KARRAMEL | 04

5.9K 454 47
                                    

04

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

04. Sebuah Kecupan

"Gimana dengan kondisi saya dok?" Tanya seorang perempuan pada dokter yang ada dihadapannya.

"Kamu harus cepat-cepat mendapatkan donor ginjal, kondisi ginjal kamu sudah sangat parah. Kamu harus kurangi aktivitas kamu, perbanyaklah istirahat, makan makanan yang sehat, dan jangan lupa minum obat yang saya berikan," jelas dokter bernama Riza pada pasiennya itu.

"Selama kamu belum mendapatkan donor ginjal, kamu harus teratur cuci darah, ya," perempuan itu mengangguk lirih.

"Terima kasih ya dokter,"

"Jaga kesehatan kamu, jangan sampai drop lagi,"

Setelah Inara pulang dari rumah sakit, ia tidak masuk sekolah sejak 2 hari lalu, dan membuatnya merasa jenuh karena selalu berdiam diri di kamarnya. Kedua orang tua, bahkan kakak-kakaknya sangatlah posesif pada Inara.

"Bunda, Nara bosen banget," keluhnya pada Nesya yang berada disampingnya.

"Nara kangen sama ibu Amel," Inara menundukkan kepalanya, sedih.

Nesya mengelus rambut panjang Inara "Bunda panggil ibu Amel nya kesini mau?" Tawar Nesya.

Inara menatap sang bunda dengan tatapan berbinar. "Beneran Bun? Mau banget! Cepetan Bun telepon Bu Amel!" pintanya.

"Iya iya, bunda telepon Bu Amel nya,"

Nesya mengambil handphonenya yang diletakkan dimeja balas sebelah tempat tidur anaknya.

Setelah menghubungi Amel, tak lupa juga Nesya menghubungi Karra untuk menjemput Amel. Awalnya Karra menolak dan mengusulkan agar Amel dijemput oleh pak Slamet, tapi kata Nesya pak Slamet sedang mengantarkan Kahla berbelanja.

Dan akhirnya, mau tak mau Karra akan menjemput Amel di depan sekolahan adiknya.

Beberapa menit kemudian, Amel keluar lalu segera ia menghampiri Karra yang sudah sedari tadi menunggunya di mobil.

"Pakai seatbelt nya!" tegur Karra saat melihat Amel tidak memakai seatbelt.

"Iya kak, sebentar," Amel menarik seatbelt disampingnya, namun seatbelt itu macet.

"Ck! Payah!" ucap Karra sembari memakaikan seatbelt pada Amel.

Diam-diam Amel memperhatikan wajah Karra dari dekat, rupanya kekasihnya itu semakin tampan.

"Ngapain senyum-senyum? Ada yang lucu?" Tanya Karra dengan dingin.

"E-enggak,"

Tak mau berlama-lama dengan Amel, Karra memilih untuk melajukan mobilnya, ia berharap jika jalanan tidak akan macet.

KARRAMEL (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang