KARRAMEL | 12

4.1K 338 70
                                    

Amel berada diruangan ICU setelah melakukan operasi pencangkokan ginjal yang berlangsung 5 jam lalu, dan ternyata pendonor ginjal untuk Amel adalah seorang kakek kakek tua yang ditolong oleh Amel beberapa bulan lalu.

Tapi sayangnya nyawa kakek itu tidak bisa di selamatkan, ia dinyatakan meninggal sesudah operasi selesai di lakukan.

Tiap beberapa menit sekali Riza mengecek Amel diruangan ICU.

Riza mengusap rambut Amel dengan lembut.

"Perasaan ini masih sama, Mel, aku masih suka sama kamu, tapi kamu lebih bahagia sama Karra, maka dari itu aku berusaha buat lepasin kamu, karena percuma aja Mel kalo kita bersama tapi hati kamu untuk orang lain," ucap Riza.

"Aku gak tau kapan aku berhenti mencintai kamu Mel, kamu terlalu indah untuk aku lupakan,"

"Salah ya aku mencintai istri orang lain?" Tanya Riza.

"Chris, apakah saya bisa pulang sekarang?" Karra bertanya pada Chris didalam telepon.

Ini baru 5 hari Karra pergi meninggalkan Amel, tapi rasanya bagi Karra ini sudah setahun. Kenapa waktu berjalan begitu lambat? Ia benar-benar ingin cepat pulang karena Amel sulit dihubungi sejak 2 hari yang lalu.

"Belum pak, karena pekerjaan bapak masih banyak," jawab Chris.

Karra meremas handphonenya, Amel membuat seperti orang tidak waras, bisa-bisa pekerjaannya disini menjadi tidak beres.

Terhitung sudah 3 hari yang lalu setelah operasi pencangkokan ginjal Amel, Amel dipindahkan keruangan rawat inap biasa. Kondisinya sudah sangat baik.

Amel diberi tahu oleh Riza jika yang mendonorkan ginjalnya untuk Amel sudah meninggal, Amel manjadi sedih, padahal ia belum mengucapkan terimakasih secara langsung kepada kakek itu.

"Mel, handphone kamu," Riza memberikan handphone Amel yang sudah beberapa hari ini tidak ia pegang.

Amel terkejut ketika melihat banyaknya notifikasi dari Karra, dan juga keluarganya. Kenapa Amel tidak memberi tahu tentang penyakitnya ini kepada orang lain? Amel hanya tidak mau orang tua dan teman-temannya khawatir padanya ketika mengetahui Amel terkena gagal ginjal.

Dengan takut Amel mencoba menghubungi Karra.

"KAMU DARI MANA AJA HAH?!  SEMUA ORANG PANIK CARIIN KAMU TAU GAK?!" Marah Karra.

"Ma-maaf kak," cicit Amel.

"MAAF MAAF! SEKARANG KAMU DIMANA?"

"D-di rumah sakit kak,"

Bara, Nesya, Fathan, dan juga Kahla sedang berjalan kearah ruangan tempat Amel dirawat, tadi Karra memberi tahu Nesya kalau Amel berada di rumah sakit, Karra meminta tolong ke pada bundanya itu untuk menjaga Amel selama Karra belum kembali ke Indonesia.

"Kamu tau gak sih, Mel, kita itu khawatir sama kamu, apalagi Karra, dia kaya orang gak waras pas tau kamu gak bisa dihubungin," ucap Nesya.

Amel menundukkan kepalanya. "Maaf ya bunda, gara-gara aku kalian jadi khawatir,"

"Iya gak apa-apa kok, tapi jangan diulangin lagi ya, kamu kalo sakit bisa telpon bunda, Kahla, atau Bara,"

"Iya bunda. Bunda, kak Karra kayanya marah banget sama aku,"

"Karra marahnya gak lama kok, bunda kenal dia kaya gimana. Sekarang kamu istirahat ya, biar cepet sembuh," Amel mengangguk.

Amel sudah diperbolehkan pulang oleh Riza, dengan catatan harus hati-hati ketika beraktivitas, karena jahitan yang ada diperut Amel belum sepenuhnya kering.

Kepulangan Karra juga akan dimajukan, saat ini Karra sedang berada di dalam perjalanan pulang ke Indonesia dan sepertinya sebentar lagi Karra akan sampai, ia menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat agar Karra bisa bertemu dengan Amel.

Amel sedang menunggu Karra didepan pintu, ia sudah rapih dengan menggunakan sally dress berwarna silver yang melekat cocok ditubuhnya.

Mendengar suara pintu terbuka, Amel tersenyum lebar. Karra masuk kedalam apartemen dengan muka lelahnya.

"Sini kak, aku bawain tas nya,"

"Gak usah! Kamu urusin aja sana dokter ganjen itu." ucap Karra sembari berjalan kearah kamarnya.

Brak!

Karra menutup pintu kamarnya dengan keras sampai-sampai membuat Amel terkejut.

Di dalam kamarnya Karra masih melihat foto yang dikirimkan orang suruhannya tadi saat dirinya sedang berada dijalan menuju ke apartemennya.

Foto itu adalah foto Amel bersama dengan dokter Riza saat dicafe dan juga saat dokter Riza menunggu amel di halaman apartemen.

"Dasar Pebinor!" Ucap Karra kearah foto Riza.

Amel menutup pintu kamarnya, ia berlari menuju Karra yang hendak keluar "Kakak mau kemana?" Tanya Amel sembari menarik tangan Karra.

"Keluar! Di sini sumpek!"

"Aku ikut ya?"

"Gak! Diem dirumah dan jangan kemana-mana!" Karra melepaskan tangan Amel yang tadi menarik tangannya.

"Kak," Amel berusaha mengejar Karra, tapi Karra malah mendorongnya dan membuat Amel terjatuh.

Bukannya menolong istrinya, Karra malah pergi begitu saja meninggalkan Amel yang sepertinya kesakitan.

"Darah?" Tanya Amel ketika melihat dibajunya terdapat darah.

Mas Karra kalo cemburu kasar ya

Sudah Revisi

KARRAMEL (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang