Amel sudah tiba di apartemen yang ia tinggalkan hampir satu bulan belakangan ini, saat Amel memasuki apartemen itu, ia bertemu dengan mbok Mirna, dan mbok Mirna memberi tahunya jika Karra kini tinggal dirumah orang tuanya.
Sesampainya Amel dikediaman Mahendra, Amel hanya menemui bi Surti dan beberapa pekerjaan lainnya. Amel terkejut ketika bi Surti mengatakan jika Fathan, Nesya, Kahla, dan juga Inara, sedang mengantarkan Karra untuk pergi ke Amerika.
"Bi liat map yang warna biru gak? Semalem aku simpen diatas meja ruang keluarga," tanya Bara yang tiba-tiba saja datang.
"Bara?" Ucap Amel.
"Amel?!" Kaget Bara saat melihat Amel yang berdiri dihadapannya.
Dengan cepat Bara langsung memeluk Amel. "Kamu tau gak sih Mel, aku tuh khawatir banget sama kamu," Amel melepas pelukan erat yang Bara berikan padanya.
"Kamu sibuk gak Bar? Anterin aku ke bandara mau?" Pinta Amel.
Sebenarnya Bara pulang ke rumah hanya untuk mengambil map yang ketinggalan, dan kembali ke kantor karena ia harus meeting, tapi it's ok, demi Amel, lagi pula meeting nya masih sejam lagi.
"Ayo," ucap Bara.
Mendengar itu Amel menjadi senang.
'Sabar ya sayang, kita pasti ketemu sama Papa' batin Amel.
ᘛ
"Jadi cewe yang kemarin itu udah ngincar kak Karra dari awal kakak gantiin posisi ayah?" Tanya Amel tak percaya.
"Iya, dan Chintia udah kakak pecat. Kak Karra gak mungkin selingkuh dari kamu Mel, dia cinta banget sama kamu, bahkan pas kamu tinggalin kak Karra, kakak itu udah kaya orang yang gak punya semangat untuk hidup lagi," ucap Bara.
Bara sekarang sudah sadar, ia hanyalah terobsesi oleh Amel, ia hanya dibutakan oleh cintanya pada Amel, sampai-sampai ia tidak memikirkan cinta Karra pada Amel yang begitu besarnya. Bara sadar, ia hanya jadi penghalang untuk kebahagiaan kakaknya, dan saat ini, Bara sudah berjanji pada dirinya sendiri kalau ia tidak akan merebut Amel dari Karra lagi. Cinta tak harus memiliki kan?
"Bara, bisa ngebut sedikit gak? Aku takut pesawat kak Karra udah berangkat,"
"Siap Bu bos!" ucap Bara sembari menaikkan sedikit kecepatan mobilnya.
ᘛ
Akhirnya Amel dan Bara sudah sampai di Bandara. Sedari tadi pandangan Amel terus saja mencari keberadaan Karra ditempat seramai ini.
"Itu kak Karra," tunjuk Bara pada salah satu pria persis seperti Karra.
Tak mau membutuhkan waktu lama lagi, Amel langsung berlari menghampiri pria yang ditunjuk oleh Bara tadi.
"Kak Karra! Jangan pergi!" Teriak Amel saat melihat Karra mulai masuk kedalam antrian khusus penumpang.
"Amel?!"
"Gak! Gak mungkin Amel ada disini. Makin halu aja kan lo Karra," ucap Karra pada diri sendiri.
"Sampe sana kayanya gue harus pergi ke psikiater dulu deh," ucap Karra lagi sambil terus melangkahkan kakinya.
"KAKAK! KAK KARRA TUNGGU! JANGAN PERGI KAK." Kali ini teriakan Amel lebih keras, dan membuat orang-orang yang ada disana menatapnya dengan tatapan tak suka.
Mendengar teriakkan itu membuat Karra tak kembali melangkahkan kakinya, ia membalikkan badannya dan mendapati Amel yang tengah berlari kearahnya.
Karra mengusap-usap matanya, takutnya ia salah lihat.
Pluk
Amel memeluk Karra dengan erat. Karra merasakan pelukan ini adalah pelukan yang nyata, itu artinya perempuan dihadapannya benar-benar Amel.
Karra membalas pelukan Amel lebih erat, ia melepaskan rindunya dengan cara berpelukan seperti ini. "Kakak jangan pergi ya, hiks, Amel gak mau kakak tinggalin Amel lagi," Isak Amel sembari menyembunyikan wajahnya di balik dada Karra.
"Maafin Amel karena gak dengerin dulu penjelasan kakak. Amel malah pergi gitu aja, maafin Amel kak,"
"Kamu udah tau? Siapa yang kasih tau?"
"Gue," ucap Bara yang baru saja datang.
Karra menatap kedatangan Bara terkejut, jadi yang mengantarkan Amel ke bandara adalah Bara?
"Lo gak ke kantor? Sekarang kan masih jam kerja."
"Gue abis ambil berkas yang ketinggalan dirumah, eh si Amel minta anterin ke bandara, ya udah gue anterin," jelas Bara.
"Tenang, gue gak bakal rebut Amel dari lo lagi kok," ucap Bara sedikit berbisik pada Karra, saat melihat kakaknya itu menatap dirinya dengan tatapan tak bersahabat.
"Kakak, jangan pergi yaa," mohon Amel.
Karra mencangkup dagu Amel. "Enggak sayang," ucap Karra lembut.
Pipi Amel mendadak panas setelah Karra memanggilnya dengan sebutan Sayang,
"Sayang kakak," Amel kembali memeluk Karra, dan Karra juga kembali memeluk Amel.
"Kakak," Amel mendongakkan kepalanya.
"Hmm," dehem Karra.
"Peluknya jangan erat-erat, anak kakaknya kasian, kejepit,"
"Kamu hamil?" Tanya Karra terkejut.
Amel menganggukkan kepalanya pelan.
ᘛ
Sudah Revisi
KAMU SEDANG MEMBACA
KARRAMEL (SELESAI)
Short StorySekuel Greatest Husband Mengisahkan tentang dua orang yang dulunya menjalin kasih namun terpaksa berpisah karna suatu ke salah pahaman. Hingga takdir mempertemukan mereka kembali, dan mereka malah terikat kedalam suatu hubungan yang lebih serius. "...