Amel tengah menunggu Karra di depan kontrakannya, rencananya hari ini mereka akan datang bersama ke acara pernikahan Felly dan juga Dito, kebetulan Dito adalah sahabat Karra sejak SMA dulu.
Karra sampai didepan kontrakan Amel, ia melihat Amel yang sudah cantik dengan balutan dress dan juga makeup natural.
"Cantik," ucap Karra tak sengaja.
Amel yang baru saja duduk di samping Karra, menatap Karra dengan alis mengerut. "Kenapa kak?" Tanya Amel.
Karra menggeleng "E-enggak. Udah? Berangkat sekarang?"
"Udah kak, ayo,"
Karra melajukan mobilnya kearah tempat dimana pernikahan sahabatnya berada.
ᘛ
Karra dan Amel sudah sampai di hotel yang dimaksud oleh Dito dan juga Felly.
Amel langsung menghampiri Felly dan Felly memeluk sahabatnya itu dengan erat.
"Cie yang udah nikah,"
"Cie yang bentar lagi nikah," sambung Felly.
"Oh iya, kok bisa sih kalian mau nikah? Gimana ceritanya?" Tanya Felly penasaran.
"Kamu lagi gak sibuk emang?" Tanya Amel.
"Enggak, santai aja. Kita kesana aja yuk," tunjuk Felly kearah tempat yang agak sepi.
Sebelum mereka pergi, Felly memberi tahu kepada suaminya kalau ia ingin mengobrol dengan Amel.
Keduanya pun duduk dibangku yang tersedia di sana. "Gimana gimana?"
"Jadi, dua hari setelah aku nginep di rumah kak Karra, kak Karra ngajakin aku jalan ke taman,"
Flashback
Karra membantu Amel untuk jalan, sebenarnya Amel sudah bisa jalan, namun tidak bisa lancar. Mereka duduk disalah satu bangku taman.
"Kakak ngapain ajak aku kesini? Kakak gak ada kerjaan di kantor?" Karra menggeleng.
"Kamu mau gak?" Tanya Karra sembari menyodorkan kotak cincin kearah Amel.
"Cincin? Buat aku?"
"Iya, mau gak?" Ucap Karra dengan sedikit kesal.
"Eng-"
"Saya maksa! Mau gak mau kamu ambil cincinnya, dan nanti hari Sabtu saya akan bertemu dengan orang tua kamu"
"Kakak lamar aku?" Tanya Amel tak percaya.
"Hm." balas Karra.
"Kok gak romantis?" ucap Amel pelan.
"Bilang apa?!"
"Enggak kak, i-ini cincin nya bagus,"
"Kakak gak pakein aku cincinnya?"
"Kamu punya tangan kan?" Amel mengangguk.
"Tangan kamu gak lagi sakit kan?" Amel menggeleng.
"Berarti bisa pake sendiri dong,"
Amel menghembuskan nafasnya lelah, Karra benar-benar minta di tinju!
Flashback end
Felly yang mendengar cerita sahabatnya pun hanya bisa tertawa terbahak-bahak.
"Bener bener gak romantis banget calon suami lo, Mel," ucap Felly masih tertawa.
"Gak apa-apa, gak romantis, yang penting sebentar lagi kak Karra bakal jadi suami aku," ucap Amel dengan bangga.
Felly melirik kearah Amel yang sedang tersenyum lebar. "Akhirnya penantian panjang lu gak sia-sia, Mel. Udah percaya kan kalo buah dari kesabaran itu manis,"
"Iya, udah percaya sekarang,"
ᘛ
3 hari kemudian.
Karra baru saja selesai mengucapkan ijab kabul dihadapan para keluarga dan juga tamu undangan. Jantungnya berdetak begitu cepat ketika tangannya menjabat tangan Azzam - ayahnya Amel. Mereka mengadakan pernikahan disalah satu gedung mewah yang ada di Jakarta.
Karra dan Amel berdiri berdampingan, kini keduanya sudah resmi menjadi suami istri.
'Beneran kan ini gak mimpi?' itulah yang diucapkan Amel sedari tadi. Ia masih benar-benar tidak percaya. Kalau ini mimpi, Amel mohon jangan bangunkan ia dari mimpi indahnya ini.
"Jangan bengong, nanti kesambet." ucap Karra dengan pelan kearah Amel.
"Kamu capek?" Tanya Karra saat melihat wajah Amel sedikit pucat.
"Istirahat aja, nanti biar saya yang bilang bunda, sana ke kamar," titah Karra.
"Enggak kak, aku disini aja, lagian juga tamu undangan nya masih banyak,"
"Terserah. Saya mau kesana, temuin temen saya," pamit Karra.
Sepeninggalan Karra, Amel duduk dibangku yang ada dibelakangnya, ia memegang perut kanannya, tepat diarah ginjalnya yang sakit.
"Kenapa harus sekarang sih?" Tanya Amel pada dirinya sendiri.
Diam-diam Riza memperhatikan Amel yang tengah menahan rasa sakit diperutnya, ia menghampiri Amel dan membawanya ke tempat yang agak sepi, Riza mendudukan Amel lalu ia duduk disebelah Amel. "Kamu kecapean Mel, kenapa gak istirahat aja?" Tanya Riza khawatir.
"Aku gak apa-apa, kak," Amel tersenyum pada Riza untuk mengatakan bahwa ia baik-baik saja.
"Baik-baik aja dari mana? Aku panggil Karra dulu ya, biar dia bawa kamu ke kamar untuk istirahat," saat Riza hendak berdiri Amel mencegahnya.
"Jangan kak, nanti kak Karra khawatir, aku cuma butuh obat aku aja, setelah itu pasti udah gak sakit lagi,"
"Mana obatnya? Kamu taruh mana, Mel?"
"Di dalam tas aku kak," Riza mengangguk, ia mencari tas Amel dan membukanya, ketika menemukan obat Amel, Riza memberikan kepada Amel untuk segera diminum olehnya.
Riza dan Amel sama-sama menengok saat mendengar suara tepuk tangan, Karra. Orang itu adalah Karra, orang yang bertepuk tangan tadi adalah Karra.
"Bagus ya, di depan lagi ada acara pernikahan, dan salah satu pengantinnya malah selingkuh?! Benar-benar pernikahan yang luar biasa." ucap Karra.
"Kak... Ini gak seperti yang kakak lihat, kak Riza cuma tolongin aku doang, kak,"
"Terus yang saya lihat seperti apa? Seperti apa?!" Ucap Karra menaikkan suaranya.
"Kak," lirih Amel.
"Selesaikan hubungan kalian, baru kamu temui saya!" Ucap Karra pada Amel.
"Kakak!" Ucap Amel sedikit berteriak agar Karra berhenti dan mau mendengarkannya. Tapi sayang, suaminya itu malah kembali berbaur dengan para koleganya.
ᘛ
Happy wedding untuk mas Karra dan mba Amel, semoga menjadi keluarga yang samawa ya, untuk mas Karra jangan jutek jutek gitu sama mba Amel nya, kasian mas:)
Sudah Revisi
KAMU SEDANG MEMBACA
KARRAMEL (SELESAI)
Short StorySekuel Greatest Husband Mengisahkan tentang dua orang yang dulunya menjalin kasih namun terpaksa berpisah karna suatu ke salah pahaman. Hingga takdir mempertemukan mereka kembali, dan mereka malah terikat kedalam suatu hubungan yang lebih serius. "...