Bab 19-Mau judul apa?

4.9K 317 30
                                    


Ara berkali-kali merutuki kebodohannya. Pembicaraan tadi seharusnya menjernihkan masalah, bukan malah memperkeruh seperti ini.

Harusnya tadi ia tak marah, harusnya ia tak langsung pergi, harusnya ia jelas kan semuanya dan dengarkan semua penjelasan Dimas.Harusnya ia kejar Dimas. Harusnya...

Hah..

Ara menarik dan menghembuskan nafas dengan kasar. Matanya masih melirik ke arah ponselnya yang berada diatas meja. Entah apa yang ia harapkan, sedangkan ia yakin Dimas tak mungkin lagi mau menghubunginya setelah kata-kata kasar yang tadi sempat ia lontarkan ke arah pria yang begitu dicintainya itu.

"Ap--apa dia, yang membuat kamu berubah? " ucap Dimas, menatap lekat Ara yang mematung seolah tak bernyawa.

"A-apa, om dim--percaya dengan video ini? " tanya Ara, setelah berhasil menguasai keterkejutannya.

"Sejujurnya aku percaya, apalagi melihat perubahan sikapmu akhir-akhir ini."

"Ini semua, nggak seperti yang om dim pikirin.. Aku bisa jelasin semuanya. Aku.. "

"Apa dia, yang membuat kamu berubah Ra.. Aku mohon jawab pertanyaan itu."

"Om.. Ini semua nggak ada sangkut pautnya sama dia. Kalau tentang aku yang jauhin om, itu semua karena bu olive, dia.. "

"Harus gimana lagi saya jelaskan ke kamu ra, TIDAK ADA HUBUNGAN DI ANTARA KAMI."

"Kalau.. Seandainya, tidak ada hubungan apa-apa diantara kalian, kenapa malam itu.. Aku lihat kalian ciuman,bahkan.."

"Berarti kamu juga ada hubungan sama dia ra, karena kamu juga ciuman sama dia" ucap Dimas, memotong ucapan Ara.

"Om..kasusku sama Ari beda, dia yang cium aku..dan aku tolak dia, video yang om lihat itu dipotong jadi kesannya aku mau aja dicium sama dia pahadal kenyataannya enggak, aku.. "

"Kalau aku yang beri penjelasan seperti itu, apa kamu bakal percaya? "

"Om dim, nggak usah mutar balikin fakta. Aku sama Ari emang jelas nggak ada hubungan apa-apa, dia cuma iseng aja ngelakuin itu ke aku.. Sedangkan kalian dulu pernah ada rasa dan mungkin aja sekarang rasa itu tumbuh lagi karena ciuman itu. Dan yang jelas aku liat semuanya."

"Lihat semuanya? Bullshit ra, mata kamu udah ketutup karena cemburumu yang jelas! Dan satu lagi, kamu kekanakan, maunya menang sendiri. Egois!" ucap Dimas berbalik meninggalkan Ara.

"for your information ya om dim, benar aku kekanak-kanakan karena aku masih 18 tahun, kalau nggak suka, sana pacaran sama nenek-nenek yang punya pemikiran dewasa!" teriak Ara sebelum punggung Dimas hilang dibalik tembok.

****

Ara berjalan pelan saat kakinya melangkah di halaman rumah Dimas. Dadanya berdegup cepat kala ekor matanya menangkap keberadaan Dimas yang tengah sibuk mengelap motor besarnya.

"Neng, mau kemane? Nggak berangkat bareng Dimas.. " pekik babeh yang berdiri di depan pintu, mengejutkan Ara

"Eh, anu beh, Ara.. "

"Dia udah ada yang nunggu di depan komplek beh, jadi nggak butuh Dimas lagi" ucap Dimas, memotong ucapan Ara dengan tangan masih sibuk mengelap motor

"Oo.. Pacar ya neng?" tanya babeh

"Itu.. "

"Ya iyalah beh, kan asik pacaran satu sekolah.. Pulang pergi sekolah barengan, nyari buku juga bareng sambil gandengan tangan..kayak sinetron yang ibu tonton" ucap Dimas, tanpa melihat ke arah Ara.

Mengejar Cinta Om DimasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang