL HYUNG!"
Ke 7 pemuda itu menatap khawatir Taeil yang mengerang kesakitan karena bahu kirinya ditembak begitu saja oleh Renjun. Darah terlihat jelas merembes dari baju hijau yang ia kenakan.
Taeyong bahkan berontak mencoba melepaskan diri untuk membantu Taeil tapi tali tambang mengikatnya dengan sangat kuat membuatnya tak bisa berbuat apa-apa.
"Aku hanya mencobanya, siapa tau Jisung lupa memasukkan peluru," Renjun hanya menampilkan wajah sok polosnya sedangkan Yuta dan Haechan menatap Renjun terkejut lalu kemudian mereka tertawa bersama.
"I want it, I get it," Gumam Jisung menatap mereka sambil tersenyum miring.
"SIALAN KAU HUANG RENJUN!" Teriak Taeyong menatap nyalang Renjun yang tertawa.
"Stts jangan berteriak Taeyong hyung," Haechan mengusap pelan pipi Taeyong lalu mengcengkram rahangnya.
Haechan menolehkan dengan cepat kepala Taeyong ke arah Taeil yang masih mengerang kesakitan membuat Taeyong merasa sedikit pusing.
"Kau tidak kasihan melihat hyung tertua kita kesakitan seperti itu? Apa kau rela melihatnya tersiksa?" Taeyong menggeleng kencang, Taeil sudah dia anggap seperti hyungnya sendiri dan dia tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa Taeil.
"Bagaimana kalau kita membantunya agar tidak kesakitan lagi?" Tanya Jisung menatap Renjun yang tengah memainkan pistol di tangannya.
"Jangan coba-coba menyentuhnya!" Desis Jaehyun yang sudah muak dengan drama gila di hadapannya.
Dor
"Arghh!"
"TAEIL HYUNG!!"
"Ups! Maaf hyung, tanganku licin,"
..
Tbc
Gantung mulu gantung terus kek hubungan lu sama doi.ga
Gw tau chapter ini sama sebelumnya gaje batT^T
⚠Typo bertebaran⚠
20 Mei 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Killer | END
Mystery / ThrillerDimulai dengan pembunuh, berakhir dengan pembantaian. Nyawa terus berjatuhan, namun pelaku belum juga ditemukan. Satu persatu menghilang, satu persatu tak ada yang terselamatkan. Yang tersisa hanya bisa mengenang, yang dihilangkan hanya bisa dikenan...