KARRAMEL | 15

4.3K 321 32
                                    

Setelah kejadian dimana Karra meminta haknya pada Amel, ia semakin menghindar dari istrinya itu, entahlah, ia masih tidak enak pada Amel.

"Kakak, kakak kenapa?" Tanya Amel pada Karra yang baru saja pulang dari kantor.

"Kecapekan. Kamu kenapa belum tidur? Ini udah tengah malam,"

"Tungguin kakak, abisnya kakak akhir-akhir ini berangkat ke kantornya pagi banget, dan pulangnya juga larut,"

Karra tidak memperdulikan ucapan Amel, ia menidurkan tubuhnya di sofa, Karra benar-benar butuh istirahat karena pekerjaan kantor yang sangat menguras tenaganya.

"Kakak sakit?" Amel menempelkan tangannya di dahi Karra, ternyata suaminya itu demam.

Amel pergi menuju dapur dengan sedikit berlari, ia mengambil baskom dan juga handuk kecil untuk mengompres Karra.

Amel membenarkan posisi tidur Karra dan memberikannya selimut. Ia meletakkan handuk yang sudah dibasahi oleh air.

Amel kembali berlari kearah dapur, ia mau membuatkan Karra semangkuk bubur. Beberapa belas menit kemudian, bubur buatannya pun siap, Amel berjalan menuju Karra.

"Kak, makan buburnya dulu ya, abis itu minum obat," titah Amel.

Karra menggeleng "Biar cepet sembuh kak," lagi-lagi Karra menggeleng.

"Ya udah, aku telpon kak Riza buat dateng ke sini ya, biar dia obatin kakak," ucap Amel sembari ingin mengambil handphonenya, namun keburu diambil oleh Karra.

"Berani kamu telpon dokter ganjen itu, saya banting ya handphone kamu!"

"Makanya kakak makan,"

"Nih. Aaaa..." Amel mengarahkan sendok ke mulut Karra, tapi Karra masih saja bungkam.

"Ayo dong kak," ucap Amel yang sebenarnya sudah lelah merayu suaminya ini.

"Sesuap aja deh, gimana?" Tawar Amel.

"Satu suap, satu ciuman?" Tawar Karra.

Amel membulatkan matanya 'Apa ini? Udah berani sekarang?'

"Oke, satu suap satu ciuman" ucap Amel.

Karra melihat kearah Amel yang masih tertidur, mereka tertidur disofa yang sama dengan saling berpelukan.

Kondisi Karra jauh lebih baik dari pada semalam, mungkin berkat satu suap satu ciuman tadi malam?

Karra memperhatikan wajah Amel tanpa kedip, wajah yang sangat ia rindukan saat di Amerika 5 tahun lalu, tapi sekarang? Ia dapat memandangnya kapan pun Karra mau, kan sudah sah jadi istrinya.

Karra merapihkan rambut Amel yang menutupi wajah cantik istrinya itu, tapi tiba-tiba saja Amel menggeliat, dengan cepat, karra kembali memejamkan matanya berharap kejadian tadi tidak diketahui oleh Amel.

Amel membuka matanya, saat matanya terbuka sempurna, ia langsung disuguhkan dengan wajah tampan Karra. "Tidur aja ganteng, apalagi pas buka mata? Makin ganteng!" Ucap Amel pelan.

"Sikapnya jangan dingin-dingin lagi ya ganteng," Amel membelai lembut wajah tampan Karra.

"Aku sayang kakak!" ucapnya sembari mengecup singkat bibir Karra.

'Tahan kar, tahan, jangan kepancing' batin Karra.

Amel bangkit dari sofa, dan memulai aktivitas sebagai ibu rumah tangga, hari ini akan membereskan apartemen sendirian karena mbok Mirna tidak bisa datang beberapa hari ini.

Ketika Karra merasakan jika Amel sudah tidak disampingnya lagi, ia membuka matanya.

"Tadi morning kiss?" Tanya Karra sembari memegang bibirnya yang tadi dikecup oleh Amel.

Karra sedang menikmati sarapan bersama dengan Amel.

"Kak, aku boleh ke cafe nya Felly gak?"

"Ngapain? Sama Felly doang? Gak ada si dokter ganjen kan?"

Amel tertawa ketika mendengar Karra yang masih menyebut Riza dengan embel-embel dokter ganjen.

"Kakak, namanya dokter Riza, bukan dokter ganjen," jelas Amel.

"Kenapa? Kamu gak suka saya panggil dia dokter ganjen? Atau jangan-jangan kamu suka ya sama dia?" Tanya Karra.

Amel menghela nafasnya, Karra benar-benar membuatnya pusing "Kalo aku suka sama dokter Riza, aku gak akan mungkin jadi istrinya kakak,"

"Y-ya tapi kan. Udah lah saya mau ke kantor aja." Karra bangun dari duduknya. Amel pun sama.

Karra berjalan ke kamarnya untuk mengambil tas kantornya, setelah di ambil, Karra pergi kearah pintu apartemen, baru saja ia ingin membuka pintu, Amel malah memeluknya dari belakang.

"Kakak udah sehat banget emangnya? Kalo masih gak enak badan jangan masuk dulu,"

"Sudah, saya sudah sehat," ucap Karra sembari melepaskan tangan Amel yang memeluk pinggangnya.

"Kakak! Jadi boleh gak aku pergi?" Tanya Amel sedikit berteriak karena Karra yang sudah memasuki lift.

"Gak! Nanti kamu malah ketemuan sama dokter ganjen!" Balas Karra dengan teriak juga.

Ada yang mau liat muka dokter Riza? Okei okei, aku kasih fotonya •_<

Ini dia pak dok yang bikin Karra terbakar api cemburu, hahai eh tapi lumayan sih ya pak doknya:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini dia pak dok yang bikin Karra terbakar api cemburu, hahai eh tapi lumayan sih ya pak doknya:)

Sudah Revisi

KARRAMEL (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang