Ku tulis bab ini disela-sela keriweuhan dunia nyataku🤧Nggak ada yang nanya Thor..
(pasti kalian jawab gitu kan?🤧)Baiklah, selamat membaca..
__________________
Ara hanya bisa tertunduk tanpa berani bergerak sedikitpun,kini dihadapannya ada babeh dan bunda yang juga duduk disofa,jangan tanya dimana keberadaan Dimas sekarang,pria itu dengan ngenes nya duduk bersimpuh dibawah babeh dengan salah satu pahanya diinjak sang ayah tanpa rasa kasian.
Ara berusaha menarik ujung kemeja dengan jari telunjuk dan ibu jari, sebisa mungkin ia tak ingin menimbulkan gerakan yang ketara karena takut nasibnya akan berakhir sama dengan om dim, mengingat betapa merah padamnya muka babeh saat ini.
"Ara"
Ara berjengkit begitu mendengar namanya dipanggil. Padahal bunda memanggilnya dengan lembut tapi tetap saja membuat Ara hampir terjungkal,bahkan cushion sofa yang tadi sudah hampir berhasil ditarik untuk menutupi pahanya terlempar begitu saja hingga mengenai wajah babeh. Dan kini Ara hanya bisa nyengir kuda mendapati pelototan babeh.
Benar-benar cari mati kau Ara.
"Ara"
"I-iya, bunda"
"Kamu ganti baju dulu ya sayang,biar enak duduknya. Kalau sudah selesai,nanti kamu kesini lagi,kita ngobrol lagi" ucap bunda lembut,dan senyum yang selalu menghiasi bibirnya.
Ara hanya bisa mengangguk untuk menjawab permintaan bunda, kemudian berdiri untuk berjalan menuju kamar dimas.
"Mau kemana lu!"
Ara yang baru saja akan berjalan sontak menghentikan langkah begitu suara babeh terdengar,sekuat tenaga ia gerakan leher untuk menoleh kebelakang dimana babeh berada.
"I-itu.."
"Babeh tonjok lu dim,kalau ampe ikutan masuk kamar!"
Ara yang baru saja akan menjawab,langsung menutup rapat kembali mulutnya begitu tau ternyata pertanyaan bebeh bukan ditujukan untuknya,bahkan saking parnonya Ara berjingkat secepat mungkin masuk kedalam kamar Dimas.
Setibanya dikamar dan menutup pintu,Ara hembuskan nafas yang tanpa sadar dari tadi seolah hanya tersekat ditenggorokannya kemudian duduk meluruh bersandar disebalik pintu.
Ara tekan dadanya yang sedari tadi berdentum kuat layaknya genderang barongsai yang sedang ditabuh untuk meredakan detakannya. Sungguh Ara tidak pernah menyangka bahwa ia dan om Dimas akan tercyduk saat tengah asik mendesah seperti tadi oleh bunda dan babeh. Sebenarnya ketimbang takut, saat ini Ara lebih merasakan malu. Bagaimana nasibnya dan om dim setelah ini,pasti mereka akan dilarang untuk saling bersua.
Heh,alamat lama lah tempe bertemu dengan terong.
Ini semua salahnya,kalau saja tadi dia tidak berakting seolah baru saja menghabiskan malam panas bersama Dimas didepan si RinRin itu,tentu saja peristiwa memalukan ini tidak pernah terjadi. Ya, lebih tepatnya si Rina atau siapa itulah namanya yang harus bertanggung jawab akan peristiwa ini.
Lihat saja,Ara akan meminta pertanggungjawaban perempuan genit itu kalau sampai hubungannya dengan Dimas menjadi kacau.
Ara kembali mendekatkan telinga ke pintu untuk mencuri dengar pembicaraan antara ketiga orang yang sedang ada diluar sana,namun sedekat apapun Ara melekatkan telinga pada pintu ia tetap tidak bisa mendengar jelas apa yang tengah dibicarakan hanya dengungan seperti suara lebah yang berhasil ia dengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Om Dimas
Short StoryGelar playboy santun yang disandangnya mendadak ternodai Bocah berparas malaikat namun berperilaku iblis itu sungguh membuat hatinya ketar ketir Comedy romance tentang cinta beda usia Mature content untuk 17+