2 bulan berlalu begitu cepat, kini kedua pasangan yang setiap hari semakin mesra dan romantis tengah menunggu kelahiran anak keduanya. Sudah 3 hari belakangan ini, Karra memutuskan untuk mengejarnya pekerjaan kantornya di rumah. Suami siaga.
"Sayang, belum ada tanda-tanda?" Terhitung sudah 15 kali dalam sehari Karra selalu menanyakan itu pada Amel.
"Belum kakak, dari tadi tanya itu terus. Nanti kalo aku udah ngerasa sakit pasti aku bilang kok," ucap Amel.
"Bener ya, aku mau tidur soalnya, ngantuk. Huaaa..."
"Maaf ya kak, gara-gara aku ngidam masakan ibu, kakak harus bangun jam 3 pagi," Amel menundukkan kepalanya.
"It's ok, sayang, jangan merasa bersalah," Karra mengelus kepala Amel dengan lembut.
"Tidur yuk, udah jam 11 nih," ajak Karra.
Amel merebahkan tubuhnya di samping Karra, Karra memeluknya dan tak lama kemudian kedua pasangan itu masuk kedalam alam mimpinya masing-masing.
ᘛ
Jam 2 dini hari
Amel beranjak dari tempat tidurnya dan pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil.
"Mau kemana?" tanya Karra yang baru saja membuka matanya.
"Pipis," jawab Amel.
"Mau aku anter?" Amel menggeleng.
"Pipis doang kakak,"
Sepeninggalan Amel ke kamar mandi, Karra memutuskan untuk kembali tidur lagi, tapi saat Karra ingin memejamkan matanya, Amel tiba-tiba saja berteriak.
"KAKAK!"
Karra menghampiri Amel dengan jiwa setengah sadar. "Kenapa kenapa?!" Tanya Karra panik.
"Ya ampun sayang! Kamu pipis di celana?" tanya Karra.
Disaat-saat seperti ini Karra masih saja... Ah sudahlah.
"Air ketuban aku pecah kakak!"
"Apa itu air ketuban?" tanya Karra.
Kan kan, rasanya Amel ingin mengigit suaminya itu.
"Aku mau lahiran!"
"APA? LAHIRAN? DI SINI? JANGAN JANGAN! KITA KERUMAH SAKIT AJA AYO!" Karra menggendong Amel dengan sedikit susah payah.
"Kamu berat banget sih sayang" ucap Karra.
Cukup! Amel tidak tahan lagi. Amel menjewer pelan telinga Karra. "Gara-gara kakak!"
"Aden, non Amel mau dibawa kemana?" tanya bi Sumi yang kebetulan berpapasan dengan mereka berdua.
"Bi, nanti bawain keperluan Amel ke rumah sakit ya. Soalnya Amel mau lahiran," ucap Karra.
"Baik den, nanti bibi siapin keperluan non Amel,"
"Kakak ayo cepetan! malah ngobrol, sakit tau gak!"
"Iya iya sayang, sebentar ya cantik,"
Karra kembali melangkahkan kakinya kearah garasinya, dan membawa Amel kerumah sakit dengan menaiki mobil Mercedes-Benz putihnya seharga 2,495 miliar.
ᘛ
Sesampainya di rumah sakit tadi, Amel langsung ditangani oleh dokter indah, dan dokter indah memberi tahu kalau Amel masih pembukaan 5.
"Sayang mau makan?" tanya Karra.
Amel sudah tergeletak diatas tempat tidur pasian, dengan wajah sedikit pucat dan juga bibirnya kering.
"Martabak ya," ucap Amel.
"Manis atau telur?"
"Manis, rasa kacang sama keju," Karra menangguk.
Selang beberapa menit kemudian, datanglah seorang laki-laki dengan pakaian khas bodyguard memberikan sekotak martabak dan makanan yang lain pada Karra.
"Ini bos pesanannya," ucap bodyguard itu.
"Makasih ya. Nih uangnya," Karra memberikan 5 lembar uang berwarna merah muda pada sang bodyguard.
"Kembaliannya ambil aja," lanjut Karra.
"Makasih bos," bodyguard itu keluar dari ruangan inap Amel.
Karra menghampiri Amel yang tertidur.
"Sayang bangun," Karra menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Amel.
"Sayang. Ini martabaknya udah dateng," Tidak ada respon.
"Sayang?!" ucap Karra sedikit panik.
"Amel! Gak lucu sumpah."
"Amel bangun!"
Masih tidak ada respon juga.
Karra memeriksa denyut nadi Amel, ternyata?
Deg!
"Amel!"
ᘛ
Sudah Revisi
KAMU SEDANG MEMBACA
KARRAMEL (SELESAI)
Short StorySekuel Greatest Husband Mengisahkan tentang dua orang yang dulunya menjalin kasih namun terpaksa berpisah karna suatu ke salah pahaman. Hingga takdir mempertemukan mereka kembali, dan mereka malah terikat kedalam suatu hubungan yang lebih serius. "...