"Undangan apa sih?" tanya Yuna pada Revin.
Revin menyerahkan surat undangan ke Yuna. Mata Yuna melotot sempurna.
🐨🐨🐨
"Amanda, ini kamu bercanda kan?" Tanya Yuna tak percaya.
Graciela menghela nafas kasar, "sayangnya ngga tan. " Cicit Graciela.
Yuna tersenyum, "kamu udah besar ya. Kak Via pasti seneng disana."
Graciela terdiam, "Manda ngga mau tan, Manda ngingkarin janji Manda sama mama."
Yuna mengelus kepala keponakannya dengan lembut, "Yang menting kan Manda ngabulin permintaan mama kan? Mama kan minta hadiah dari kamu buat nikah di hari ulang tahunnya mama kan?"
Graciela mengangguk kecil. Kalau ia sudah bicara dengan sahabat jauh dari mamanya ia akan menggunakan nama depannya.
Graciela pamit pulang karena sudah mau malam.
Ia kembali bersama Alvin ke dalam mobil dengan melamun.
"Vin, menurut lo gue harus balik ke apart apa ngga?" Tanya Graciela.
Alvin menoleh, lalu mengangguk. "Lo harus hadapin masalah lo. Bukan dengan menghindar."
Graciela mengangguk paham, lalu ia mencari ponselnya namun nihil. Graciela tersentak, ia meninggalkan ponselnya di butik.
"Vin! Anterin ke butik. Handphone gue ketinggalan. "
Alvin menoleh ke arah Graciela, "lah kok bisa?" Tanyanya bingung. Masalahnya, tak biasanya gadis disebelahnya ini melupakan barangnya.
Di sisi lain...
"Ternyata file yang dia sembunyikan tidak ada di handphone ini." Gumam seorang gadis yang sedari tadi bersembunyi di suatu ruangan di butik yang dikunjungi Graciela dan Alvin.
"HEI SIAPA DISANA?!" seru pegawai butik tersebut membuat gadis yang bersembunyi tadi tersentak kaget. Lalu cepat cepat mengembalikan posisi ponsel Graciela di tempat semula.
"Ah? Ini aku mbak." Jawab gadis itu dengan lihainya menyembunyikan keterkejutan nya.
"Oh non Clarissa. Saya kira siapa." Balas pegawai tadi dengan ekspresi lega. Namun dibalik itu percayalah, ada kecurigaan yang dia sembunyikan.
"Em, mbak, Rissa pulang dulu ya? Soalnya ada yang belom beres di rumah."
"Eh iya non. Hati hati ya non."
"Iya mbak."
Setelah melihat Clarissa pergi, cepat cepat pegawai dengan name tag Lala pergi keruang Fina.
"Permisi Bu." Ucap Lala sopan setelah mengetuk pintu ruangan Fina.
"Ada apa Lala? Kok kelihatannya buru buru?" Tanya Fina lembut.
"Eh ini Bu. Tadi saya lihat ada non Clarissa ngumpet ngumpet masuk ke kamar ganti. Terus saya lihat ponsel non Graciela ketinggalan tapi dalam keadaan nyala Bu. Mending Ibu cek sendiri deh Bu. Nanti saya dikira melaporkan yang bukan bukan. Soalnya mukanya mirip non Clarissa tapi suaranya bukan Bu." Ucap Lala dengan sekali tarikan nafas.
Fina cukup terkejut. Dia cepat cepat mengecek CCTV dilayar monitor. Dan apa yang dilaporkan Lala ternyata benar adanya.
"Bener La. Saya jadi curiga. Coba tolong ambilkan handphone Graciela." pinta Fina.
Segera Lala mengambil apa yang diminta oleh atasannya itu dan memberikannya kepadanya.
Lala memang tipe orang yang sangat jujur. Ia sangat menjaga kepercayaan orang yang ada di sekitarnya.
"Ini Bu."
"Terima kasih La. Kamu ngga pulang?"
"Ini sebentar lagi pulang kok Bu."
"Oh iya. Bareng sama saya aja ya? Kita searah kok." pinta Fina.
Lala terkejut, "eh? Gapapa Bu?"
Fina tersenyum, "ngga apa apa kok. Ayo."
Tak lama pintu ruangan Fina terbuka lebar menampilkan Graciela dan Alvin di ambang pintu.
"Tan, liat hape Ciela ngga?" tanya Graciela dengan raut wajah khawatir.
"Oh, hape kamu? Ini tadi ketinggalan. Makanya lain kali jangan ceroboh." jawab Fina memberikan handphone milik Graciela lalu menyentil kening Graciela.
"Makasih tan. Sakit tau ish kok di sentil?" protes Graciela seraya mengusap usap keningnya yang disentil Fina.
"Sini biar ngga sakit." ucap Alvin menyingkirkan tangan Graciela yang menutupi keningnya lalu mengecup lama kening Graciela hingga sang empu mematung. Woy anjir gue iri!
Bersiaplah, sebentar lagi Fina dan Lala akan berteriak heboh.
"AAWW SO SWEET!" pekik Lala heboh.
"HEH MESRA MESRAAN JANGAN DI DEPAN TANTE DONG, IRI KAN JADINYA!" teriak Fina.
Graciela menutup telinganya yang serasa mau pecah akibat teriakan Fina dan Lala. Jangan lupakan wajah merah merona milik Graciela ya.
Graciela menatap sinis Alvin, sedangkan yang ditatap hanya tertawa lebar.
"Nih hape kamu. Oh ya kamu kayaknya harus selidikin orang yang kayak Ica tapi suaranya bukan Ica. Kamu hati hati ya." pesan Fina.
Alis Graciela mengernyit heran, "kok?"
Fina mengedikkan bahunya tanda tidak tahu. "Di Jerman, ada yang ngga suka sama kamu ngga?" tanya Fina.
Graciela tampak berpikir, "siapa? Getta?" gumamnya. Karena satu satunya yang sangat amat membenci Graciela secara terang terangan adalah nama yang disebut Graciela tadi.
"Mana tante tau, tante bukan cenayang."
"Yang bilang tante cenayang siapa?" cibir Graciela.
"Eh keponakan laknat."
"Hahaha."
Tbc . . .
Sori aku lama ga up. Soalnya ide udah mentok ini.
Maaf yakk~

KAMU SEDANG MEMBACA
My Cool Girl
JugendliteraturAmanda Graciela Williams seorang cewek most wanted di sekolahnya dan menjadi idaman hampir seluruh kaum adam di sekolahnya itu. Cewek cantik, pintar, dan juga imut. Ya dirinya memang sesempurna itu. Tapi diantara semua kelebihannya, dirinya memiliki...