30

1.2K 85 4
                                    

Mereka masuk kelas bersamaan setelah Graciela selesai mencatat nama siswa yang bolos atau telat dan memberinya ke guru piket.

"Permisi Bu." sopan Graciela.

Bu Edma hanya mengangguk tanda Graciela dan Rendy boleh ke tempat duduk masing masing.


"GRACIELA!!"

🐨🐨🐨

Graciela menoleh ke arah pintu kelas, terdapat Redo dengan wajah berkeringatnya dan nafas memburu menunjukkan bahwa ia berlari terburu buru.

"Ya?" ucap Graciela dengan tatapan bingung.

Redo memasuki kelas Graciela dan meminta izin guru yang mengajar untuk meminjam Graciela sebentar karena darurat. Dan Redo langsung menarik tangan Graciela berlari keluar kelas.

Graciela yang kebingungan bertanya sambil berlari mengikuti langkah Redo, "kenapa lari lari?" tanya Graciela.

Tak mengalihkan pandangan atau menghentikan langkahnya sejenak, Redo menjawab dengan nafas memburu. "Revin sama Kevin dikeroyok anak Jupiter." jawab Redo membuat darah Graciela mendidih seketika.

Graciela menghempaskan tangan Redo dan berlari lebih cepat menuju lokasi terjadinya pengeroyokan dengan amarah yang tertahan.

Sesampainya di lokasi Graciela langsung turun tangan membantu teman temannya yang dikeroyok.

"La jangan kesini!!" teriak Revin.

Seolah tak peduli, Graciela tetap terjun menghajar gerombolan sialan itu yang tidak bosannya mencari masalah dengan sekolahnya dengan wajah emosi.

"Kalo berani jangan keroyokan. Lo semua sama aja dengan Pengecut yang diluar sana." hardik Graciela menekankan kata pengecut sambil terus menghajar.

"GRACIELA, BELAKANG LO!" teriak Kevin membuat Graciela refleks menoleh ke belakang dan meninju wajah laki laki itu.

Graciela menoleh ke arah Revin dan mendapati Revin tak sadarkan diri dengan darah mengucur dari sekujur tubuhnya.

Emosi Graciela tak tertahankan lagi, "ANJING. BERANI LO!!" bentak Graciela berlari menghampiri laki laki yang menusuk Revin dan mengunci pergerakannya.

"Mau kemana hm? Jangan coba coba kabur. Lo udah bikin kawan gue ga sadarin diri di sana. Sekarang giliran gue bales lo." ucap Graciela saat lawannya sudah terpojok di tembok.

"G-gue ga s-seng sengaja." gagap laki laki itu.

"GA SENGAJA KATA LO?! Bedebah."

Graciela mengeluarkan pisau lipat yang selalu ia letakkan di balik kaos kaki panjangnya membuat lawannya itu berkeringat dingin.

"Enaknya yang mana gue gores duluan hm." sambung Graciela sambil memainkan pisau lipatnya itu. Sekarang ia sudah gelap mata tertutup oleh emosi yang tak tertahankan lagi.

"GRACE, STOP!!" teriak Vio yang langsung menyusulnya dan berusaha menarik Graciela kembali namun langsung dihempas kasar oleh gadis itu.

Graciela mulai menggoreskan pisaunya ke leher lawannya sehingga mengeluarkan darah. Lalu tangannya mulai bergerak ke arah perut dan langsung menusuknya dalam.

Semua yang menyaksikan itu sontak menutup matanya kecuali Vio, tak sanggup melihat Graciela yang sudah terbalut emosi.

Vio langsung menarik Graciela, "lo gila hah?! Lo bisa jadi pembunuh bodoh!" bentak Vio.

Masih dengan wajah emosi, matanya menatap tajam Vio, "gue rela jadi pembunuh asalkan ga ada yang ganggu sahabat sahabat gue." sahutnya dengan dingin.

Gadis itu menghempaskan tangan Vio kasar dan langsung menendang sekujur tubuh lawannya yang sudah tertancap pisau di perutnya.

Setelah dirasanya selesai, Graciela berbalik badan dan menatap semua orang tajam dan dingin. "Yang merasa anak Jupiter, tunggu gue di sekolah lo semua besok." ucapnya sambil tersenyum sinis. "PERGI LO SEMUA DARI SINI SEKARANG!! BAWA TEMEN BEDEBAH LO!" bentaknya emosi.

Sontak semua anak Jupiter langsung menggotong temannya yang tertancap pisau dan pergi mengebut dengan motor mereka.

"Bawa Revin ke rumah sakit." pinta Graciela masih dengan nada dinginnya.

"Pake mobil gue. Cepetan!" Mia segera berlari ke parkiran untuk menyiapkan mobil. Sementara Redo dan Kevin segera membopong tubuh Revin dan masuk ke dalam mobil.

"Sisanya di mobil gue!" ucap Graciela segera masuk ke dalam mobil diikuti teman teman yang tidak ikut dalam mobil Mia dan segera melaju ke rumah sakit dengan kecepatan di atas rata rata.

Sesampainya di rumah sakit Revin langsung dilarikan ke UGD. Semuanya menunggu di depan ruangan dengan gelisah.

Graciela menelpon orangtua Revin. Mengabarkan bahwa Revin sedang di rs. Separah apapun kondisi Revin, orang tuanya wajib mengetahuinya.

20 menit kemudian ibunya Revin datang dengan nafas terengah engah. "Dimana Revin?" tanya Yuna, ibu Revin.

"Ada di dalam tante." jawab Vio.

Tubuh Yuna merosot seketika. Seakan tak percaya bahwa yang sedang berjuang di dalam adalah anaknya.

27 menit kemudian seorang dokter keluar membuat semua menegakkan tubuhnya. "Gimana keadaan anak saya dok?" tanya Yuna panik.

"Dia kehilangan banyak darah, dan memerlukan donor darah. Kebetulan stok darah golongan O sedang kosong." jelas dokter tersebut.

Yuna tak bisa berkata kata, "s-saya B."

Graciela angkat bicara, "saya O." membuat semuanya lega.

"Baik, ikut saya ke ruang donor darah." pinta dokter tersebut dan menuju ruangan yang disebut tadi diikuti Graciela.

Setelah sampai di ruangan, Graciela langsung rebahan di atas brankar menunggu.

"Kita mulai ya?" tanya dokter yang bertugas di ruangan tersebut dan diangguki oleh Graciela.

Pendonoran berlangsung selama 25 menit dengan lancar. Setelah selesai mendonorkan darah Graciela kembali ke tempat dimana ia dan teman temannya menunggu.

Setelah 45 menit dokter keluar dengan wajah senyumnya. Sontak semua berdiri, "gimana kondisinya dok?" tanya Yuna.

Dokter tersebut menjejalkan tangannya ke saku jasnya, "kondisinya stabil. Namun ia harus dirawat selama 3 hari disini. Pasien akan dipindahkan ke ruang rawat sebentar lagi." jawab dokter tersebut.

Semuanya tersenyum lega, "syukurlah. Terima kasih dok."

"Sama sama. Saya permisi." pamit dokter tersebut sambil berlalu pergi.

Yuna menghampiri Graciela dan memeluknya erat, "terima kasih nak."

Graciela kaget Yuna memeluknya tiba tiba. "Sama sama tante. Revin sahabat aku juga, udah kewajiban buat nolong tan."

Setelah Revin dipindahkan ke ruang rawat, semua segera masuk dan menunggunya sadar.

Tak lama Revin membuka matanya perlahan, "g-gue d-dimana?" tanya Revin.

Sontak semua langsung menghampiri brankar dimana Revin terbaring.

"Rs." jawab Graciela datar.

Dari nada bicaranya, Revin mengetahui bahwa gadis itu marah padanya.

My Cool GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang