Terhitung sudah satu mingguan ini, hubungan Karra dan Amel mulai membaik, bahkan sekarang Karra meminta Amel datang ke kantornya pada saat jam makan siang nanti untuk membawakannya bekal buatan Amel.
Dan saat ini Amel sedang di dalam perjalanan menuju kantor sang suami tercinta, namun, sebelum Amel pergi ke kantor Karra, ia memutuskan untuk ke rumah sakit. Bukan! Bukannya Amel ingin menemui dokter Riza, melainkan ia ingin memastikan bahwa apa yang dia rasakan belakangan ini adalah benar adanya.
Setelah menunggu, nomor antriannya pun dipanggil oleh suster. Dengan cepat Amel memasuki ruangan dokter Indah.
"Jadi apa yang kamu rasakan akhir-akhir ini?" Tanya dokter Indah.
"Kalo setiap pagi saya suka mual dok, dan udah beberapa hari ini saya juga gak nafsu makan,"
Dokter Indah menatap Amel dengan tatapan serius. "Kapan terakhir kali kamu datang bulan?"
Amel mencoba mengingat kapan terakhir kalinya ia kedatangan tamu bulanan "Harusnya minggu-minggu ini saya udah dapet dok," ucap Amel.
"Em... Mari ikut saya," ajak dokter Indah pada Amel. Amel pun mengikuti dokter Indah yang berjalan lebih dulu.
"Silahkan berbaring," titah dokter Indah.
"Biar saya bantu, Mba," ucap suster yang berdiri disamping Amel.
"Saya akan melakukan USG untuk memastikan apakah benar kamu hamil atau tidak," Amel mengangguk.
Dokter Indah mulai memberikan gel kepada perut Amel, dan tak lama kemudian, dokter Indah menggerakkan alat USG itu ke kanan dan ke kiri.
"Selamat ya, Mel, sebentar lagi kamu akan punya baby," senang dokter Indah.
Mendengar ucapan dokter Indah, Amel menitihkan air mata bahagianya. Terlihat jelas oleh Amel, layar monitor disampingnya menampilkan sebuah janin yang masih sangat kecil.
"Dok, saya boleh minta foto USG nya?"
"Boleh banget, nanti biar suster Della cetak dulu ya fotonya," Amel mengangguk.
"Kita tunggu dimeja kerja saya, ya,"
"Baik dok," ucap Amel sembari turun dari tempat tidur pasien dan duduk ditempat sebelumnya.
Beberapa menit kemudian, suster Della keluar dengan membawa dua buah foto hasil USG Amel tadi.
Suster Della memberikan foto itu kepada dokter Indah.
"Usia kandungan kamu memasuki 5 minggu, jadi wajar aja kalo kamu merasakan mual, gak nafsu makan, ataupun perubahan mood yang tiba-tiba, karena hal itu biasa terjadi di trimester pertama pada kehamilan, tapi Mel, walaupun nanti kamu gak nafsu makan, kamu harus tetap makan ya, supaya janin kamu kuat dan dapat nutrisi," jelas dokter Indah panjang lebar.
"Ini fotonya," dokter Indah memberikan dua lembar foto yang sedari tadi ia pegang.
Amel menatap foto janinnya dengan terharu 'Nanti kita kasih kejutan buat Papa kamu yang sayang,' batin Amel sembari mengelus perut ratanya.
"Saya akan buat resep vitamin untuk kamu, nanti kamu bisa tebus di apotek rumah sakit, ya," dokter Indah mulai menulis beberapa resep vitamin yang nantinya akan ditebus oleh Amel.
"Ini, jangan lupa di minum, ya, vitaminnya," ingat dokter Indah.
"Oh iya, kamu bisa melakukan cek up sebulan sekali untuk mengetahui perkembangan janin kamu,"
"Baik dok. Terima kasih banyak ya dokter Indah," ucap Amel senang.
"Iya sama-sama Mel, jaga kandungan kamu baik-baik, ya, jangan capek-capek apalagi banyak pikiran, karena itu bisa bahaya buat kandungan kamu,"
"Iya dok, saya akan jaga janin saya dengan sebaik mungkin. Kalo gitu saya pamit dulu ya dok, sekali lagi terima kasih," pamit Amel.
"Hati-hati ya, Amel,"
"Siap dok, sampai ketemu bulan depan," Amel keluar dari ruangan dokter Indah dan langsung berjalan menuju ke apotek.
Setelah menebus resep yang diberikan oleh dokter Indah, Amel pergi ke kantor Karra, ia sudah benar-benar telat.
ᘛ
Tiba di kantor Karra, Amel sangat tidak sabar untuk memberi tahu Karra jika sebentar lagi Karra akan jadi seorang ayah.
Tanpa mengetuk pintu ruangan Karra, Amel langsung membukanya, dan betapa terkejutnya ia saat melihat Karra dengan seorang wanita yang berpakaian kekurangan bahan. Sepertinya mereka habis melakukan hal itu. Terlihat dari kencing kemeja Karra yang terbuka, dan penampilan wanitanya berantakan.
"Ma-maaf kalo aku ganggu aktivitas kalian," ucap Amel dengan nada bergetar.
"A-aku pikir kamu gak dateng," ucap Karra terkejut.
"Ini bekal pesanan kakak. Sekali lagi maaf udah ganggu kalian. Jangan lupa di makan kak," Amel meletakkan tas yang berisi makanan diatas meja, lalu ia keluar dari ruangan Karra dengan air mata yang terus mengalir.
"Amel tunggu!" Teriak Karra saat melihat Amel yang keluar dari ruangannya.
Karra menjambak rambut frustrasi, ia kembali ke dalam ruangannya dan mengambil jas hitamnya. Karra berniat untuk mengejar Amel dan menjelaskan apa yang dilihat oleh Amel adalah salah paham. Tapi sebelum itu ia menyuruh Chintia untuk pergi dari ruangannya dan juga kantornya, karena mulai saat Chintia sudah tidak bekerja di kantor Karra lagi.
Masih ingatkah kalian dengan wanita yang Karra tegur cara berpakaiannya dihari pertamanya menjabat sebagai seorang CEO menggantikan Fathan. Nah, wanita itu adalah dia, Chintia, wanita yang membuat Amel salah paham seperti ini.
Mendengar ucapan sang bos yang memecatnya, Chintia tidak terima "Awas aja lo, gak akan gue buat bahagia rumah tangga kalian!" ucap Chintia melihat saat kepergian Karra.
ᘛ
Problem lagi:')
Sudah Revisi
KAMU SEDANG MEMBACA
KARRAMEL (SELESAI)
Short StorySekuel Greatest Husband Mengisahkan tentang dua orang yang dulunya menjalin kasih namun terpaksa berpisah karna suatu ke salah pahaman. Hingga takdir mempertemukan mereka kembali, dan mereka malah terikat kedalam suatu hubungan yang lebih serius. "...