Bab 21

3.6K 314 66
                                    

Hai semuanya..
Akoh datang lagi... Ada yang kangen nggak yaa 😚
Sebelum kalian baca, akoh mo minta maaf dan ngucapin banyak-banyak terimakasih buat kalian yang selalu nanyain kapan akoh update, akoh tu terharu banget, huhuhu...

Sorry, bukannya mo ngegantungin cerita tapi memang hidupku di dunia nyata lagi rada-rada drama sejak dari akoh hamil sampai sekarang si dedek udah lahir.
Tapi mulai sekarang akoh usahain buat update koq, karena Om Dim dan dedek Ara udah wara-wiri di otakku
Yo wes lah, udahan aja curhatnya..

Cus baca...

Happy reading cintah 😘

______________________________________

Lima tahun kemudian...

Ara menarik selimut hingga menutupi kepala saat langkah kaki dan degungan bak suara lebah terdengar semakin dekat ke arahnya.

Inilah yang paling dibenci olehnya saat berada dirumah. Apalagi kalau omelan sang Mama yang tak mengenal waktu. Bayangkan saja, ini masih pagi dan Mama sudah mengeluarkan suara yang mengalahkan kecepatan para reeper sekelas babang Chanyeol EXO.

"Ara... "

Mulai lagi, batinnya..

" Bangun dong sayang.. Ini udah siang! "

Suara sang Mama yang mengalun merdu kembali terdengar, seolah menjadi senandung pagi yang wajib Ia dengar akhir-akhir ini.

Ara mencoba abai, namun tarikan selimut yang dibuka secara paksa, mau tak mau membuatnya menoleh ke arah sang Mama yang tengah menatap dingin kearahnya.

"Bentar lagi Maa.."

Dengan suara serak khas orang bangun tidur, Ara mencoba bernegosiasi.

Tanpa membuka mata, Ia tarik kembali selimut yang tadi dibuka mama, hingga menutupi kembali seluruh tubuh hingga kepalanya.

"Kamu ini, anak perawan koq suka bangun siang..Nanti jauh jodoh baru tau rasa! "

Ara berdecak mendengar ucapan sang Mama. Sebenarnya apa hubungannya sih bangun siang sama jauh jodoh.

Contohnya saja dia, kurang pagi gimana coba dulu dia waktu zaman sekolah, dia rela ngetem dari jam enam di depan pintu rumah Om Dim demi dapat tumpangan ke sekolah, tapi tetap aja tuh si Oom di gondol wewe gombel.

Ck, Mama sih.. Ara kan jadi keinget sama Om Dim lagi, bisa gagal nih agenda move on yang sudah Ia perjuangkan selama lima tahun.

"Udah sebulan semenjak kamu  pulang dari Jogja, kerjamu cuma tidur terus. Nggak bosan apa? Keluar kek sana, cari kerja atau lanjut kuliah,pusing Mama lihat kamu kumel kayak gembel gitu, Ra. "

"Mamaa.. Tega-teganya bilang anak sendiri kayak gembel !"

"Loh, benar koq ucapan Mama. Coba sekarang kamu ngaca, lihat muka sama rambut kamu yang awut -awutan gitu, mirip banget sama gembel."

"Namanya juga bangun tidur,Maa.."

"Mama malu lho Ra, sama tante Indri. Tiap kali kumpul keluarga, Dia pasti bangga-banggain Adnan. Gimana nggak bangga coba? Adnan sekarang udah kerja, makin keren lagi tuch. Nggak kayak kamu, hadeuh.. Pusing Mama lihatnya"

Kalau sudah begini, Ara lebih baik memilih bangun dari tempat tidur dan beranjak menuju kamar mandi,daripada harus mendengar omelan Mama yang itu-itu saja.

Setelah lebih dari lima belas menit di dalam kamar mandi untuk menyelesaikan hajatnya, dengan gerakan sepelan mungkin, Ia buka sedikit pintu yang ada didepannya, di balik celah sempit yang terbuka, Ara mencoba mengintip keberadaan sang Mama dan benar dugaannya, sang paduka Ratu sudah tidak terlihat lagi keberadaannya.

Mengejar Cinta Om DimasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang