Forza biasa dia di panggil, anak pertama dari pasangan Hendrik Adhitama dan Fatma Adhitama. Memiliki dua adik bernama Firza Adhitama dan Fahri Adhitama, saat ini Forza masih menjadi Mahasiswi di sebuah Universitas ternama di Jakarta, Fakultas Kedokteran.
Forza, gadis cantik pemilik bibir tipis dan rambut panjang yang selalu dia ikat, memiliki postur tinggi semampai bak seorang model, membuat siapapun yang melihatnya akan jatuh hati, sikapnya yang dingin dan misterius membuat setiap para pria yang ingin mendekatinya menjadi ragu, Forza di kenal tak banyak bicara, tapi sekalinya mau bicara langsung mengena hingga ke dasar hati terdalam lawan bicaranya.
Perkuliahan awal semester V dimulai hari ini, seperti biasa Forza berjalan dengan santainya melewati lorong kampus, menuju kelasnya di Fakultas Kedokteran.
“Forza!” teriak seseorang yang suaranya sangat Forza kenal, itu suara sahabatnya yaitu Abell, Forza pun menoleh ke belakang.
“Berisik.” Hanya satu kata itu yang terucap dari bibirnya.
“Gue kira habis liburan, pas ketemu bisa manis sedikit nyatanya makin anyep banget, Lu nggak kangen sama gue? Jahara banget lu jadi sohib.” Sungut Abell.
“Hmm, tapi nggak mesti teriak begitu kali.” Kata Forza karena sahabatnya ini hobi sekali berteriak, kadang membuat Forza malu karena tak kenal tempat.
“Eh Za, lu tahu nggak, kalau di semester ini Pak Gavin Mahendra bakal ngajar kelas kita?” Forza menatap malas Abell, wajarlah ngajar beliau ‘kan dosen, batin Forza.
“Terus kenapa, kalau ngajar kelas kita? Wajar kali, ‘kan dosen.” Jawab Forza.
“Lu lupa Za? Waktu Ospek lu selalu dapat perhatian pak Gavin, sampai sekarang beliau sering curi – curi pandang sama lu.” Ini terus yang di bahas sampai bosan banget dengarnya, gerutu Forza dalam hati.
“Terlalu berlebihan lu bel, semua sama kali di kasih perhatian sama itu dosen.” Kilah Forza.
“Gue heran sama lu Za, gue curiga lu nggak normal deh, apa lagi penampilan lu yang begini makin kuat keraguan gue.” Kata Abell sambil memperhatikan penampilan Forza yang saat ini mengenakan celana jeans dan kemeja polos warna army yang lengannya di gulung hingga siku, tak lupa sneakers putih kesayangannya.
“Sialan lu bel, gue normal ya, wanita tulen!” Omelnya, sambil menoyor kepala Abell.
“Kalau normal, kenapa lu nggak ada rasa tertarik sedikit pun sama 4 dosen most wanted yang di gilai para mahasiswi itu?” tanya Abell.
“Gue di sini tujuannya kuliah, cari ilmu bukan cari cem – ceman kayak lu bel.”
“Woooyyy, pada ngomongin apaan sih serius amat.” Sapa Nadia yang mendekat di ikuti Adit di belakangnya, mereka berdua juga sahabat Forza.
“Ngomongin Forza yang nggak normal haha.” Jawab Abell sambil tertawa, membuat Forza mendengus kesal.
“Kupret lu.” Kata Forza.
“Emang kenapa kok nggak normal, gue kepo nih?” Nadia yang baru datang, tak tahu apa yang kedua sahabatnya bicarakan langsung kepo bertanya.
“Nggak normal, karena nggak pernah naksir cowok, bahkan sama Pak Gavin saja dia nggak doyan coba.” Jawab Abell yang makin membuat Forza gemas ingin melemparnya ke kutub utara.
“Jahat lu Bel, Forza bukannya nggak normal, tapi kurang sedikit normal saja makanya nggak doyan cowok haha.” Abell dan Adit tertawa puas mendengar perkataan Nadia, Forza sendiri makin kesal dengan kedua sahabatnya yang masih pagi, tapi sudah membuatnya badmood.
“Kurang asem lu pada.” Kata Forza sambil berjalan memasuki kelas, memilih bangku paling belakang dan pojok, tempat favorit Forza.
“Za! Yaelah gitu aja ngambek lu.” Teriak Abell sambil berlari kecil menyusul Forza, Nadia dan Adit di belakang mengekorinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Forza (End)
RomanceProses Revisi Cinta, bagi Forza kata itu hanya penuh kesakitan hingga ia tak ingin mengenal apa itu cinta, ia tak akan sanggup jika harus merasakan pedihnya cinta seperti yang Bundanya rasakan. Namun semua berubah saat kehadiran seorang pria yang de...