KARRAMEL | 13

4.3K 325 27
                                    

Pukul 12 malam, Karra kembali ke apartemen, tadi ia pergi kerumah Jhonny bersama dengan Dito, Jhonny sama seperti Dito, sahabat Karra sewaktu SMA.

Karra membuka pintu apartemen dengan keadaan sepi, pikirnya Amel sudah tidur mengingat ini sudah larut malam.

Pagi harinya Karra terbangun, ia berjalan kearah dapur, biasanya jam segini Amel sedang sibuk-sibuknya membuat sarapan untuk Karra. Tapi Karra tidak menemukan Amel di dapur pagi ini.

Ia membuka kamar Amel, tetap Amel tidak ada disana. Karra mengacak-ngacak rambutnya frustasi, istrinya benar-benar membuatnya menjadi gila.

Sedangkan di tempat lain, Amel baru saja siuman dari pingsannya, semalam ia tidak mengingat kejadian apa-apa setelah menyadari ada darah di bajunya.

Ia melirik kearah dokter Riza yang sedang duduk disampingnya. "Kamu gak apa-apa, Mel?" Tanya dokter Riza.

"Aku harus pulang kak, kak Karra pasti cariin aku," ucap Amel sembari menyibakkan selimutnya.

"Aku antar,"

"Gak usah kak, aku bisa pulang sendiri," tolak Amel dengan halus.

"Kamu belum terlalu sehat Amel. Ayo aku anterin atau gak aku izin in pulang sama sekali." Amel menghembuskan nafas pasrah.

Baru saja Karra ingin berangkat ke kantor, ia melihat mobil yang tak asing terparkir parkiran apartemennya.

"Itukan mobil Pebinor?! Ngapain dia di sini?" Tanya Karra.

"Amel?" Ucap Karra tak percaya saat melihat Amel yang tengah dituntun oleh Riza.

Karra menghampiri kedua, tiba-tiba saja ia menggendong Amel dan melepaskan tangan istrinya itu dari tangan Pebinor.

"Kak Karra?" Karra tidak menjawab ucapan Amel, ia memilih untuk membawa Amel masuk kedalam apartemen meninggalkan Riza diparkiran.

Ting

Setelah lift terbuka, Karra menggendong Amel menuju kamarnya, kamar Karra. Ia meletakkan Amel diatas kasur empuknya dengan hati-hati.

"Semaleman gak pulang, eh pulang-pulang dianter sama cowok. Dari mana aja kamu semalem?"

"D-dari -"

"Hotel?" Jawab Karra asal.

"Saya kan sudah pernah bilang sama kamu, jauhin dokter ganjen itu! Kamu ngerti gak sih sama ucapan saya, hah?!"

"Tapi aku cuma temenan kak sama dokter Riza, gak lebih,"

"Kamu yang anggap dia temen, kalo dia anggap kamu lebih dari teman?" Amel terdiam, Riza dulu memang pernah mengungkapkan isi hatinya pada Amel, tapi Amel menolaknya, ia lebih nyaman menjalani hubungan kakak adik dengan Riza.

"Saya harus ke kantor, nanti jam 8 mbok Mirna bakalan dateng ke sini buat bantu-bantu kamu,"

"Jangan keluyuran sama dokter ganjen itu lagi! Saya gak suka."

"Kamu istirahat aja, muka kamu keliatan pucet." Amel mengangguk.

Seperti yang Karra katakan tadi, mbok Mirna datang tepat jam 8 pagi, mbok Mirna bekerja hanya untuk pagi sampai jam 5 sore, dan setelah itu mbok Mirna kembali kerumahnya.

Amel dan mbok Mirna baru saja selesai membuat hidangan makan malam untuk tuan rumah, siapa lagi kalau bukan tuan Karra Athaya Mahendra. Tadi Amel sempat bertanya-tanya tentang resep masakan yang disukai oleh Karra kepada mbok Mirna, dengan senang hati mbok Mirna memberi tahu cara memasak capcay yang enak.

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, itu artinya mbok Mirna akan pulang dan kembali lagi besok pagi.

Amel berlari kearah pintu ketika mendengar suara bel.

'Tumben tumbennya ada tamu' batin Amel.

"Iya sebentar," ucap Amel.

Pintu apartemen terbuka, menampakkan Karra dengan wajah kusutnya tapi masih terlihat sangat tampan di mata Amel.

"Kakak mau mandi atau makan dulu?"

"Tidur." ucap Karra sembari menidurkan badannya di sofa yang berukuran panjang. Melihat itu Amel hanya menggelengkan kepalanya.

Amel mendekat kearah Karra, ia membuka sepatu sang suami lalu meletakkannya disamping sofa. Perlahan-lahan Amel memijat kaki Karra, bukannya terusik Karra malah tertidur dengan nyenyak.

Saat ini Karra dan Amel sedang menikmati makan malam, tidak ada suara lain selain suara alat makan keduanya.

"Besok bunda nyuruh kita dateng ke rumah kak Killa, anaknya ulang tahun soalnya," ucap Karra.

"Iya kak, tadi juga bunda udah kasih tau aku," Karra mengangguk.

"Mau ngapain kamu?" Tanya Karra ketika melihat Amel berjalan kearah dapur untuk mencuci piring sehabis makan malam mereka.

"Cuci piring kak," jawab Amel.

"Udah malem, besok pagi aja."

"Gak ada penolakan!" Ucap Karra dengan tegas.

'Dasar tukang paksa!' umpat Amel dalam hati.

Bersambung...

Sudah Revisi

KARRAMEL (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang