Bab 31-Resiko

2.8K 299 66
                                    

"saya kuliti kamu kalau sampai berani menyentuh putri saya!"

________________

"Sa-saya.."

"Papa ih, nggak boleh galak-galak sama calon mantu. Kasian om Dim nya Ara jadi susah ngomong kayak Aziz gagap" ucap Ara seraya mengusap pelipis Dimas yang basah.

"Ara!sini kamu. Jangan nempel-nempel kayak cicak gitu bisa kan" hardik mama seraya melotot kearah Ara.

"Ara disini aja ah ma,kasian om Dim kalau keringatan nggak ada yang niupin"

"Ada aja alasan kamu. Itu kan ada kipas kenapa juga harus mulut kamu yang susah-susah niup"

"Sudah,sudah. Kapan papa bicaranya kalau kalian nggak bisa diam." Hardik papa,kemudian kembali menatap kearah Dimas.

"Jadi benar kamu pacaran sama anak saya?"

"Benar,om."

"Sudah berapa lama?"

"Sejak Ara masih kost ditempat orang tua saya,om"

"Lumayan lama juga. Jadi sudah kamu apain anak saya sampai-sampai dia segitu nempelnya sama kamu"

"Itu-saya.."

"Apa?!"

"Papa ih, jangan nanya yang enggak-enggak dong sama om Dim. Lagian om Dim nggak ngapa-ngapain Ara kok. Yang ada Ara yang ngapa-ngapain om Dim." Kekeh Ara,

"Ara! Kamu..." Papa tidak dapat melanjutkan ucapannya. Ia urut perlahan pelipisnya yang tiba-tiba terasa tegang

"Maaf sebelumnya kalau saya lancang, maksud saya kesini--"

"Saya ingin meminta izin untuk menjalin hubungan yang lebih serius dengan Ara"

"Ara mau om,Ara mau banget diseriusin" teriak Ara semangat, ditariknya lengan Dimas kemudian ditepuknya gemas.

"Ih,ngegemesin banget sih"

"Astaga Ara, kamu ini benar-benar" papa hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan Ara.

"Gimana dengan kamu, Man?" Papa menatap Arman yang justru tersenyum melihat kelakuan Ara.

"Saya tidak apa-apa, om. Saya bahagia kalau Ara bahagia. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

" Selamat Ara, semoga kamu bahagia dengan pilihan mu"

"Hehehe..makasih mas, doa terbaik juga buat mas"

"Yah sudah kalau gitu,papa dan mama hanya bisa mendoakan yang terbaik buat kalian, tapi walau kami sudah memberi izin bukan berarti kalian bisa bebas berbuat yang tidak-tidak. Ingat Dimas saya benar-benar akan kulitin kamu kalau berani macam-macam."

Arman tersenyum kemudian kembali menyesap gelas yang ada ditangannya. Sekarang ia harus menata hati dan mulai melangkah untuk masa depan. Bukankah cinta tak harus memiliki.

****

Dimas turun dari mobil kemudian dengan langkah cepat berjalan menuju rumah begitu menerima telepon dari sang ibu yang mengatakan keluarga Anisa tengah mencarinya.

Begitu tiba didepan pintu,ia urungkan tangan yang akan membuka pintu begitu suara om Rinto-ayah Anisa terdengar. Dimas bisa memastikan, bahwa percakapan yang tengah berlangsung bukan sesuatu yang baik,mengingat betapa keras dan penuh tekanan suara om Rinto yang tengah berbicara.

Mengejar Cinta Om DimasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang