KARRAMEL | 08

4.4K 374 40
                                    

Amel sudah diperbolehkan pulang setelah 2 Minggu berada di rumah sakit yang sangat membosankan. Karra membawa Amel ke rumahnya, sang bunda lah yang menyuruhnya, dengan alasan tidak ada yang merawat Amel nantinya.

Sesampainya mereka dirumah, Karra menggendong Amel untuk masuk kedalam rumah, karena kaki Amel patah akibat dari kecelakaan kemarin.

"Yeay! Ibu Amel nginep!" Ucap Inara dengan semangat ketika melihat kakaknya sedang menggendong Amel ala bridal style.

Mendengar nama Amel disebut, Bara keluar dari kamarnya, ia melihat Amel yang tengah digendong oleh Karra membuatnya menjadi kesal.

"Sama gue aja," ucap Bara sembari ingin menggendong Amel.

Seperti tidak memperdulikan ucapan adiknya, Karra memilih untuk membawa Amel ke kamar tamu. Karra merebahkannya tubuh Amel dengan hati-hati dan menyelimuti tubuh gadis itu.

"Makasih ya kak," ucap Amel.

"Hm." balas Karra.

Bara dan Inara masuk kedalam kamar yang ditempati oleh Amel "Kamu gak apa-apa kan, Mel?" Tanya Bara khawatir.

"Enggak kok, aku udah baik-baik aja, cuma kaki aku doang masih sedikit sakit,"

"Yang mana Bu? Biar Nara pijitin?" Inara memegang kaki kiri Amel. "Yang ini?" Tanyanya.

"Gak usah sayang," ucap Amel lembut.

"Saya harus balik ke kantor, kalo perlu apa apa kamu tinggal panggil B-"

"Gue" ucap Bara tiba-tiba.

Yang dimaksud Karra adalah Bi Surti, bukan Bara, astaga adiknya yang satu ini benar-benar minta dihajar.

"Caper!" ucap Karra dan langsung dibalas dengan tatapan tajam oleh Bara.

Sepulang dari kantor, Karra langsung di minta untuk menemui Fathan diruang kerjanya.

"Ayah panggil aku?" Tanya Karra.

"Iya. Duduk dulu, ada yang pengen ayah omongin sama kamu" Karra pun duduk dihadapan Fathan.

"Kamu masih cinta sama Amel?" Tanya Fathan.

Deg

'Pertanyaan apa ini?' batin Karra.

"Kamu mau kan nikah sama dia?" Tanya Fathan lagi.

"Ni-kah? Secepat ini, yah?"

"Aku masih 23 tahun loh, yah, masih terbilang muda untuk menikah" ucap Karra tak terima.

"Kak, Kakak tau gak? Waktu bunda nikah sama ayah, umur bunda berapa? 17 tahun, kak," mendengar itu Karra terkejut, yang ia tahu hanyalah Nesya menikah muda dengan Fathan, tapi soal umur sang bunda ketika menikah masih 17 tahun, Karra baru mengetahuinya sekarang.

"Jadi bunda pas nikah sama ayah masih SMA, dong?" Fathan mengangguk.

"Mau ya nikah sama Amel? Keluarga kita pasti bakalan setuju kalo kamu nikah sama dia, apalagi Inara sama bunda, mereka kan suka banget sama Amel"

'Gak semua, karena Bara gak bakalan suka kalo misal aku nikah sama Amel,' batin Karra.

"Gimana?" Tanya Fathan sembari meyakinkan anaknya.

"Dia baik banget sama keluarga kita, terutama sama kamu, dia rela pertaruhkan nyawanya untuk kamu,"

Karra diam sebentar "Karra pikir-pikir dulu ya, Yah," ucap Karra.

"Iya, udah gih sana istirahat," titah Fathan.

Karra keluar dari ruang kerja ayahnya, saat hendak menuju kamarnya, pikiran Karra masih dipenuhi dengan permintaan ayahnya. Ia bingung harus menerima atau menolaknya.

Setelah dipikirakan matang-matang Karra memutuskan untuk menikahi Amel. Dengan alasan balas Budi karena Amel sudah menolongnya dari kecelakaan waktu itu. Alasan ia menikah dengan Amel hanya dirinya yang tahu.

Kemarin Karra sudah menemui kedua orang tua Amel, dan keduanya menyetujui pernikahan Karra dengan Amel yang akan diadakan 5 hari lagi.

"Kak Karra..."

"Hm."

"Sesudah kita menikah, aku masih boleh jadi guru TK gak?" Tanya Amel hati-hati.

"Terserah." ucap Karra yang sedang fokus menyetir.

Mereka baru saja pulang dari butik untuk memilih pakaian yang akan dikenakan mereka nanti.

Pilihan Amel tertuju kepada salah satu gaun yang berhasil membuatnya jatuh cinta.

Pilihan Amel tertuju kepada salah satu gaun yang berhasil membuatnya jatuh cinta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hening

Itulah yang menggambarkan situasi antara Karra dan Amel didalam mobil. Hingga terdengar suara notifikasi panggilan dari handphone milik Amel.

"Angkat aja." ucap Karra ketika melihat Amel yang ragu-ragu untuk menjawab teleponnya.

"Halo kak," ucap Amel.

'Kak? Oh pasti si dokter Reza, eh Riza" batin Karra.

"Beneran kak?" Tanya Amel tak percaya.

Diam diam Karra melirik kearah Amel 'Ada hubungan apa sih antara mereka?' tanyanya pada diri sendiri.

"Oh oke, makasih ya kak," Amel mengakhiri panggilan tersebut.

"Siapa?" Tanya Karra dengan nada tak suka.

"Kak Riza," jawab Amel.

"Dia masih sering hubungin kamu?"

Amel mengangguk. "Iya, bahkan setiap hari,"

"Kenapa? Kakak gak suka? Kakak cemburu?"

Karra membulatkan matanya "Cemburu? E-enggak! Saya gak cemburu! Gak usah ke pede an ya kamu."

'Bohong banget, jelas-jelas mukanya kaya orang cemburu' batin Amel.

"Jangan senyum senyum sendiri! Nanti di kira kamu orang gak waras," ucap Karra masih dengan nada dinginnya.

'Mencintai kakak bikin aku jadi orang gak waras' batin Amel lagi sembari melirik kearah calon suaminya. Calon suaminya:)

Amel benar-benar tak menyangka, 5 hari lagi ia akan dinikahi oleh Karra, yang awalnya Amel pikir jika Karra tidak akan kembali padanya setelah pergi tanpa pamit dan juga kabar selama 5 tahun lamanya. Tapi sekarang? Semuanya bagaikan mimpi.

Sudah Revisi


KARRAMEL (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang