03. Mencari Tahu
Amel Primzilia Zora, atau yang biasa dipanggil Amel, baru saja pulang dari kerja part timenya sebagai barista di cafe milik Felly, sahabatnya. Amel melangkahkan kakinya menuju kontrakan yang baru ia tempati beberapa bulan lalu.
Orang tuanya memilih untuk kembali ke kampung halaman setelah Amel lulus SMA, namun Amel lebih memilih untuk tetap tinggal disini, karena ia berharap jika Karra akan kembali padanya, dan harapan itu terjadi, Karra sudah kembali!
"Aku kangen banget sama kakak," ucap Amel sembari memandang foto Karra yang terpajang di dinding kamarnya.
✨
Inara sedari tadi tengah merajuk pada Karra, karena Karra bilang ia tidak bisa mengantar ataupun menjemput Inara dengan alasan sibuk. Padahal?
"Bunda! Masa kak Karra gak mau anterin aku lagi," adu Inara pada Nesya.
"Aku sibuk Bun. Gimana kalo Nara dianter sama kak Kahla atau engga bang Bara?" Bujuk Karra pada adiknya, dan Inara tetap menggeleng.
"Udahlah Kar, anterin aja, lagian juga kan jaraknya lumayan deket sama kantor kamu,"
Karra melirik ke arah Inara yang tengah menatapnya dengan tatapan memohon, agh! Karra paling tidak bisa menolak jika adiknya sudah menatap dirinya seperti itu.
"Ya udah," ucapnya dengan singkat.
"Makasih bunda!" ucap Inara sembari mengecup pipi bundanya itu lalu pergi menyusul Karra yang sudah lebih dulu keluar rumah.
✨
Pagi ini, seperti biasa Amel selalu mengawali paginya dengan senyuman, tapi kali ini senyumannya begitu manis karena ia bahagia Karra sudah kembali.
Setelah tiba di tempatnya mengajar, baru saja Amel ingin masuk kedalam gerbang sekolah, ada seseorang yang memanggilnya. Siapa lagi kalau bukan Inara, Inara memang sangat dekat dengan ibu gurunya satu ini, entah kenapa Inara selalu merasa nyaman jika berada didekat Amel.
"Pagi bu," sapa Inara sembari memeluk Amel.
"Pagi Nara, ayo kita masuk," ajak Amel.
"Sebentar Bu. Kakak! Siniin tas aku," titah Inara pada Karra yang sedari tadi memperhatikan Amel dan juga Inara.
Karra melangkahkan kakinya dengan malas menuju adik dan juga perempuan yang ia cintai, dulu.
"Nih," Karra menyerahkan tas berwarna pink pada Inara.
"Nanti kakak gak bisa jemput." mendengar itu, Inara wajah Inara tampak sedih.
"Kenapa?" Tanyanya.
"Kakak ada pertemuan jam makan siang nanti. Sebagai gantinya, bang Bara yang akan jemput kamu, ya?" Inara mengangguk dengan pelan.
Ketika Karra ingin pergi, Amel menarik tangannya "Kak, apa kabar?" Tanya amel.
"Baik, seperti yang kamu lihat." jawab Karra dengan ketus.
Karra pun pergi menuju kantornya
✨
Amel tengah mengoreksi satu persatu buku muridnya, tapi saat ia sedang fokus mengoreksi, Adeeva- muridnya juga, mengatakan kalau Inara badannya panas. Dan benar saja, saat Amel memeriksa suhu tubuh Inara, badan anak itu panas.
Amel menitipkan murid-muridnya pada temannya yang juga guru disana.
Dengan cepat, Amel membawa Inara kerumah sakit, ia takut Inara kenapa-napa.
"Sabar ya sayang, sebentar lagi kita sampai di rumah sakit," ucap Amel pada Inara sembari memeluk tubuh anak itu agar tidak merasa dingin.
Sesampainya di rumah sakit, Inara langsung ditangai oleh dokter. Amel sampai lupa, ia belum menghubungi keluarga muridnya itu.
"Halo, ini dengan Amel, ibu gurunya Inara,"
Amel menghubungi bundanya Inara, siapa lagi kalau bukan Nesya.
"Iya Bu ada apa?"
"Saat ini Inara sedang berada dirumah sakit, tadi badannya panas,"
"Terimakasih sudah membawa anak saya ke rumah sakit, sebentar lagi saya akan kesana Bu," Nesya langsung menatikan sambungan telepon dengan Amel, dan pergi menuju rumah sakit.
✨
Karra menunggu sang bunda yang sedang bersiap-siap untuk ke rumah sakit, tadi dirinya ditelpon oleh Nesya untuk mengantarnya kerumah sakit.
Setelah selesai, pun Nesya masuk ke dalam mobil Karra, dan dengan cepat Karra mengemudi mobilnya karena Nesya sangat khawatir pada anak bungsunya itu.
Tak membutuhkan waktu lama, mereka berdua tiba dirumah sakit yang lokasinya sudah Amel berikan pada Nesya tadi.
"Gimana keadaan Inara?" Tanya Nesya pada Amel.
"Saya tidak tau Bu, dokternya belum keluar,"
Kurang lebih lima menit kemudian dokter yang menangani Inara keluar, Nesya menghampiri dokter bernametag Erika.
"Anak ibu terkena demam biasa, saya sudah memberikannya obat penurun panas,"
"Ibu tidak perlu khawatir, putri ibu bisa pulang setelah cairan infusnya habis," ucap dokter Erika lagi ketika melihat wajah khawatir Nesya.
"Terimakasih dokter," ucap Nesya.
"Sama-sama Bu, itu sudah jadi tugas saya. Kalau begitu saya permisi,"
✨
Nesya berada di dalam ruangan Inara, sementara Karra dan juga Amel memilih untuk menunggu didepan. Hanya ada keheningan diantara mereka berdua.
"Kamu kenapa gak pulang?" Tanya Karra pada Amel yang duduk beberapa jarak darinya.
"Kakak ngusir aku?"
"Ya kalo kamu ngerasa sih bagus." ucap Karra dengan santai.
Amel melirik kearah Karra. "Sebenernya kakak kenapa sih? Kenapa sikap kakak jadi kaya gini? Dan kenapa juga kakak ga bilang kalo kakak mau kuliah diluar negeri. Kakak tau gak? Waktu aku tau kakak pergi kuliah di Amerika tanpa kasih tau aku, hati aku sakit banget, tapi anehnya aku gak bisa benci sama kakak," ucap Amel sambil memberikan senyum palsu pada Karra.
"Tanya sama diri kamu sendiri, kenapa sikap saya bisa berubah!" setelah mengucapkan itu, Karra pergi meninggalkan Amel yang masih tetap diam ditempat duduknya.
Amel bertanya-tanya pada dirinya sendiri, ia punya salah apa pada Karra? Sampai-sampai sikap kekasihnya itu berubah menjadi dingin.
✨
Sudah Revisi
KAMU SEDANG MEMBACA
KARRAMEL (SELESAI)
KurzgeschichtenSekuel Greatest Husband Mengisahkan tentang dua orang yang dulunya menjalin kasih namun terpaksa berpisah karna suatu ke salah pahaman. Hingga takdir mempertemukan mereka kembali, dan mereka malah terikat kedalam suatu hubungan yang lebih serius. "...