Sekuel Greatest Husband
Mengisahkan tentang dua orang yang dulunya menjalin kasih namun terpaksa berpisah karna suatu ke salah pahaman. Hingga takdir mempertemukan mereka kembali, dan mereka malah terikat kedalam suatu hubungan yang lebih serius.
"...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kini usia kandungan Amel hampir memasuki bulan ke 8, dan itu artinya beberapa bulan lagi buah cintanya dengan Karra akan lahir.
Di tahap akhir kehamilannya ini, Amel menjadi lebih manja pada Karra, sampai-sampai ia tidak mengijinkan Karra untuk pergi walau hanya ke kantor, tapi setelah Karra memberi pengertian pada Amel, akhirnya Amel membolehkan Karra untuk ke kantor, dengan syarat tidak boleh lembur dan berpergian ke luar kota ataupun negeri.
Semenjak kamar bayi perempuan selesai di dekor, Amel lebih sering menghabiskan waktunya di ruangan ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Amel menatap dirinya di pantulan cermin, perutnya makin membuncit, pipinya juga, ia sangat kesal jika karra selalu meledek pipinya itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Amel menaikkan sedikit baju yang ia kenakan sampai dibawah dada. Ia mengelus perutnya dengan sangat lembut.
"Sehat-sehat terus ya nak, Papa sama Mama nggak sabar nunggu kamu hadir di rumah ini,"
Diam-diam Karra tersenyum melihat Amel yang sedang mengajak anak mereka berbicara. Karra ikut masuk ke dalam kamar anak perempuannya, dan memeluk Amel dari belakang.
"Kakak udah pulang? Masih jam 11 loh," ucap Amel sambil menghadap ke arah Karra.
"Abisnya aku kangen sama kamu,"
"Halah gembel," ucap Amel.
Karra mengerutkan keningnya "Kok gembel sih Sayang? Gombal dong bukan gembel, gimana sih si edut," Karra memencet hidung Amel.
"Kakak..."
Karra membungkukkan badannya. Ia mengarahkan pandangannya ke arah perut Amel yang masih terekspos "Hai baby girl, kangen sama Papa gak?" Tanya Karra, dan langsung direspon oleh putrinya itu dengan cara menendang perut Amel.
"Mel, kok aku baru ngeh kalo kamu punya luka bekas jahitan? Kamu pernah operasi sebelumnya?" Karra menunjuk kepada sebuah luka jahitan yang bekasnya masih terlihat cukup jelas.
Karra merubah posisinya menjadi berdiri "Jawab Mel, kamu pernah operasi?"
Amel mengangguk dengan takut tanpa berani menatap mata Karra.
"Kapan? Kenapa kamu gak cerita sama aku? Apa segitu nggak penting nya aku di dalam hidup kamu? Iya?"
"Sekarang kamu kasih tahu aku kalau kamu masih anggap aku suamimu!" Karra menutup pintu kamar Putri kecilnya, dan mengajak Amel untuk duduk di sofa yang berada di sana.
Air mata Amel sudah berjatuhan kala suaminya itu mengucapkan jika karra tidak penting di dalam hidupnya. Justru yang membuat Amel bersemangat mencari donor ginjal yang cocok untuknya pada saat itu adalah Karra, iya! Karra. Bagi Amel, Karra adalah dunianya.
"Hei, aku nggak akan marah sama kamu kalau kamu terus terang sama aku. Sekarang kamu tarik nafas," Amel mengikuti apa yang Karra ucapkan. "Ya, bagus, sekarang buang,"
"Huft..."
"Udah lebih enakkan?" Amel mengangguk.
"Oke, coba sekarang cerita,"
"Janji gak akan marah?" Tanya Amel sembari menjulurkan jari kelingkingnya.
"Iya, enggak,"
"Pas aku masuk SMA, dokter memvonis aku kalau aku kena gagal ginjal,"
"Kenapa waktu itu aku sering banget izin dari sekolah? Karena aku harus rutin cuci darah selama aku belum mendapatkan pendonor yang cocok sama ginjal aku,"
"Dan setelah beberapa tahun kemudian, akhirnya aku dapat pendonor itu atas bantuan kak Riza,"
Mendengar nama Riza, Karra sudah sangat kecewa pada Amel. Bisa-bisanya Amel menyembunyikan tentang penyakitnya dari Karra, dan lebih memilih dokter ganjen itu untuk menemani di saat Amel benar-benar membutuhkan penyemangat.
"Kamu... Kenapa kamu nggak kasih tahu aku, Mel?!" Tanya Karra frustasi.
"A-aku takut kalau kakak akan jauhin aku setelah kakak tahu tentang penyakit aku ini," ucap Amel lirih.
"Jauhin? Aku nggak jauhin kamu, justru Aku bakal terus support kamu dan bantu kamu temuin donor ginjal yang cocok sama kamu,"
Pantas saja Amel jarang ada waktu untuknya, jadi gara-gara ini? Karra benar-benar malu mengatakan jika dirinya lah yang paling tahu tentang Amel, nyatanya dokter Riza lah yang harus mengatakan itu.
"Jadi, kapan kamu operasinya?" Tanya Karra mencoba menahan emosinya.
"Be-beberapa bulan lalu, saat kakak pergi ke Belgi-"
Brak!
Karra menggebrak meja yang berada di hadapannya cukup kuat, dan membuat tangan Karra sedikit mengeluarkan darah.
Amel mengambil tangan Karra yang luka dengan bergetar "T-tangan kakak, hiks, tangan kakak luka,"
"A-amel, ambil kotak P3K dulu ya,"
Karra langsung menarik tangannya. "Gak perlu! Sakitnya gak seberapa sama sakit di hati aku, Mel."
"Hiks, M-maaf kak," ucap Amel menyesal.
"Aku kecewa sama kamu." Ucap Karra sembari keluar dari kamar.
"Kakak! Hiks, kakak mau kemana?"
Amel berlari menghampiri Karra, tapi ia kalah langka dari suaminya itu, Karra sudah masuk ke dalam mobilnya dan pergi entah kemana.
Tangisan Amel kembali menjadi jadi saat melihat Karra pergi "Maafin aku kak, aku cuma nggak mau kakak jauhin aku, aku cinta sama ka-"
Tiba-tiba Amel tak sadarkan diri ketika ada seseorang yang membekap mulutnya.
"Akhirnya gue bisa balas dendam sama lu, Karra!" Ucap orang itu sembari tersenyum smirik.
ᘛ
Karra udah tau kalo Amel pernah kena gagal ginjal, kecewa banget sih pasti, yakan.
Sudah Revisi
Pict Jhonny
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.