Bab 12

5.4K 337 32
                                    


Ara berjalan santai dilorong samping rumah Dimas, bibirnya tak henti bersenandung, mengisyaratkan hatinya yang tengah bahagia

"Di sun seng suwe mas, kalau ketemu kekasih.. Di sun seng suwe, nambani kangene ati, ora usah isin-isin, atau malu-malu kucing... dung tek etek etek dung" senandung Ara

"Purbalingga digoyaaang..hoa hoe" serunya seraya mengangkat tangan, dengan ibu jari bergerak seolah tengah bergoyang

Begitulah Ara, wajah cantik dan jiwa mudanya sungguh berbanding terbalik dengan selera musiknya. Biasanya anak-anak muda seusinya akan memilih boyband Korea atau lagu-lagu barat sebagai lagu favorit, bukan malah lagu dangdut seperti seleranya. Semboyan Dangdut is the music of my  country benar -benar dijunjung tinggi oleh Ara.

"Bahagia banget keliatannya neng, sampai jogedan gitu" ucap bunda

"Eh, bunda.. Hehehe"

Ara menghampiri bunda Arumi dan mencium punggung tangannya

"Udah mau berangkat?"

"Iya bun" ucap Ara kemudian menghampiri babeh yang baru keluar dari dalam rumah dan mencium tangannya

"wuih babeh, pagi-pagi udah rapi aja.. Emangnya mau kemana sih beh? "

"Babeh mau ke kelurahkan"

"Loh,mau ngapain babeh ke kelurahan..ada perlu? "tanya bunda

"Iya, babeh mau minta tolong pak lurah buat  fogging kamar anak kost"

"Fogging? Minggu kemarin kan udah beh"

"Banyak nyamuk dikamar kost bun, noh lihat leher neng Ara merah-merah semua"

Dimas yang tengah sibuk  mengelap mobilnya seketika menghentikan gerakan tangannya, melirik takut kearah babeh melalui ekor matanya

"Tapi, keliatannya tu nyamuk bakalan susah dibasmi bun? "ucap babeh lagi

"loh, kenapa emangnya beh? "

"Soalnya nyamuknya berambut, jadi nggak bisa dibasmi pake fogging, bisanya sama surat nikah"

"Uuhuk"

"Kenapa lo tong, keselek? Belum juga babeh fogging, udah batuk-batuk aja lo"

"Apaan sih beh.. Ara ayok berangkat, udah siang ini" ucap Dimas, tak mempedulikan babeh dan ibu yang tertawa melihat ia salah tingkah

"Sebaiknya rambut kamu digerai aja ra"

Dimas berbicara tanpa menoleh kearah Ara yang duduk disampingnya, gadis itu duduk menyamping menatap Dimas yang tengah mengemudi dengan tatapan memuja

"Kenapa harus digerai, bukannya om dim suka kalau rambut aku diikat gini?"

"Itu soalnya, anu.. Ee leher kamu"

"Oh ini, nggak papa koq om, tadi aku udah tanya teman aku, ini bukan penyakit katanya, ini.. "

"Hah, kamu apa? "kejut Dimas

"Ish, kenapa teriak sih om.. Bikin kaget tau nggak! "

"So-sorry"

"Tadi waktu  abis mandi aku kan ngaca ya om, trus aku kaget lihat leher ama dada aku merah-merah, buanyaaakkk banget.. Om dim mau liat?"

Ara berbicara dengan mimik wajah yang terlihat serius, tubuh yang tadi bersandar dikursi kini sudah berubah tegak, tangannya dengan sigap melepasi kancing seragamnya

"Eh, mau apa kamu? Astagfirullah Ara.. Kamu gila ya? " ucap Dimas panik

"Koq gila sih om, aku kan mau nunjukin leher sama dada aku yang merah" ucap Ara dengan bibir mengerucut

Mengejar Cinta Om DimasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang