Sangat kacau!
Kata-kata itulah yang cocok untuk mendeskripsikan sosok Karra yang sekarang ini, sudah 3 hari ia tidak ke kantor, dan membuat Bara lah yang di tunjuk oleh Fathan untuk menggantikan posisi kakaknya sementara.
"Karra, makan dulu sayang, udah 2 hari ini loh kamu gak makan," ucap Nesya.
Nesya sangat prihatin melihat keadaan putranya saat ini.
"Enggak Bun, Karra gak mau, Karra cuma mau Amel," ucap Karra dengan pandangan lurus ke depan.
"Sayang, nanti kamu sakit," ucap Nesya sedih.
"Biarin aja Bun. Aku gak akan makan sebelum Amel kembali," kekeuh Karra.
"Karra. Nanti yang ada Amel sedih kalo liat kondisi kamu seperti sekarang ini,"
"Makan ya," ucap Nesya lagi.
"Bun, kayanya Amel gak akan balik lagi sama aku, buktinya, ini udah hampir sebulan dan Amel gak bales chat aku sama sekali, gak respon telepon aku sama sekali. Segitu bencinya ya dia sama aku?"
"Karra, mungkin Amel butuh waktu untuk selesaikan masalah kalian berdua,"
Karra menggeleng. "Aku mau balik ke Amerika Bun." Tegas Karra sembari bangkit dari kasurnya.
ᘛ
"Bapak, ibu, makasih ya udah mau kasih tempat tinggal sementara untuk Amel, maaf kalo Amel cuma bisa ngerepotin kalian," ucap Amel.
Rencananya, hari ini Amel akan kembali kepada Karra, setelah beberapa hari ia pikirkan matang-matang, benar juga kata Bu Astri, diantara dirinya dan Karra harus ada yang mengalah, dan itu adalah Amel, Amel mencoba memaafkan perbuatan Karra, karena bagaimanapun juga Karra harus tahu jika dirinya akan jadi seorang ayah.
Bu Astri memeluk Amel dengan erat, ia menangis sejadi-jadinya melepaskan kepergian Amel yang sudah seperti anaknya sendiri. "Sering-sering main ya neng nanti ke sini, pintu rumah ini selalu terbuka untuk neng Amel," ucap Bu Astri.
"Iya Bu, makasih ya. Jangan lupa obat obatnya diminum ya Bu, sehat-sehat terus,"
"Siap neng. Bapak bawa mobilnya hati-hati ya, jangan ngebut,"
"Iya ibu," ucap pak Dadang.
Amel mencium tangan Bu Astri, dan kembali memeluknya. "Amel pamit ya Bu. Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam,"
Amel masuk kedalam taksi dan melambaikan tangannya kearah Bu Astri.
"Hati-hati neng," teriak bu Astri ketika melihat taksi suaminya mulai menjauh.
"Semoga bahagia selalu ya neng rumah tangganya," ucap Bu Astri.
ᘛ
Kini Fathan, Nesya, Kahla, dan Nara sedang mengantar Karra ke bandara, ucapannya tak main-main, ia bencana untuk memulai kehidupan barunya disana.
"Kamu yakin Karra?" Tanya Fathan.
"Yakin yah! Karra yakin, disini Karra terus ke inget Amel, siapa tau di sana enggak kan," ucap Karra sembari memberikan senyum palsu.
"Kak Karra, kakak jangan pergi ke sana lagi, disana jauh, Nara jadi gak bisa sering ketemu sama kakak, kalo kakak disini kan, Nara bisa setiap hari ketemu sama kakak," Inara memeluk kaki kakaknya.
"Kakak harus kembali kesana lagi Nara, kakak gak bisa disini, kalo disini kakak terus-terusan sedih,"
"Tapi kan kak,"
Karra membungkukkan badannya. "Nanti kakak kasih kamu makanan yang banyak, cokelat, es krim, permen kapas, cake cokelat, sama?"
"Mainan yang banyak!" Seru Inara,
Karra mengelus rambut sang adik. "Iya nanti kakak beliin semuanya,"
"Janji?" Tanya Inara sembari menjulurkan jari kelingkingnya.
"Janji." ucap Karra.
"Dek, kenapa gak tunggu sampe acara pernikahan kakak, dua bulan lagi loh," ucap Kahla.
Karra menggeleng. "Bagi aku dua bulan itu lama kak, lebih baik aku tunggunya di Amerika aja. Aku pastiin waktu acara pernikahan kakak aku dateng kok," Kahla memeluk Karra, ia sangat tidak tega melihat adiknya ini, badannya agak kurus, wajahnya tak terawat, benar-benar seperti orang patah hati.
Setelah dilepaskan pelukan oleh saudara kembarnya, kini gantian sang bunda yang memeluknya, Nesya menangis melepas kepergian Karra ke Amerika. "Jaga diri kamu baik-baik ya nak, kamu boleh patah hati, tapi jangan sampai kamu patah semangat."
"Bunda juga, jaga diri bunda baik-baik ya, nanti Karra usahain buat main ke Indonesia," Nesya mengangguk.
"Bunda, ayo, keluarganya Rico udah nungguin kita di butik," ucap Fathan.
"Iya yah, sebentar lagi," ucap Nesya.
"Jangan nakal ya Karra disana!" Ingat Nesya pada putranya.
Karra tersenyum. "Enggak kok Bun, lagian juga pasti disana aku bakalan sibuk banget,"
"Ya udah. Kalo gitu hati-hati ya, sayang," Nesya mencium kedua pipi Karra.
"Iya bunda. Yah, kak, dek, aku pamit ya,"
"Kakak." lirih Inara yang siap untuk menangis.
"Anak cantik kenapa nangis? Kan kakak udah janji bakal beliin semua apa yang kamu minta. Jangan nangis lagi oke?" Inara menangguk dan menghapus air matanya.
Karra berjalan meninggalkan keluarganya sembari melambaikan tangannya.
"Berat banget rasanya buat ninggalin ini semua," ucap Karra pelan.
"Karra! Kalo udah nyampe kabarin ayah ya!" teriak Fathan.
Karra menangguk. Tak lama kemudian keluarganya pun sudah pergi, Karra menghembuskan nafasnya berat, apakah ia benar-benar harus pergi? Entahlah, hatinya masih sangat ragu untuk kembali ke Amerika.
"Kak Karra! Jangan pergi!" Teriak seseorang yang suaranya sangat Karra kenali.
"Amel?!"
ᘛ
To be Continued
Sudah Revisi
KAMU SEDANG MEMBACA
KARRAMEL (SELESAI)
Short StorySekuel Greatest Husband Mengisahkan tentang dua orang yang dulunya menjalin kasih namun terpaksa berpisah karna suatu ke salah pahaman. Hingga takdir mempertemukan mereka kembali, dan mereka malah terikat kedalam suatu hubungan yang lebih serius. "...