Manis seperti biasa

1K 108 0
                                    

Forza POv

Hari pertama aku kembali menjalani koass langsung di sibukkan dengan puluhan pasien yang berdatangan karena keracunan makanan.

Awal kedatanganku yang di sambut baik oleh dokter dan beberapa perawat yang sudah mengenalku juga perkenalanku dengan anak koass dari universitas lainnya penuh dengan candaan langsung berubah dramatis saat melihat pasien berdatangan begitu banyaknya.
Mas Ciko perawat senior langsung menarik tanganku, "Kamu sama aku saja Za, ini hari pertama kamu." Aku pun mengangguk membuntuti mas Ciko.

Mas Ciko perawat senior kesayangan para dokter karena selalu bisa di andalkan, dia juga nggak pelit ilmu jika ada tindakan mau mengajari. Aku tak masalah dia perawat aku anak koass yang sering mendapat ilmu darinya. Jam terbang mas Ciko lebih tinggi, pengalamannya dalam menangani pasien sudah banyak bukan hanya teori saja yang dikuasainya itu yang paling penting untukku.

Sudah 4 pasien yang aku dan mas Ciko tangani, kini kami pindah ke pasien seorang ibu yang di perkirakan berusia diatas 50tahun.

"Maaf dengan ibu siapa dan berapa umur ibu?" tanyaku untuk mengisi lembar Anamnesa.

"Bu Ambar, 56 tahun dok." Jawabnya, aku mengangguk dan menulisnya di lembar Anamnesa.

"Apa yang saat ini ibu rasakan?" tanyaku lagi.

"Mual, pusing dan lemas dok." Aku kembali mengangguk.

"Za ambil bengkok dan infuse set, RL bawa lebihan lagi di sini sudah habis." Perintah mas Ciko langsung aku kerjakan, aku keluar tirai dan mengambil apa yang mas Ciko minta kemudian berlari kembali memasuki tirai. Aku tak masalah mas Ciko menyuruhku karena memang posisinya aku juga butuh ilmu darinya, jadi seperti yang aku katakan tadi aku tak mempermasalahkan dia perawat dan aku calon dokter.

Saat aku sedang membantu mas Ciko memasang infus set, memastikan dengan teliti kalau tidak ada gelembung udara, mas Ciko tengah serius mencari vena untuk memasukan Abocath terdengar suara seseorang membuat kami menoleh ke sumber suara yang sangat aku kenal suara siapa itu.

"Kenapa ini?" Tanya Kak Dhika pada kami, Ya yang menginterupsi kegiatan kami adalah Kak Dhika, kedatangannya membuat mas Ciko terkejut apalagi aku.

"Keracunan makanan masal acara hajatan dok." Jawab mas Ciko dan Kak Dhika mendekat langsung memeriksa pasien.

"Za kamu sudah pernah Bilas lambung atau gastric lavage?" Aku menggeleng, aku pernah mendengarnya dan mendapat materinya juga tapi melihat tindakannya secara langsung belum pernah.

"Mas Ciko tolong siapkan peralatan untuk Bilas lambung." Perintahnya pada mas Ciko yang langsung dikerjakan.

Setelah melakukan tindakan Bilas lambung kak Dhika melepas handscoon dan mencuci tangannya, meminta mas Ciko keluar untuk membantu yang lainnya, kak Dhika juga memintaku ke ruangannya untuk makan siang.

Tanpa aku duga kak Dhika mengusap rambutku dan mencium puncak kepalaku dengan cepat saat dia akan berjalan keluar tirai membuatku terkejut, takut ada yang melihat sedangkan kak Dhika dengan santainya keluar tirai membuatku mencebik kesal.

Sungguh aku kembali teringat mas Gavin, perhatian kak Dhika sama seperti mas Gavin.

Aku kembali ke ruang jaga, mengambil air mineral gelas yang ada di kulkas ruangan dan menenggaknya hingga habis, rasanya seperti habis berlari keliling lapangan 5 kali.

"Za makan siang dulu sana, semua sudah aman." Kata dokter Lily.

"Nanti saja dok." Kataku karena nggak enak yang lain juga belum istirahat.

"Nggak apa Za bergantian sekarang kamu dulu sana, kamu juga harus pompa ASI kamu itu colling bag tadi di anterin sama bu Diva katanya ketinggalan." Jelas dokter Lily membuatku teringat peralatan ASIku tertinggal karena tadi terburu - buru takut ketahuan Al.

Love Forza (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang