Bab 29- Penjelasan

3.6K 357 70
                                    

Banyak lho ini..

Vote yuk, sabi kan..

Arman perlahan menutup tirai kamar begitu matanya tanpa sengaja melihat sepasang manusia yang ia yakini salah satunya adalah Ara tengah berpelukan diujung jalan depan rumah.

Ia sandarkan punggung disebalik tembok kamar untuk meredam degupan jantungnya yang berdentam keras.

Ada rasa sakit yang menjalar didadanya, menekan kuat seolah ingin meremukan hatinya yang lara.

Siapa pria itu

Pertanyaan itu terus bercokol dikepala Arman. Apakah pria itu yang membuat Ara melupakan janji yang pernah mereka ucapkan belasan tahun silam.

Arman bergerak cepat meraih gagang pintu begitu mendengar langkah kaki menapaki lantai diluar kamarnya. Seperti dugaannya, Arman segera keluar dari kamar begitu mendapati Ara yang berjalan menuju dapur.

"Mas, belum tidur?" tanya Ara, membuka pintu kulkas dan meraih botol air kemudian menegak isinya.

"Kamu sendiri, kenapa belum tidur?" menghampiri Ara dan meraih botol air yang ada ditangan Ara.

"Nggak bisa tidur,panas."

"Makanya kamu jalan-jalan diluar malam-malam gini? "

"Eh, kok mas tau kalau aku dari luar"

"Kalau nggak dari luar, terus ngapain kamu nenteng-nenteng jaket gitu..tadi siapa, cowok kamu ya Ra? "

"Udah tua mas, nggak usah minum air dingin malam-malam.. Nanti meriang" Ara merebut botol yang ada ditangan Arman, berjalan menuju meja makan, tanpa menjawab pertanyaan yang ditujukan padanya.

"Karena kamu lagi susah tidur..gimana kalau kita keluar, kuliner malam kayaknya asik nih" ucap Arman mengalihkan pembicaraan,dia tahu Ara sedang tidak baik-baik saja.

"Wah, ide bagus tu mas.. Aku juga lagi lapar banget nih"

"Kita mau naik motor apa mobil nih? "

"Motor aja mas, enak..dingin kenak angin malam"

"Oke, kamu tunggu sebentar.. Saya ambil jaket dulu"

***

"Mas, biar aku aja dech yang bawa motornya..aku takut nyasar kalau mas yang bawa, mas kan udah lama nggak pulang ke Jakarta" ucap Ara begitu keluar dari kompleks perumahannya.

"ya kan kalau saya salah jalan ada kamu Ra, yang bisa jadi GPS"

"Iya sih.. Tapi jujur dech mas, mas udah lama nggak bawa motor ya, kok jalannya oleng gini sih? "

Arman meringis mendengar penuturan Ara, sejujurnya dia memang tak pernah mengendari sepeda motor semenjak tinggal di Singapura, dia lebih sering mengendari mobil untuk kesehariannya. Untung saja motor Ara yang sedang dibawanya sekarang tipe matik, jadi dia masih bisa handle.

"Enak aja, asal kamu tau saja, saya gini juga dulunya pembalap lho Ra. Jadi kamu tenang aja, kita bakalan aman sampai tujuan"

"Pembalap sepeda pasti kan mas, tapi sepeda roda tiga" kekeh Ara

"Eh, ngeledek kamu ya"ucap Arman, ikut terkekeh mendengar penuturan Ara.

Gaya-gayaan ngaku pembalap ni orang, bawa motornya aja kayak siput.mana jalannya miring-miring lagi.. Coba kalau Om dim yang bawa, pasti alus kayak lagi di nina bobok-in.

Mengejar Cinta Om DimasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang