KARRAMEL | 27

3.5K 307 71
                                    

Karra mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke rumah Jhonny, kebetulan Jhonny sedang tidak ada pekerjaan yang harus ia kerjakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karra mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke rumah Jhonny, kebetulan Jhonny sedang tidak ada pekerjaan yang harus ia kerjakan.

"Lo ada masalah apa sama Amel?" Tanya Jhonny pada Karra yang tampak begitu kacau.

"Lo tau kan alasan kenapa gue kuliah di Amerika?" Jhonny mengangguk sembari memasukkan Chiki potato ke dalam mulutnya.

"Tau kok, karena lo udah capek banget kan sama sikap Amel yang paling susah kalo diajak jalan, suka ngilang tanpa kabar, dan yang paling fatal sih pas lu ngeliat Amel lagi ciuman sama cowok lain,"

Karra mengusap wajah tampannya dengan kasar. "Alasan dia suka ngilang itu karena dia harus cuci darah,"

"Uhuk uhuk..." Jhonny tersedak makanannya.

"Minum minum! Ambilin gue minum!" Pinta Jhonny.

Jhonny meminum air pemberian Karra. "Alhamdulillah. Hampir aja gue lewat," ucap Jhonny sembari menepuk-nepuk dadanya.

"Amel sakit apa emang?"

"Gagal ginj-"

"APA?! Terus gimana sekarang keadaan dia? Dia kan lagi hamil anak gu-" Karra menatap tajam kearah Jhonny.

"M-maksudnya keponakan gue," ralat Jhonny.

"Tapi keadaan Amel baik-baik aja kan?" Tanya Jhonny.

Karra mengangguk. "Dia sembunyiin sakitnya itu dari gue, dan lebih milih Pebinor itu sebagai orang kepercayaannya," ucap Karra sedih.

"Sabar, Kar," Jhonny menepuk-nepuk bahu Karra.

"Gue ngerasa gak berarti banget jadi suami, gue gak ada disaat Amel lagi butuh penyemangat,"

"Lo gak seharusnya salahin diri sendiri, Kar, Amel juga salah karena dia nutupin itu,"

Tiba-tiba saja ponsel Karra berbunyi, ternyata nomor telepon rumahnya yang menelponnya.

"Den, gawat den!" Panik bi Sumi.

"Gawat kenapa bi?" Tanya Karra mencoba untuk tidak panik juga.

"Non Amel den, non Amel,"

'Amel? Amel kenapa?' batin Karra.

"Non Amel gak ada dirumah, bibi, mbok Mirna, sama pak Jali udah cari didalam rumah tapi gak ada,"

"Apa?! Saya pulang sekarang!" Karra menutup teleponnya dan pergi dari rumah Jhonny tanpa pamit.

"Biasalah," ucap Jhonny saat melihat kepergian Karra.

Amel tersadar dari pingsannya, ia terkejut mendapati dirinya berada di ruangan gelap dan sepi.

Apa kali ini ia benar-benar diculik?

Tapi siapa orang yang berani menculiknya? Kata Karra Amel tidak akan diculik karena mengingat jika Amel makannya banyak, tapi nyatanya?

Amel mengingat-ingat kalau dirinya tidak memiliki musuh, ia sangat penasaran dengan penculiknya ini.

"Hei, gimana? Tidurnya nyenyak?" Tanya seorang perempuan yang baru saja masuk.

"Siapa kamu?" Tanya Amel ketakutan saat perempuan itu mendekat kearahnya sembari memainkan sebuah pisau.

"Kamu gak inget sama aku? Padahal aku masih inget banget loh sama kamu," tanya perempuan itu lagi dengan wajah pura-pura terkejut.

"Oke kalau gitu kita kenalan dulu,"

Perempuan itu menjulurkan tangannya kearah Amel "Aku Chintia, yang buat hubungan kamu sama Karra sempat renggang,"

'Oh, jadi dia si cewe ular?' batin Amel.

"Coba aja, saat itu kamu gak dateng, pasti Karra udah jadi milik aku! Dasar pelakor!"

Amel terkejut. "Hah? Apa gak salah ya mbak? Bukannya mbak Chintia yang rebut kak Karra dari aku? Jadi, mbak dong yang pantes disebut pelakor!" Ucap Amel berani.

Plak!

Chintia menampar pipi Amel disebelah kanan.

"Apa hak mbak buat tampar pipi saya? Orang tua saya aja gak pernah loh tampar pipi saya kayak tadi," ucap Amel sembari memegang pipinya yang terasa panas.

"Itu karena lu udah ngatain gue pelakor!"

'Ya emang kenyataannya,' batin Amel.

Plak!

Sekali lagi Chintia menampar pipi Amel dibagian kiri.

"Dan itu karena-, karena lu udah ambil Karra dari gue!"

Mata Chintia tertuju pada perut buncit Amel. "Wah, anak kalian sebentar lagi lahir ya? Gimana kalo aku buat anak kamu lahir lebih cepat?"

"Enggak mbak! Jangan sakiti anak saya," Amel menutupi perut buncitnya itu.

"Beneran gak mau nih?" Amel menggeleng dengan takut.

Melihat wajah Amel yang ketakutan membuat Chintia merasa senang. "Aku bercanda doang kok,"

"Nanti kita lanjut lagi ya, sekarang aku mau liat wajah panik suami kamu dulu,"

"Jangan pernah coba untuk kabur dari sini! Kalo kamu gak mau rasain akibatnya," ucap Chintia sebelum ia pergi sembari memegang dagu Amel.

"Mar, jagain dia ya, jangan sampe dia kabur!" Pesan Chintia pada anak buahnya yang berada didepan pintu tempat Amel disekap.

"Baik bos!" Ucap anak buah Chintia patuh.

Chintia pun pergi dari tempat persembunyiannya Amel, dan ia akan melihat Karra dari jauh.

'Kakak tolongin aku, perut aku sakit kak' batin Amel.

Tak lama kemudian, Amel kembali tak sadarkan diri.

Sudah Revisi

KARRAMEL (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang