28

1.3K 80 5
                                    

Author cuma mau bilang. Maaf kalo author pake bahasa inggris yang kalian ga ngerti. Jadi siapin google translate sekalian belajar ehehe.

"Gausah perduliin gue." Ucap Graciela dengan entengnya membuat Alvin mendesah panjang.

🐨🐨🐨

Dengan satu tarikan nafas, Alvin menepis tangan Graciela yang masih menempel di pelipisnya dan menggenggamnya, "Lo kenapa batu banget sih? Diem disini. Lo kek gini gue berasa kek cewe." kesal Alvin.

Terlihat senyum tipis di wajah imut Graciela, tepatnya seringai. "Lo cowo, tapi cantik. Gue sampe insecure sama lo." ucap Graciela jahil.

Alvin jengah, mengapa semuanya bilang kalau dia ini cantik? "Ciela! Jangan panggil gue cantik!" protes Alvin lalu berdiri dan mendudukkan Graciela di pinggir ranjang UKS.

Graciela yang mendengar protesan Alvin pun tertawa kemudian meringis karena luka di pipinya itu.

Tangan kekar Alvin bergerak untuk mengobati luka di pipi Graciela dengan gugup. "Merem." perintah Alvin. Kenapa? Karena Alvin belum siap jantungnya copot dari tempatnya.

Graciela menurut, membiarkan Alvin mengobati pipinya. "Dah selesai?" tanya Graciela. "Dah kok." ucap Alvin.

Graciela membuka matanya dan melihat jam tangan, sudah pukul 6 lewat. Bel masuk masih lama. Ia memutuskan untuk membaca novel yang baru ia beli. Sedangkan Alvin bermain game di ponselnya.

Ting!

Tiba-tiba ponsel Alvin berdenting, menandakan pesan masuk. Alvin membukanya, ternyata Rishal.

Rishal.34

Where r u? Im waiting in parking area.

Wait for me. Im going there.

Okay. Hurry up. Many students looking us. Help me!

(Read)

Alvin berdiri, "Tas lo gue bawa. Gue ada urusan bentar sama temen. Jangan kemana mana." perintah Alvin langsung keluar pintu UKS menuju parkiran dimana teman teman Graciela menunggu.

Sesampainya di parkiran, benar saja banyak siswa siswi yang memotret, berteriak histeris dan berbisik heran. Tapi segera Alvin hentikan dengan ia menghampiri Rishal.

Rishal yang melihat Alvin langsung bersembunyi di balik punggung Alvin, "oh gosh. Thanks Al. You are my angel." ucap Rishal lega karena Alvin datang.

Rania mencibir Rishal, "you said you will protect us. But the fact thats a lie. Im sure Ginia won't have a boyfriend like you." cibir Rania pedas.

Rishal memberengut, "I think that won't like this. So many students looking us." jujur Rishal.

AJ melangkah maju, "hurry up. We had no time now." lerainya.

Alvin mengangguk, "follow me." ucapnya lalu mengantar para turis dadakan ke ruangan Graciela dan mulai membahasnya sampai pukul tujuh kurang.

Alvin melotot melihat jam tangannya dan pamit, "i must back to my class now. Wait for me in this room. Don't go anywhere." perintahnya sambil meninggalkan ruangan itu menuju UKS.

Alvin membuka pintu uks dan mendapati Graciela tertidur di ranjang. Alvin membangunkan Graciela perlahan, "La, bangun. Nanti telat."

Graciela membuka matanya perlahan, lalu melotot mendengar kata 'telat'. Lalu melihat ke jam tangannya dan bernafas lega masih sepuluh menit lagi. Ia menatap Alvin, "sorry."

Alvin tersenyum singkat, mengacak acak rambut Graciela gemas, "gapapa." ucap Alvin.

Graciela merasa ada yang aneh dengan Alvin, tangannya terasa agak panas saat menyentuh kepalanya. Ia memicingkan mata dan menaruh telapak tangannya di kening Alvin. Benar saja, panas.

"Vin, kalo sakit gausah sekolah." ucap Graciela datar, namun terdengar nada khawatir di dalamnya.

"Gue ga sakit Ciela." balas Alvin santai.

"Alvin, lo panas, muka lo merah. Lo ga bisa bohongin gue." balas Graciela sengit. Dan memulai acara mengomelnya.

Merasa gadis di depannya ini mengomel karena dirinya Alvin tersenyum singkat. Lalu mengecup bibir Graciela singkat, "bawel."

Setelah mengatakan itu, Alvin lari meninggalkan Graciela yang berdiri mematung. Setelah sadar, pipi gadis itu berubah warna. "ALVIINNNN!!!" geram Graciela mengejar Alvin menuju kelas.

Namun saat hendak masuk kelas, mata Graciela melihat kegaduhan di tengah lapangan. Graciela memicingkan matanya, terlihat Elang dkk tengah bertengkar dengan Kenzo dkk di tengah lapangan.

Sementara Aura dkk terlihat sedang membully adik kelas untuk yang kesekian kalinya. Ini membuat kepalanya pusing. Ia memilih menghentikan perbuatan Aura terlebih dahulu.

"Cih, gue kakak kelas lo. Nurut aja kenapa." sinis Aura.

"Waw, kakak kelas yang gila hormat. Lo kira hanya mereka berdua itu adek kelas, lo bisa seenaknya?" ucap Graciela lantang, menghilangkan tangan di depan dada membuat Aura terdiam.

Graciela mendekatkan wajahnya ke Aura, "bukannya gue udah peringatin lo ya yang di kantin? Baju kurang bahan masih dipake, ini rambut warna warni kayak ayam warna warni yang dijual gocengan. Kan gue udah kasi lo duit. Masih kurang? Apa buat jalan sama om om itu?" sinis Graciela.

Geram, Aura mengangkat tangan hendak menampar pipi Graciela, namun terhenti karena cekalan tangan seseorang. Aura menoleh, siapa yang berani menahannya? Namun nyalinya segera menciut, Refan.

"Berani lo nyentuh adik gue, lo habis sama gue. Dasar murahan." dingin Refan. Seperti tertampar, ucapan Refan sangat menusuk hati Aura.

Graciela menoleh ke arah Aura, "lo denger? Cowok yang lo suka aja bilang lo murahan." ucap Graciela dengan sinis.

"Oh ya." Graciela mendekatkan wajahnya lagi ke wajah Aura, "lo dipanggil kepala sekolah." bisik Graciela dengan tersenyum, senyum mengejek tepatnya.

Graciela beralih menatap gerombolan para cowok badung itu, "lo semua berantem kayak anak bocah tau ga? Mentang mentang punya badan gede suka ngajakin duel? Menang badan sama tampang doang. Otak lo kemana? Dan buat Elang dkk, baru tadi pagi lo semua bikin masalah." ucap Graciela enteng.

Tak lama guru-guru pun datang, "ada apa ini ribut semua? Kalian semua saya tunggu di ruang guru. Dan Gracy, pipi kamu kenapa?" tanya Bu Asri, guru kimia.

Graciela menjawab, "gapapa." jawabnya singkat serta melangkahkan kaki meninggalkan lapangan menuju kelas karena 5 menit lagi bel masuk berbunyi.

My Cool GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang