Ara membawa mie cup yang sudah Ia seduh untuk makan siang ke meja kecil yang ada di pantry. Sambil menunggu makanannya siap, Ia buka ponsel kemudian tangannya dengan cekatan mulai berseluncur di dunia maya.
Setelah kurang dari sepuluh menit berkutat dengan ponselnya, kemudian Ara beralih pada makan siangnya. Ia aduk-aduk mi dalam wadah berbentuk gelas yang masih terlihat mengepulkan asap itu untuk mendinginkan.
Pintu yang ada dibelakangnya terdengar terbuka, namun Ara tak ambil peduli, masih sibuk dengan mi cupnya.
" Dari mana sih lo, Yu.. Lama amat. " Ara berucap tanpa menoleh kebelakang. Mulutnya meniup-niup makanan sebelum memasukannya kedalam mulut.
"Lo nggak makan? " tanya Ara dengan mulut penuh sebelum akhirnya tersedak mendapati bukan Ayu yang berdiri disampingnya melainkan Dimas.
"Pelan-pelan,Ra" Dimas berjalan kearah dispenser, mengisi gelas dengan air kemudian menyodorkannya ke Ara.
"Minum"
"Te-terimakasih Om, eh Pak" Ara meraih gelas yang disodorkan Dimas kemudian meminumnya. Kembali sibuk mengaduk makanannya.
" Kenapa nggak dimakan? "
"Eh iya, ini mau dimakan koq Pak, mari makan, Pak" tawar Ara tanpa melihat kearah Dimas, menyuap dengan susah payah merasa Dimas terus memperhatikan.
" Jadi, sekarang panggilnya Pak nih? Bukannya Om lagi, hmm? " Dimas bertanya seraya tangannya meraih rambut Ara yang tergerai, menyatukannya agar tak mengganggu saat makan.
"Ya? "
Ara makin gelagapan mendapati Dimas membelai kepalanya. Darahnya berdesir kala jemari Dimas dengan lembut mengusap pelipisnya yang berkeringat.
Ya Tuhan, begini amat godaan anak perawan..
"Pak.. " Ara merasakan tiba-tiba suaranya hilang seolah tersekat dikerongkongan kala matanya bersitatap dengan Dimas yang tersenyum kearahnya.
"Itu--ya,Karena sekarang Anda atasan,sedangkan saya bawahan, jadi ya.. Saya panggil Pak, kalau saya panggil Om,,nanti nggak enak didengar karyawan yang lain,begitu maksud saya. "
"Oh.. Jadi sekarang saya atasan ya?hmm..iya sih, saya memang suka yang diatas" Dimas mengerling mata dengan senyum menggoda.
Ih Om Dimas apaan sih! Kurang belaian nih pasti,gara-gara istrinya lagi tekdung.makanya bicaranya ambigu gitu.
"Kalau menurut kamu manggil Om nggak enak, gimana kalau dengan panggilan yang lain..manggil sayang misalnya"
Dih, ni orang kenapa sih? Kenapa sekarang pinter ngegombal..sorry ni ya Om, Ara kuat iman.. Jadi nggak akan tergoda.
Ara terus melahap makanannya, tak mau menanggapi ocehan Dimas yang menurutnya berpotensi buruk untuk imannya yang hanya sebesar biji jagung.
Ara baru saja akan beranjak namun tangannya dicekal oleh Dimas.
"Kamu mau kemana? "
"Saya sudah selesai,Pak..mau kembali bekerja" ucap Ara, menepis tangan Dimas yang menggenggam tangannya.
"Kamu kemana aja lima tahun ini, Ra?kenapa tiba-tiba hilang dan nggak ada kabar? " Ara menghentikan tangannya yang akan membuka pintu, begitu mendengar pertanyaan Dimas.
"Saya hampir gila nyari kamu. Ratusan bahkan ribuan pesan saya kirim, tapi sampai sekarang tidak ada yang tersampaikan..Apa salah saya, sampai kamu pergi begitu saja? "
"Om Dim yakin tanya itu sama Ara? " Masih dengan membelakangi Dimas, Ara menjawab walau hatinya terasa dicubit mengingat kembali kejadian dimalam ia mendengar bahwa Olive hamil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Om Dimas
ContoGelar playboy santun yang disandangnya mendadak ternodai Bocah berparas malaikat namun berperilaku iblis itu sungguh membuat hatinya ketar ketir Comedy romance tentang cinta beda usia Mature content untuk 17+