Dimas bersandar dengan kaki lurus didepan kulkas,tidak jauh dari tempatnya bersandar,tergeletak tabung APAR yang tadi digunakan untuk memadamkan api. Sedangkan Ara terlentang diatas karpet bulu yang ada diruang tengah apartemen Dimas. Keduanya sama-sama menatap dapur yang terlihat kacau balau.
Dimas menatap Ara yang tiba-tiba terkekeh dari tempatnya berbaring, kemudian tengkurap menghadap Dimas dengan kedua tangan menyangga dagu.
"Seram ya om"
"Apa?" Dimas berkerut alis, belum mengerti maksud dari kata seram yang diucapkan Ara.
"Itu-azab. Datangnya langsung tunai, nggak nunggu entaran"
"Azab?"
"Iya,azab dari kelakuan om yang hobi mainin burung"
"Astaga Ara! Aku nggak mainin burung,jangan sembarang kamu"
"Iya nggak mainin, cuma ngelus-ngelus naik turun aja kan?" Sindir Ara seraya melirik Dimas.
"Ya, itu semua salah kamu. Suka banget mancing-mancing. Siapa tadi yang minta ciuman panas, kamu kan?"
"Loh,kok jadi aku yang salah. Kamu aja yang gampangan,ditowel sedikit aja langsung nyamber kayak api kena bensin"
"Iya,aku bensin dan kamu apinya..sama-sama nggak bisa nahan gesekan." ucap Dimas seraya menghampiri Ara.
"Maaf ya,udah buat kamu takut." Dimas usap kepala Ara dan membawanya untuk berbaring dipangkuan Dimas.
"Aku nggak takut sama kejadian tadi,yang aku takutkan kalau kamu ninggalin aku."
"Nggak mungkin, ngapain aku ninggalin kamu, nggak ada alasan untuk berbuat seperti itu, Ra."
"Bener nih?"
"Bener dong "
"Kalau gitu janji" Ara mengangkat jari kelingkingnya dan membawa serta jari kelingking Dimas untuk saling bertaut.
"Sayang,om dim" ucap Ara, ia benamkan kepala diperut Dimas seraya mengeratkan pelukan dipinggang Dimas.
"Jangan macem-macem lagi,Ra."
"Aku nggak macem-macem,om.."
"I-itu, bibir kamu jangan nempel-nempel diperutku kayak gitu."
"Nggak boleh gini?" Tanya Ara,semakin menenggelamkan kepala diperut Dimas.
"Ara.."ucap Dimas,ia tahan kepala Ara yang terus bergerak diperutnya
"Kenapa sih? Aku nggak macem-macem kok om,cuma gini aja. Badan om dim enak,wangi."
Dimas mengeram saat Ara semakin membenamkan kepala diperutnya. Bahkan kaosnya kini sudah diangkat dan Ara tanpa ragu mengecupi perut Dimas.
Oh,Tuhan..kalau seperti ini bukan dapur apartemennya lagi yang akan terbakar,tapi seluruh jiwa raga Dimas yang akan hancur berantakan.
"Ra...udah dulu ya sayang, aku mau mandi badanku lengket. Kamu istirahat dulu aja,oke." Cegah Dimas,saat Ara masih gencar menguji keimanannya.
Dimas langsung menarik kaosnya untuk menutupi perutnya yang tadi sempat dibuka Ara begitu gadis itu menjauhkan kepala. Kalau Dimas tidak segera menghentikan Ara,dia yakin mereka akan mengulang perbuatan laknat itu lagi dan azab pasti akan datang lagi, mengingat adiknya dibawah sana sudah mulai berkedut tanpa malu.
Cepat banget lu bangun sih ,tong...
Nggak takut kebakar api neraka lu yak!"Om dim mau mandi?"
"Iya,kamu istirahat dulu. Nanti selesai mandi,aku cari makan dibawah"
"Nggak barengan aja mandinya,biar kita cari makan sama-sama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Om Dimas
Historia CortaGelar playboy santun yang disandangnya mendadak ternodai Bocah berparas malaikat namun berperilaku iblis itu sungguh membuat hatinya ketar ketir Comedy romance tentang cinta beda usia Mature content untuk 17+