Bab 28-Nggak jodoh (mungkin)

3.5K 354 56
                                    


Susah amat dapatin vo-ment dari kelean 😔

_________________

"Om, kenapa.. " Sekuat tenaga Ara menahan airmatanya, dia harus bertanya kenapa Dimas setega itu memainkan perasaannya. Ia tarik nafas sedalam-dalamnya untuk meredakan sesak yang menekan rongga dadanya.

"Dim, Ibu lo pingsan.. "

Ara yang baru saja akan bertanya perlahan menutup mulutnya kembali begitu Dimas pergi tanpa mengucapkan apapun padanya. Ditatapnya punggung Dimas yang bergerak menjauh.

Ara mendongak mencoba menghalau air yang perlahan tapi pasti meluncur dari matanya.

Hahahaha.. Ara terkekeh pelan mendapati keadaan dirinya sekarang, dengan susah payah ia berdiri, tangannya dengan kasar mengusap air yang membasahi pipinya.

Miris banget hidup gue ya ampun, kenapa jatuhnya jadi kayak lagu tenda birunya Desi ratnasari yang selalu diputar mama buat nemenin masak sih. Gumam Ara lirih

Tanpa undangan diriku kau lupakan
Tanpa putusan diriku kau tinggalkan
Tanpa bicara kau buat ku kecewa
Tanpa berdosa kau buat ku merana

Lah kenapa malah jadi nyanyi ya Tuhan..

Ara memukul pelan kepalanya seraya berlalu meninggalkan rumah Dimas.

Mungkin, kita memang nggak jodoh om..

***

Ara turun dari taksi dengan langkah gontai, berkali-kali ia usap matanya yang masih saja digenangi air.

"Anginnya kenceng banget sih, ampe berair terus nih mata" ucap Ara seraya melangkah pelan menuju rumahnya.

"A.. A.. A.. I.. I.. I.. " ucapnya lagi, ditarik sudut bibirnya dengan kedua tangan.

"Lo bisa Ra, ayo senyum.. Lo bukan cewek lemah" ucapnya pada diri sendiri.

"Lo nggak boleh nangis, nanti kalau Mama lihat, Mama bakalan khawatir"

"Semangat! " Ucapnya lagi sebelum membuka pintu. "

"Mamaaa... Ara pulang.."

"Ara"

"Papa.. Ya ampun.kapan Papa datang,kok nggak ngabarin dulu" Teriak Ara seraya berlari menghampiri sang Papa.

"Jangan lari sayang.. Pelan-pelan aja,Papa bakalan lama kok disini, jadi kita bisa ngobrol banyak"

Ara tersenyum menatap sang Papa. Pria paruh baya yang masih terlihat tampan diusianya yang terbilang tak lagi muda itu juga menatap putri semata wayangnya lekat,terlihat jelas kerinduan dikedua wajah ayah dan anak itu. Pekerjaan sang Papa yang menjadi pengacara dinegri orang membuat mereka jarang sekali bertemu,bisa dibilang dalam satu tahun Ara hanya bisa beberapa kali bertemu dengan sang Papa.

"Kamu dari mana malam-malam begini,sayang?"

"Ara dari rumah teman Pa, kebetulan ada acara"

"Oh ya, apa dia teman spesial? "

"Hmm,seharusnya..tapi, sekarang jadi teman biasa aja"

"Maksudnya.. "

"Yaa.. Gitu dech, oh ya Papa udah makan? Ara laper banget nih Pa, kita makan yuk"

Mengejar Cinta Om DimasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang