Disinilah Karra berada, ditempat pemakaman umum, mengantarkan anaknya bersama dengan Amel ke tempat peristirahatan terakhir putri kecilnya itu.
Karra masih tidak percaya kalau anaknya sudah meninggal, tapi mau percaya atau tidak percaya, ucapan dokter tadi malam adalah kenyataannya yang sebenarnya, buktinya sekarang Karra berada di pemakaman.
Karra ditemani oleh kedua sahabatnya, ayahnya, mertuanya, bara, dan juga Riza, sementara Nesya dan Freya-ibunya Amel, bertugas menemani Amel yang belum sadarkan diri.
Karra duduk di sebelah pusara anaknya, Karra memeluk nisan sang anak sembari menangis. Ia merutuki kebodohannya karena meninggalkan Amel saat itu, jika Karra tidak pergi dari rumah, kejadian itu tidak akan terjadi.
"Maafin Papa sayang," ucap Karra sedih.
Dito mengusap-usap bahu Karra, ia mencoba menguatkan Karra, begitupun dengan Jhonny.
"Sabar Karra, ini bukan salah kamu, ini takdir," ucap Fathan seraya memeluk Karra.
"Tapi Yah, kalo aja Karra gak pergi waktu itu, Amel gak akan di culik, hiks, ini salah Karra, Yah," Karra kembali menangis didalam dekapan ayahnya.
"Kak, Amel udah sadar, kakak mau temuin Amel?" Tanya Bara pada Karra setelah dirinya mendapatkan pesan dari sang bunda.
Karra menghapus air matanya dan mengangguk.
"Ayo kita ke rumah sakit," ucap Fathan.
"Maaf om, saya gak bisa ikut, soalnya ada pekerjaan," ucap Jhonny.
"Ya udah, kalo gitu kamu pulangnya hati-hati ya," pesan Fathan.
"Iya om," ucap Jhonny. "Kar, gue pulang dulu ya, nanti malem gue ke rumah sakit lagi," Karra mengangguk.
"Makasih, Jhon," ucap Karra.
"Iya. Yang sabar ya, Kar," Karra kembali mengangguk.
ᘛ
Sejak Amel bangun dari pingsannya, ia lebih banyak diam dan melamun, hingga terdengar suara ketukan pintu dari Karra membuyarkan lamunannya.
Fathan memberikan isyarat pada Nesya dan juga Freya agar keluar dari ruangan Amel, supaya Karra dan Amel dapat berbicara.
"Gimana kondisi kamu?" Tanya Karra.
"Baik," jawab Amel pelan.
Karra duduk di kursi yang berada disebelah tempat tidur pasien Amel, ia mengambil tangan Amel untuk diciumnya dan kembali menangis.
"Ma-maaf Mel, harusnya aku gak pergi tinggalin kamu, maaf karena aku, kita jadi kehilangan baby, kamu boleh marah sama aku, pukul, cubit, gigit juga boleh, asalkan jangan diemin aku ya, aku sedih banget liat kamu diemin aku," ungkap Karra.
Amel mengusap air matanya, ia jadi ikut sedih mendengar apa yang suaminya katakan, ketahuilah, Amel tidak pernah marah pada Karra, ia hanya kecewa pada dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga calon buah hati mereka.
"Kak, aku boleh minta waktu buat sendiri gak?" Tanya Amel.
"Boleh, tapi aku mohon jangan diemin aku, ya," Amel mengangguk dengan muka datarnya. Karra pun keluar dari ruangan Amel.
"Gimana Kar, Amel nya?" Tanya Freya.
"Amel lagi butuh waktu sendiri Bu katanya,"
Kini tinggallah Amel sendiri, ia menangis sejadi-jadinya.
"Maafin mama sayang," lirih Amel.
ᘛ
Setelah seminggu berada dirumah sakit Amel memutuskan untuk pulang, walaupun sebenarnya belum dibolehkan karena mengingat jika Amel akhir-akhir ini sangat sulit untuk makan dan minum obat serta lebih banyak melamun.
"Non, ini bibi udah buatkan sup ayam kesukaan non, di makan ya," ucap bi Sumi.
"Bawa lagi aja bi, Amel gak laper," ucap Amel.
Tiba-tiba saja Karra masuk kedalam kamarnya, dan menyuruh bi Sumi untuk keluar.
"Sayang, di makan dulu ya makanannya," ucap Karra lembut.
Amel menggeleng. "Amel gak laper kak, Amel mau tidur aja," ucap Amel sembari membaringkan tubuhnya dan pura-pura memejamkan matanya.
Karra menghembuskan nafas penat, ia mengelus kepala Amel lalu mengecup kening istri cantiknya itu. "Aku sayang kamu," ucap Karra.
ᘛ
Sudah Revisi
KAMU SEDANG MEMBACA
KARRAMEL (SELESAI)
Short StorySekuel Greatest Husband Mengisahkan tentang dua orang yang dulunya menjalin kasih namun terpaksa berpisah karna suatu ke salah pahaman. Hingga takdir mempertemukan mereka kembali, dan mereka malah terikat kedalam suatu hubungan yang lebih serius. "...