"Gua nggak setuju!" Pekik babeh seraya berdiri dari kursi teras yang ia duduki, begitu Ara mengenalkan pria yang babeh panggil bule tadi sebagai papanya.
"Saya juga tidak setuju, kamu pikir saya mau besanan sama kamu" Erik Wilson-papa Ara tak mau kalah.
"Apalagi gua, ogah banget gua kalau harus dekat-dekat ama lu lagi"
"Beh.." Dimas menahan lengan babeh yang akan beranjak dari rumah Ara dengan wajah memelas, berharap ayahnya mau mengurungkan niatnya.
"Kalau dari kemarin saya tau bocah mesum ini anak kamu,tidak akan pernah saya izinkan Ara dekat-dekat sama dia" ucap papa Ara seraya menunjuk Dimas yang mengangga mendengar julukan bocah mesum yang disematkan papa Ara untuknya.
"Lu panggil apa anak gua? Bocah mesum..lu-"
"Sebentar-" ibu yang dari tadi menjadi pendengar akhirnya bersuara
"bisa kalian jelaskan dulu sama saya alasan apa yang membuat kalian berdua tiba-tiba tidak setuju dengan pernikahan anak-anak kita ini" ucap ibu lagi, tangannya terlihat memijat pelan keningnya.
"Kenapa diam..tidak ada alasan,atau tidak bisa memberi alasan?" Tanya ibu,begitu tidak mendapatkan jawaban dari babeh ataupun papa Ara.
"Beh..ibu tanya,apa alasan babeh,bukannya kemarin-kemarin babeh sudah setuju,Hem?" Ibu tepuk pelan lengan babeh yang tengah terlihat salah tingkah.
"Kalau anda pak Wilson,alasan apa yang membuat anda tidak setuju dengan pernikahan ini kalau saya boleh tau?"
"Oh,ehm..itu-"
"Mereka berdua pasti tidak akan bisa menjawab mbak.." jawab mama Ara yang baru keluar dari dalam rumah dengan nampan berisi minuman.
"Saya Maya -mama Ara" Maya mengulurkan tangan ke arah Sari- bunda Dimas,kemudian duduk disamping Ara.
"Elu, May?" Pekik babeh,ada raut terkejut diwajahnya.
"Iya,ini aku..saksi hidup kalian berdua" ucap Maya yang diiringi dengan kekehan.
"Maksudnya,mbak?" Tanya ibu Dimas dengan kening mengernyit tak paham.
"Mama!" Geram papa Ara,yang masih bersitegang dengan babeh.
" Kenapa? Mama kan cuma mencoba menjelaskan,apa yang nggak bisa kalian utarakan"
Maya menggeser duduknya untuk menghadap Sari, tak mempedulikan protes suaminya dan juga babeh Dimas.
" Kami dulu teman satu sekolah mbak,waktu zaman SMP." Terang Maya,memulai ceritanya.
" Saya murid pindahan dari Jawa dan kebetulan sekelas sama mereka berdua. Yang saya tau, mereka berdua akrab banget, sampai-sampai saya mikirnya mereka saudaraan, bahkan setelah kami lulus dan masuk SMA mereka tetap sama-sama, sampai akhirnya ada anak pindahan pas kita naik kelas dua,nah gosipnya si Sabeni suka ama tu perempuan,tapi ditikung ama Erik-laki saya,jadi deh mereka berantem nggak tegur-teguran sampai lulus sekolah"
"Saya tidak pernah menikung dia Maya, kamu jangan buat-buat cerita" hardik Erik Wilson-papa Ara,matanya melirik babeh yang ada disampingnya.
"Halah! Emang lu nikung gua kok!"
"Saya tidak pernah menikung, Sabeni"
"Lu tau gua suka ama dia,terus lu malah macarin dia, itu namanya apa kalau bukan nikung,buleeeee!"
" Jadi lu masih suka sama Saripah,ya Ben?" Tanya Maya sambil terkikik.
"Gua-"
"Sepertinya mereka berdua masih menyukai orang yang sama mbak" ucap bunda seraya menepuk tangan mama Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Om Dimas
Short StoryGelar playboy santun yang disandangnya mendadak ternodai Bocah berparas malaikat namun berperilaku iblis itu sungguh membuat hatinya ketar ketir Comedy romance tentang cinta beda usia Mature content untuk 17+