"Amel sudah meninggal dunia," ucap dokter Riza.
"Apa?" Tanya Karra.
"Amel sudah meninggal," ucap dokter Riza sekali lagi.
Mendengar itu Karra tertawa. "Astaga dokter, April mop masih lama loh,"
"Saya serius, Karra!"
Karra menatap Riza dengan tatapan tajam. "Dokter bohong! Amel yang saya kenal itu orangnya kuat! Saya mau masuk ke dalam." ucap Karra sembari menubruk bahu Riza sebelum masuk kedalam ruang ICU lagi.
Saat suster suster itu ingin melepaskan alat pernapasan Amel, Karra mencegahnya. "Jangan lepas alat alat itu!" Titah Karra dengan tegas.
Kedua suster yang hendak melepaskan alat bantu pernapasan Amel mendadak terkejut ketika mendengar suara Karra "Mas kenapa masuk? Jenazah Mba Amel sebentar lagi akan dimandikan dan dibawa ke kampungnya,"
"Enggak! Amel gak meninggal! Sekali lagi ada yang bilang kalo Amel udah gak ada, saya akan tutup rumah sakit ini!" ancam Karra.
Dokter Riza yang memang kebetulan ada disana mengisyaratkan kepada kedua suster itu untuk tidak mengganggu Karra.
"Amel," Karra mengelus kepala Amel dengan tangan bergetar.
"Ini kak Karra. Kak Karra kamu sudah kembali, kamu gak mau liat kak Karra kamu?" Karra berusaha menahan air matanya agar tidak keluar, tapi usahanya sia-sia, air matanya tetap saja keluar.
"Amel maafin aku, aku tau aku jahat banget sama kamu karna udah tinggal kamu tanpa pamit, tapi aku udah kembali, Mel,"
"Amel kamu denger aku kan, kamu harus kembali Amel, aku hiks, aku gak bisa hidup tanpa kamu," ucap Karra sembari menyatukan keningnya dan juga kening Amel.
Riza terkejut ketika mendengar alat denyut jantung Amel kembali berfungsi.
"Mas, bisa keluar dulu?" Tanya suster bernama indah kepada Karra.
"Gak! Kamu mau ngapain? Saya bilang Amel gak meninggal!"
"Karra kamu tau kan peraturan rumah sakit?! Kamu bisa keluar dulu, denyut jantung Amel kembali berdetak, saya, suster Indah, dan juga suster Gina akan berusaha untuk menyelamatkan Amel!"
"Den-yut jantungnya kembali berdetak?" Tanya Karra tak percaya.
"Iya! Bisa keluar dulu? Saya mau memeriksa Amel." Karra mengangguk dengan cepat dan keluar dari ruangan ICU.
ᘛ
Amel sudah dipindahkan keruangan biasa, akhirnya ia bisa selamat dari maut nya, Karra yang mengetahui itu senang bukan main, bahkan saat Riza memberi tahunya, Karra memeluk Riza. Saking senangnya.
Saat ini Karra sedang duduk disamping Amel yang masih terbaring dengan lemas. "Kakak tau? Tadi Amel mimpi kalo kakak sebut-sebut nama aku," ucap Amel sembari menahan senyumnya.
"Mimpi doang ini, kenapa kamu seneng banget?" Tanya Karra dengan dingin.
Karra orangnya gengsian ya:)
"Gak tau, aku seneng aja,"
Karra dan Amel melirik kearah pintu yang terbuka, dokter Riza datang rupanya.
"Hai," sapa dokter Riza pada Amel.
"Hai kak,"
"Gimana? Udah enakkan?' tanya dokter Riza.
"Udah kak, makasih ya,"
"Sama-sama," ucap dokter Riza sembari mengacak-ngacak rambut Amel "Udah jadi tugas aku, sayang,"
Karra membulat matanya 'What?! Sayang?'
"Alay banget." ucap Karra pelan.
"Kak Karra bilang sesuatu?" Tanya Amel.
"Enggak, sepertinya kamu udah baik-baik aja, saya harus pulang," baru saja Karra ingin keluar dari ruangan Amel, Amel menarik tangan Karra.
"Makasih banyak ya kak Karra," ucap Amel sembari tersenyum manis.
'Jangan senyum plis' ucap Karra dalam hati.
"Permisi." pamit Karra.
Sepeninggalan Karra, Riza duduk di kursi yang tadi Karra duduki "Kamu tau gak Mel? Tadi saat kamu dinyatakannya meninggal, Karra udah kaya orang gak waras,"
"Serius kak?" Tanya Amel tak percaya.
"Iya. Waktu suster Indah sama suster Gina mau lepasin alat pernapasan kamu, Karra melarangnya, bahkan dia mau tutup rumah sakit ini kalo alat itu dilepas dari kamu,"
"Kakak percaya dia orang yang baik, dia juga sayang banget sama kamu," ucap dokter Riza.
Amel tersipu malu. "Waktunya kakak yang cari pasangan!" Ucap Amel bersemangat.
"Nanti aku cari setelah kamu dapat donor ginjal yang cocok sama kamu,"
ᘛ
Karra tiba dirumah dengan penampilan yang sudah acak-acakan, melihat anaknya sudah pulang, Nesya menghampiri Karra.
"Gimana kondisi Amel, kak?"
Karra duduk diruang keluarga. "Udah baik-baik aja Bun, tadi dia sempat dinyatakan meninggal tap-"
"Kamu nangis-nangis dan minta supaya alat pernapasan Amel gak dilepas kan?" Lanjut Nesya.
"B-bunda tau dari mana?"
"Pipinya gak usah merah gitu juga kali," goda Nesya.
"Bunda... Udah ah, aku mau istirahat dulu" ucap Karra sembari pergi kearah kamarnya.
ᘛ
Sudah Revisi
KAMU SEDANG MEMBACA
KARRAMEL (SELESAI)
Short StorySekuel Greatest Husband Mengisahkan tentang dua orang yang dulunya menjalin kasih namun terpaksa berpisah karna suatu ke salah pahaman. Hingga takdir mempertemukan mereka kembali, dan mereka malah terikat kedalam suatu hubungan yang lebih serius. "...