46

435 17 0
                                    

"MASUK LO!!"

Clarissa menatap aneh dan takut kepada pria di depannya yang saat ini menjabat menjadi suaminya. Akhir-akhir ini perilaku suaminya ini berubah menjadi lebih kasar.

Clarissa masuk ke dalam apartemen dan duduk di sofa. "Lo tuh kenapa sih? Akhir akhir ini lo lebih kasar ke gue?" Heran Clarissa sambil menyilangkan tangan di depan dada.

"LO YANG APA APAAN?! LO KIRA LO HEBAT UDAH LABRAK KESYA?! IYA?!" amuk Rendy dengan wajah memerah menahan emosi.

Clarissa mengerutkan keningnya, "kapan gue labrak dia?" Tanya Clarissa tak paham. Sungguh, Clarissa sangat tidak paham. Ia tidak merasa ia melabrak gadis kecentilan yang bernama Kesya itu. Kalau pun iya, itu adalah haknya bukan?

"Halah jangan pura-pura gak paham lo! Tadi istirahat ke 2 lo labrak dia kan?!" Gertak Rendy masih terselimuti emosi.

Clarissa menghela nafas, mulai merasa emosi. "Istirahat ke 2 gue ada di ruang kepala sekolah. Dan gue gada liat si Kesya Kesya lo itu."

Rendy merasa bingung, ia ingat bahwa Kesya tadi datang kepadanya sambil menangis dan berkata bahwa ia dilabrak oleh Clarissa. "Tapi Kesya bilang lo labrak dia di kamar mandi lantai tiga?"

Clarissa tertawa kencang, "hei bodoh. Gue gak pernah ke kamar mandi di lantai tiga." Setelah beberapa detik, muka Clarissa menjadi serius, "lo tau? Kesya itu benci sama gue. Dia masuk ke geng Theresia yang dimana dia benci gue sama Ciela."

Rendy membantah keras, ia merasa Kesya bukanlah gadis yang dibicarakan Clarissa.

Serius deh ya, ini Rendy kesurupan apa gimana? Gak percaya omongan Clarissa yang notabenenya bini dia sendiri.

Rendy menggeleng, "gak usah ngada-ngada lo! Kesya gak mungkin kayak gitu, dia anak baik."

Clarissa menggeleng-gelengkan kepalanya heran, "terus? Oh lo lebih cinta cewek tolol itu dibanding gue yang statusnya istri lo?! Jadi gue kesannya berperan jadi pelakor, PADAHAL DIA YANG PELAKOR!" Jerit Clarissa.

Sedetik kemudian, ia merasakan pipi kirinya merasakan panas, ia juga mengecap rasa asin dari darah yang muncul dari sudut bibirnya. Ia menatap Rendy tak percaya, lelaki itu menampar dirinya karena perempuan lain?

"DIA BUKAN PELAKOR BANGSAT!" murka Rendy hendak menampar Clarissa lagi. Saat telapak tangannya hampir menyentuh pipi Clarissa, ia merasakan tubuhnya melayang dan membentur tembok dengan keras.

"INI KELAKUAN LO SELAMA INI HAH?!" Amuk Refan terus memukuli Rendy membabi buta, emosi menyelimuti dirinya.

Alvin dan Graciela sudah datang bareng Refan dan Licia. Alvin juga emosi karena adik iparnya di perlakukan kasar. Kalian bertanya kenapa Licia a.k.a Meldia dan Graciela gak ikut nyerang? Mereka ditahan oleh Eran dkk. Kenapa ditahan? Ya kalo nggak ditahan, nyawa Rendy udah melayang-layang menuju ke gunung Himalaya.

"A-ampun bang." Rintih Rendy kesakitan.

"MAKAN TUH AMPUN! BESOK SURAT CERAI DATENG KE LO." jerit Graciela emosi, lebih baik cerai daripada Clarissa disakiti karena perempuan lain. "La, jangan gitu la. Kasian dia." Mohon Clarissa memelas menatap Graciela.

"KASIAN MATA LO KASIAN HAH?!" bentak Graciela emosi. Bahkan wajahnya sudah merah padam karena emosi. Jika saja tangannya tidak ditahan Eran dan Bara, ia pastikan Rendy akan berakhir di rumah sakit.

Clarissa berjengit kaget, baru kali ini Graciela membentak dirinya. Tapi gak apa-apa, ia tahu Graciela sangat khawatir dengan dirinya.

Bahkan tanpa Clarissa sadari, sejak tadi Eran memandangnya dalam diam sembari menahan Graciela. Sudah bertahun-tahun ia memendam perasaannya, ia tahu Clarissa sudah menikah makanya ia tidak datang. Selain itu saat pernikahan Clarissa, Graciela, serta Meldia ia ada urusan yang darurat.

Sejujurnya saat Graciela menjerit akan mengirim surat cerai untuk Rendy dan Clarissa, Eran sedikit senang dan bertanya dalam hati, 'bolehkah saya berharap sedikit?' kali ini dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan. Ia tidak akan memendam perasaannya lagi. Ia akan bertindak. Ia tidak mau kalah untuk kedua kalinya. Sudah cukup ia mengalah dan bersabar.

"Eran, mending kita bawa Ciela kebawah daripada disini dia makin emosi." ucap Bara namun tak ada tanggapan dari Eran. Bara menghela nafas dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Akhirnya Bara menabok bahu Eran kencang supaya laki-laki itu tersadar dari lamunannya.

"Hah?" tanya Eran dengan wajah plongonya menatap Bara.

Bara sabar, Bara ganteng. batin Bara tersenyum geram menatap Eran. Dengan senyum mengerikannya, Bara mengucap, "Bawa Ciela pergi dari sini sebelum dia makin jadi." lalu diangguki Eran.

Bara menoleh lagi ke arah Clarissa, "Lo juga ikut Ca." titahnya dan diangguki Clarissa lalu menyusul ketiga orang itu.

"LEPASIN GUE BANGSAT, GUE BELOM LEGA SEBELUM GUE BONYOKIN BAJINGAN SATU ITU!" ronta Graciela masih ngotot. Bara menatap sahabatnya jengah, "Ikut gue atau stok permen lo gue ambil?" ancamnya dengan nada rendah. Graciela kicep, diam mendadak meski masih tak terima. Ia takut permen-permennya akan diambil.

Eran menggeleng-gelengkan kepalanya, ia kira sahabat tengilnya ini sudah move on dari permen. Ternyata perkiraannya salah.

Eran menoleh kearah Clarissa, lalu melepas jaketnya dan menyampirkannya ke tubuh gadis itu. "Pake." suruhnya singkat. Clarissa mengerutkan keningnya heran, lalu tetap memakainya. Sesaat kemudian dia menjerit, "ERANNN, JAKET LO KEGEDEAN, GUE TENGGELEM." kesalnya.

Sontak Eran, Bara, dan Graciela menoleh ke arah Clarissa lalu tertawa.  Eran terkekeh pelan lalu menghampiri Clarissa, "lucu." bisiknya dengan suara rendah lalu merangkul gadis itu dengan lengan kirinya yang berotot. Memang bermaksud baik, cuma jantung Clarissa tidak baik. Jantungnya serasa akan pindah ke ginjal.

Graciela melihat semua itu, lalu diam-diam tersenyum kecil. Begitupun Bara. Ternyata perasaan laki-laki itu masih sama. Graciela akan jauh merasa tenang jika Clarissa bersama Eran.

"Bar," panggil Graciela sambik tersenyum kecil. Bara menoleh menatap wajah sahabatnya itu, "hm?" gumamnya. Graciela menoleh menatap laki laki disebelahnya itu, "gue mau Clarissa nikah sama Eran. Gue tau Clarissa juga masih nyimpen perasaan ke Eran. Eran juga." ucapnya langsung diangguki Bara semangat.

"Habis Clarissa sama bajingan itu resmi cerai, secepatnya nikahin dua anak itu." sahut Bara semangat sembari menatap Eran dan Clarissa yang masih bercanda didepan mereka.

TBC

My Cool GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang