Bab 27-Tunangan atau lamaran

4K 324 94
                                    

Ada yang nungguin nggak??
Maaf, dunia nyataku sibookk

_____________

Dimas masih membolak-balik lembaran kertas yang ada di tangannya sambil sesekali melirik Roni yang tengah duduk dengan tangan bersedekap dan mata menatap tajam.

Mau sampai kapan pria itu terus memelototinya.

"Hahahaha.. "

Suara gelak tawa Roni yang tiba-tiba terdengar,mau tak mau membuat Dimas mengangkat kepala. Ditatapnya sahabat yang sudah ia kenal dari dalam kandungan itu untuk beberapa saat.

Kenapa lagi tu orang?
Tadi melotot, sekarang ketawa.
Kok serem..

Dimas bergidik ngeri melihat tingkah Roni, Ia usap tengkuknya yang terasa dingin.

"Jadi.. Gimana Bro, enak? "

Dimas mengernyit mendengar pertanyaan Roni. "enak?" kenapa  orang itu tiba-tiba nanya enak, apanya yang enak. Perasaan dari tadi dirinya maupun Roni tidak sedang mengkonsumsi apapun, terus apanya yang enak coba.. Wah, benar-benar nggak beres ini orang.

"Eh, bagong! Gue nanya bukannya dijawab,malah plongak-plongok. Kesambet setan gaguk lo. "

Lah, kenapa malah dirinya yang disangka kesambet. Bukannya tadi dia yang bertingkah aneh layaknya tengah dirasuki makhluk tak kasat mata.

"Dim,enak kagak? "

"Apanya? Gue nggak lagi makan apa-apa"

"Ck, enak kagak belah durennya maksud gue"

"Gue nggak lagi makan duren, Roni.. "jawab Dimas kesal

"Ah lo mah lemot Dim, kagak nyambungan sinyal lo. " ucap Roni beranjak dari duduknya.

Apa-apan orang ini, enak aja bilang dia lemot. Gerutu Dimas dalam hati, matanya mendelik menatap Roni yang kini berjalan kearahnya.

"Maksud gue nyicipin perawan, bukan belah duren beneran. "

"Apa! Gilak lo! "

"Heleh, ngaku aja lah Den Dimas anak babeh yang alimnya udah ilang.. Pasti sekarang lo udah nggak perjaka lagi kan? "

"Mulut lo ya Ron! "

"Dim, Dim.. Gue kenal lo udah lama, dan baru tadi gue lihat lo didalam satu ruangan ama perempuan,mana dikunci segala lagi tu pintu.. Tapi nggak papa.. itu tandanya lo udah gede Dim, dan lo benaran laki-laki normal."

"Gue.. Nggak ngapa-ngapain tadi. "ucap Dimas lirih

"Really.. Terus, kenapa keringatan? Abis lomba panjat pinang lo. "

"Nggak papa tau Dim, itung-itung nyicil buat kuping. " ucap Roni yang kemudian tertawa terbahak-bahak setelah mendapat lemparan pena dari Dimas yang tepat mengenai keningnya.

***

"Yang terakhir..gula" Ara tersenyum sumingrah begitu memasukan gula yang merupakan barang terakhir dari daftar titipan sang Mama kedalam keranjang belanjaan.

Begitu memastikan semua barang telah lengkap, ia pun berjalan cepat menuju meja kasir, Ia tak sabar untuk pulang ke rumah dan menyelesaikan drakornya yang tadi ia tinggal.

Setelah selesai melakukan pembayaran, Ara pun bergegas meninggalkan supermaket menuju jalan raya untuk mencari taksi. Namun langkahnya terhenti begitu netranya menangkap sosok wanita paruh baya yang sangat ia kenal.

Mengejar Cinta Om DimasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang