Amel menghampiri Karra yang sedang bermain gitar di dalam kamar mereka.
Oh iya, mereka memutuskan untuk satu kamar, tepatnya dikamar Karra, sedangkan kamar Amel ditempati oleh mbok Mirna yang kini tak lagi pulang ke rumah kontrakannya atas permintaan Karra.
"Apa itu?" Tanya Karra ketika melihat Amel datang dengan membawa gelas di tangannya.
"Susu, kakak mau?" Karra menggeleng cepat. Ia sangat tidak menyukai susu, tapi kalau susu yang itu Karra sangat menyukainya, eh.
"Ayo dong mainin gitarnya, aku udah lama banget gak liat kakak main gitar," pinta Amel.
"Mau lagu apa?"
"Apa aja, asalkan jangan jaran goyang"
"Si Endut udah pinter ngelawak ya," ucap Karra sembari mengacak-ngacak rambut Amel.
Amel memanyunkan bibirnya, apa tadi kata Karra? Endut? Hello mas karra! Amel jadi Endut juga karena ulah kamu mas.
Karra mengambil kesempatan saat Amel memanyunkan bibirnya itu dengan cara mengecupnya singkat, dan membuat Amel semakin kesal pada sang suami.
Tak mau membuat Amel bertambah kesal, Karra mulai memainkan gitarnya, dan menyanyikan lagu yang Karra yakini akan membuat Amel tak kesal lagi padanya.
Di ujung cerita ini
Di ujung kegelisahan mu
Ku pandang tajam bola matamu
Amel, dengarkanlah akuAku tak setampan Cha Eunwoo
Tak ada yang lebih dari cintaku
Tapi saat ini ku tak ragu
Ku sungguh memintamuJadilah pasangan hidupku
Jadilah ibu dari anak-anakku
Membuka mata dan tertidur di sampingkuAku tak main-main
Seperti lelaki yang lain
Satu yang kutahu
Kuingin melamar muSelesai Karra menyanyikan lagunya, Amel langsung bertepuk tangan.
"Kak, tapi kan kita udah nikah,"
"Oh iya ya, salah lagu dong aku,"
ᘛ
Hari ini adalah perdananya Karra kembali ke kantor setelah kepulangan Amel 1 minggu lalu. Dalam perjalanan menuju ke ruangannya, Karra di sapa oleh para karyawannya, dan tentunya hal itu disambut baik oleh Karra. Karra membalas sapaan karyawannya itu dengan senyuman yang mampu membuat pekerja wanita menjadi salah tingkah.
"Baru kali ini si bos senyumin kita," ucap salah satu karyawan perempuan Karra.
"Iya! Biasanya pak big bos dingin banget,"
Saat Karra ingin masuk ke dalam lift, tiba-tiba saja ada OB yang menabraknya. Wajah OB itu sudah sangat ketakutan mengetahui Karra lah yang ia tabrak.
Karra membantu OB itu untuk berdiri "Kamu nggak apa-apa kan?" Tanya Karra.
"E-enggak Pak. Pak maafin saya, jangan potong gaji saya Pak," mohon OB itu.
"Siapa yang mau potong gaji kamu? Saya cuma tanya keadaan kamu doang. Lain kali hati-hati ya," ucap Karra sembari menepuk pundak OB yang tadi, dan masuk ke lift.
ᘛ
Siangnya Karra menemani Amel untuk menemui Pebinor, alias dokter ganjen, alias dokter Riza. Amel sudah sampai lebih dulu, sedangkan Karra akan menyusulnya karena ia masih banyak sekali pekerjaan.
Amel mencari-cari keberadaan Riza di cafe dekat Rumah sakit tempat Riza bekerja. Mata Amel tertuju kepada seorang laki-laki yang melambaikan tangan ke arahnya. Amel menghampiri Riza, tapi Riza malah memeluknya erat.
"Kakak, amel enggak bisa nafas," mendengar itu Riza pun melepaskan pelukannya dari Amel, dan meminta Amel untuk duduk di hadapannya.
"Kamu dari mana aja Amel?" Tanya Riza khawatir.
"Apa Karra jahatin kamu lagi? Makanya kamu pergi?"
"Kalau dia terus-terusan jahatin kamu, lebih baik kalian pisah aja deh, aku gak mau kamu kenapa-kenapa," ucap Riza sembari mengelus tangan Amel.
Amel membulatkan matanya, ia tidak percaya Riza akan berbicara seperti itu.
"Kakak! Aku nggak suka ya kakak ngomong kayak gitu," marah Amel.
"Hubungan aku sama kak Karra baik-baik aja, lagian yang kemarin cuma salah paham aku doang," tegas Amel pada Riza yang sedang diam seribu bahasa.
"Sampai kapan pun aku nggak akan pisah sama kak Karra, aku cinta banget sama kak Karra, bahkan sekarang aku lagi hamil anaknya,"
"H-hamil?" Ucap Riza tak percaya.
"Iya hamil! Amel lagi hamil anak gue!" Ucap Karra yang baru saja tiba dengan penuh penekanan.
"Maaf ya Sayang aku telat," ucap Karra lagi seraya mencium puncak kepala Amel.
"Gak! Nggak mungkin Amel hamil,"
Karra mengerutkan keningnya. "Gak mungkin gimana? Buktinya Amel hamil anak gue,"
"Sayang. Kita pulang aja yuk, Aku lagi mau berduaan sama kamu," pinta Karra manja.
"Ayo sayang," Rengek Karra sambil memeluk lengan Amel.
"Kak Riza, kita pulang dulu ya," pamit Amel pada Riza.
Riza diam, ia masih tidak percaya dengan semua ini, Karra dan Amel sudah berbaikan? Kesempatannya menjadikan Amel miliknya menjadi sulit. Apa yang harus ia dilakukan?
ᘛ
Bukannya pulang ke apartemen, Karra malah mengajak Amel ke rumah sakit. Karra bilang, ia ingin melihat pertumbuhan buah cintanya di perut Amel.
Kini keduanya sudah berada diruangan dokter Indah. Karra sangat antusias saat melihat anaknya dilayar monitor, beberapa bulan lagi ia akan bertemu dengan anaknya, ah, rasanya senang sekali menghalukan itu.
Setelah memeriksa kandungan Amel, Karra akan memberikan Amel sebuah kejutan kecil.
"Kak, kita mau kemana lagi sih?" Tanya Amel saat menyadari jika jalanan yang mereka lewati sangatlah asing bagi Amel.
"Kemana aja boleh,"
Amel mendenguskan nafasnya pasrah "Aku mau tidur aja ah, ngantuk," tak lama kemudian Amel pun tertidur.
Karra melirik kearah Amel, ia mengecup kening istrinya cantiknya itu, dan kembali melanjutkan perjalanannya.
ᘛ
Mas karra tipe-tipe suamiable banget gak sih? Kalo aku sih yes
Sudah Revisi
KAMU SEDANG MEMBACA
KARRAMEL (SELESAI)
Short StorySekuel Greatest Husband Mengisahkan tentang dua orang yang dulunya menjalin kasih namun terpaksa berpisah karna suatu ke salah pahaman. Hingga takdir mempertemukan mereka kembali, dan mereka malah terikat kedalam suatu hubungan yang lebih serius. "...