Sementara itu, di ruang lainnya, lebih tepatnya di ruang dekan, empat sababat yang berprofesi sebagai dosen dan juga dokter sedang berkumpul.
"Lu beneran suka Forza ya Vin?" tanya Dhika pada Gavin.
"Bosen jawabnya, itu mulu yang di tanya." Jawab Gavin.
"Menurut lu Dhik, si Gavin sampai minta bantuan lu, biar semester ini bisa masuk kelas Forza, karena apa kalau bukan bener suka." Kata Reno.
"Nggak gue sangka saja Ren, seorang Gavin suka cewek tapi belum juga berani nembak. Biasanya nggak usah nembak juga cewek pada ngejar dia, tapi kali ini dewa cinta belum juga berpihak." Kata Dhika lagi.
"Gue bukan nggak berani, tapi mau cari waktu yang lebih pas saja dan mungkin sekarang sudah waktunya. Dia memang gadis yang aneh, di saat yang lain ingin dekat sama gue, dia malah cuek banget. Sikapnya terlalu dingin tapi justru itu yang membuat gue makin suka." Jelas Gavin.
"Tadi gue papasan sama dia, kayanya mau ke kantin deh, kita susul dia saja ke kantin." Kata Dimas.
"Boleh, gue juga lapar, kalian berdua ikut nggak?" tanya Gavin pada Reno dan Dhika, mereka mengangguk sebagai jawaban ya.
Gavin, Dhika, Reno dan Dimas berjalan menuju kantin yang sering Forza dan sahabatnya datangi, padahal ada kantin yang memang khusus untuk dosen dan karyawan, tapi Gavin sengaja mendatangi kantin mahasiswa, demi bisa lebih dekat dengan gadisnya, Gavin rela modus dan membuang gengsinya.
Di kantin, Forza, Nadia, Abell, Adit dan Alfa duduk di meja dekat jendela yang menghadap langsung ke taman. Mereka asyik bersenda gurau sambil makan, tiba - tiba saja seisi kantin heboh, karena dari kejauhan terlihat 4 dosen most wanted sedang berjalan ke arah kantin.
"Eh, liat tuh rombongan dosen tampan menuju kantin, tumbenan mereka ke kantin."
"Tampannya benar - benar kebangetan, apa lagi pak Gavin sama pak Dhika, gila ya kalau bisa jadi bininya pasti bahagia banget."
Dan masih banyak lagi, histeria mahasiswi lainnya di kantin, hanya karena kedatangan 4 dosen tampan. Padahal ada yang sudah semester pucuk, tapi kelakuan kaya dedek gemas saja, sungguh memalukan mereka.
"Dengar noh Za, cuman lu doang yang santuy boro - boro ikut teriak, ngelirik saja nggak lu."Cibir Abell.
"Apaan sih lu bel, gue bukan fans garis keras kaya lu." Sewot Forza.
Rombongan Gavin memasuki kantin dan duduk di meja pojok, tak jauh dari meja Forza dan teman - temannya. Baru kali ini Gavin melihat Forza tertawa lepas sama teman - temannya, Gavin benar - benar makin memuja gadisnya itu.
"Mereka ngomongin apaan sih sampai Forza ketawa gitu, tumbenan tuh anak biasanya tanpa ekspresi sama sekali mukanya." Tanya Dimas, tapi Gavin diam saja dan terus menatap Forza.
"Eh, itu cowok di sampingnya kalau di perhatiin kaya suka Forza ya, liat saja cara dia memandang Forza." Kata Reno.
"Sudah, sono lu samperin Vin."
"Yang benar saja gue kesana, ogah ah gue baru ada interaksi sama dia pagi tadi, masa mau langsung saja, mau taruh di mana muka gue." Jawab Gavin.
"Cemen lu." Kata Reno lagi.
"Kalau terlalu gercep gue khawatir, dia malah menjauh, jadi santai saja semua ada waktunya perlahan tapi pasti gue yakin bakal miliki dia, sekarang PDKT saja dulu." Gavin dengan sangat yakin dan percaya diri menjawabnya.
"Yakin banget Vin, kalau gue lihat tuh cewek nggak ada tertariknya sama kita - kita, terlalu cuek." Kata Dimas.
"Itu yang buat gue makin penasaran, karena dia lain dari yang lainnya." Jawab Gavin sambil menyunggingkan senyumnya, tatapan matanya masih terus menatap gadisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Forza (End)
RomanceProses Revisi Cinta, bagi Forza kata itu hanya penuh kesakitan hingga ia tak ingin mengenal apa itu cinta, ia tak akan sanggup jika harus merasakan pedihnya cinta seperti yang Bundanya rasakan. Namun semua berubah saat kehadiran seorang pria yang de...