Pagi - pagi sekali Gavin sudah mengantar Forza ke salon langganan mamahnya untuk merias Forza.
Dengan sabar Gavin menunggu Forza, sudah lebih dari satu jam, akhirnya pintu ruang rias terbuka dan keluarlah gadisnya menggunakan kebaya berwarna Mocca, dengan bawahan kain batik yang senada dengan kemeja yang Gavin pakai, Forza sangat cantik rambutnya di sanggul ke atas.
Gavin diam mematung melihat betapa cantik gadisnya itu, hingga Forza sudah berada di depannya dia masih diam mematung.
"Hallo pak dosen, kedip kali." kata Forza, mencubit pipi Gavin pelan membuatnya tersadar.
"Cantik." Kata Gavin, Forza tersenyum mendengarnya.
"Terima kasih." Kata Forza.
"Kalau bibirnya nggak berwarna merah begini." Kata Gavin, membuat Forza cengo, "Bu, tolong lipstiknya ganti warna, jangan warna ini saya nggak suka, ganti yang natural saja jangan ngejreng begini." Ucap Gavin sambil mengusap lipstik Forza.
"Kenapa memangnya? aku suka warna merah ini mas, aku terlihat lebih seksi dan dewasa, aku mau terlihat lain dari yang lain, karena ini ‘kan wisuda aku mas." Omel Forza, karena kesal Gavin mengusap lipstik di bibirnya.
Gavin mendekat dan berbisik, "Itu yang mas nggak mau, karena bibir kamu sukses membuat mas tergoda ingin melumatnya, jangan sampai mas lepas kendali." bisikan Gavin sukses membuat Forza terkejut dan merinding disko, tanpa berbicara apa pun Forza kembali masuk ruang make-up untuk mengganti warna lipstiknya, Gavin tersenyum melihat tingkah gadisnya itu.
Setelah insiden lipstik selesai, mereka saat ini sudah tiba di tempat acara wisuda.
Hari ini, hari yang sangat membahagiakan untuk Forza dan juga teman – temannya, karena hari ini mereka di wisuda, setelah jatuh bangun membuat skripsi dan berperang saat sidang semua perjuangan mereka terbayarkan sudah.
Mamah Ranti dan Papah Ardan datang sebagai wali Forza, Om Braga, Tante Arum, Fahri dan Firza juga datang.
“Wisudawati terbaik dari Fakultas kedokteran Forza Shanum Adhitama, cummlaude dengan IPK 4.00,” panggil MC acara dan Forza naik ke atas panggung menyalami satu per satu rektor yang salah satunya juga ada Ayah Dhika di sana.
“Selamat Forza atas pencapaianmu, semoga Ilmunya berguna.” Kata pak Abhimanyu.
“Aamiin, terima kasih pak.” Forza tersenyum dan berjalan kembali menuruni panggung yang sudah di sambut Gavin, Dhika, Reno dan Dimas di bawah.
“Happy Graduation sayang, semoga ilmunya berguna dan berkah buat kamu.” Gavin memberikan buket bunga mawar merah.“Aamiin, terima kasih mas.”
“Selamat ya Za, sukses selalu.” Dhika memberi buket yang berisi boneka dokter, “Terima kasih kak Dhika.” jawab Forza tersenyum.
“Selamat Forza cantik, semua do’a terbaik untukmu.” Reno memberikan Forza buket yang berisi cokelat, “terima kasih kak Reno tampan.” Reno terkekeh mendengar jawaban Forza yang sukses membuat Gavin melotot.
“Selamat Calon Nyonya Gavin Mahendra berkah selalu Ilmunya, jangan lupa nanti ambil spesialis ya.” Dimas memberikan Forza buket bunga, “Terima kasih kak Dimas.”
“Forza selamat sayang semoga ilmunya berguna dan menjadi berkah buat kamu nak.” Mamah Ranti memeluk dan mencium Forza.
“Aamiin, makasih mah.”
Papah Ardan, Om Braga, Tante Arum, Firza dan Fahri bergantian memberikan selamat dan memeluk Forza.
“Oya sayang ini Tante Diva Abhimanyu mamahnya Dhika adiknya Papah Ardan.” Forza tersenyum dan menyalami wanita berhijab yang masih terlihat cantik.
“Jadi ini yang namanya Forza, cantik sekali kamu nak pantas Gavin begitu tergila – gila sama kamu sampai sabar nungguin kamu, Selamat ya sayang semoga ilmu yang kamu dapatkan bisa menjadi ladang pahala buat kamu nantinya. Maaf tante baru bisa ketemu sama kamu, karena ngikutin papahnya Dhika perjalanan bisnis.” Kata tante Diva.
“Iyah tan nggak apa, terima kasih untuk do'anya.” ucap Forza dengan tersenyum.
“Kita foto dulu yuk disini, ke studio fotonya nanti.” Ajak Gavin dan mereka pun menuju tempat foto, mulai dari ramai – ramai hingga per keluarga.
Melihat semuanya bahagia merayakan wisuda Forza tanpa terasa air mata Forza turun begitu saja teringat bundanya, Gavin yang melihatnya langsung mendekat dan menghapus air matanya.
“Hei kok nangis? Kenapa?” tanya Gavin sambil mengusap air mata Forza.
“Aku ingat bunda mas, pasti bunda bahagia juga ‘kan kalau masih ada di sini?” Forza menatap Gavin yang ada di depannya, Gavin tersenyum.
“Pasti sayang, bunda pasti bahagia kamu nggak boleh nangis nanti kita kunjungi bunda yah.” Forza mengangguk.
“Kamu kenapa nak? Ingat bunda?” mamah Ranti mendekat dan memeluk Forza penuh kasih sayang, Forza mengangguk dan tangisnya kembali pecah.
Papah Ardan juga mendekat dan mengusap kepala Forza, “Jangan nangis ada kita semua di sini, nanti kita ziarah ke makam bunda ya.” Forza mengangguk.
“Sudah jangan nangis lagi, kita semua sudah siapin pesta kecil – kecilan buatmu nak, pokoknya kamu harus tertawa bahagia Om nggak mau liat kamu nangis lagi, ayo kita menuju lokasi, Mbak Diva ikut bareng kita apa bareng sama mas Abhi?” kata Om Braga.
“Bareng sama masmu dan Dhika, ‘kan nggak mungkin kita ninggalin acara, karena belum selesai.” Jawab tante Diva.
“Ya sudah kami tunggu, jangan kelamaan ya.” jawab Om Braga.
Saat Forza dan yang lainnya berjalan keluar, tiba - tiba ada yang memanggil Forza membuat langkahnya terhenti.
“Za mau ke mana? Kita nggak foto?” teriak Adit.
“Sana kamu puasin foto dulu sama teman – teman, kita jalan duluan nanti kamu sama Gavin, jangan kelamaan ya.” Kata mamah Ranti, Forza pun mengangguk dan berjalan mendekati sahabat - sahabatnya dengan Gavin yang mengikuti di belakangnya.
Forza pun berswafoto bersama sahabatnya, “Mas fotoin kita berlima.” Pinta Forza pada Gavin yang langsung di turuti.
“Cieee yang mau kewong manggilnya udah mas.” Ledek Abell, Forza hanya tersenyum.
Setelah mengambil beberapa gambar yang Gavin rasa sudah cukup, Gavin pun menyudahi acara Foto - foto gadisnya dengan keempat sahabatnya.
“Sudah cukup ya fotonya, Forza sudah di tungguin.” kata Gavin pada mereka.
“Buru – buru amat sih pak.” Protes Alfa.
“Orang tua saya sudah nungguin Forza, ‘kan dari tadi sudah banyak fotonya, sudah ya saya bawa Forzanya, ayo Za.” Gavin meletakan tangannya di pinggang Forza, mengajaknya berjalan, membuat mereka menjadi pusat perhatian dan Gavin tak peduli, karena dia sengaja, agar semua tahu bahwa Forza miliknya.
“Gila pak Gavin laki banget ya, benar – benar best couple mereka.” kata Abell yang masih bisa di dengar Gavin dan Forza.
“Biasa saja.” Celetuk Alfa sambil ngeluyur pergi meninggalkan sahabatnya.
Saat ini Gavin dan Forza sudah berada di dalam mobil, menuju tempat acara syukuran yang sudah Om Braga siapkan. Forza menatap Gavin yang sedang senyam - senyum membuatnya bertanya - tanya.
"Kamu sehat mas?" tanya Forza.
"Alhamdulillah sehat, kenapa?""
"Kamu dari tadi senyam - senyum terus kenapa sih?"
"Oh, mas inget ucapan Abell yang tadi kalau mas ini laki banget dan kita best couple, kalau di pikir kita memang pasangan yang serasi ya Za." Kata Gavin tersenyum.
"Kirain apaan ternyata karena itu." ucap Forza
"Kamu kenapa sih sayang, nggak pernah sekali saja mengakui kalau mas memang tampan dan laki banget, benaran suami idaman banget."
"Bohong dosa mas, aku nggak mau bohong hanya untuk memuji kamu ya."
"Ko bohong? mas benaran suami idaman kali Za." Protes Gavin.
"Iya, suami idaman banget." kata Forza dan Gavin pun tersenyum.
"Gitu dong, sekali - kali kasih mas pujian biar mas makin bahagia. Oya Za kemarin ukurannya pas ‘kan?” tanya Gavin sambil tersenyum, menggoda Forza.
"Ukuran apa yang pas?" tanya Forza bingung.
"CD yang mas beli ukurannya pas ‘kan? kalau celana bisa mas lihat, kalau yang itu nggak bisa mas lihat jadi mas tanya." Jawab Gavin frontal membuat pipi Forza langsung memerah karena malu.
"Iya." Jawab Forza.
"Iya apa?" tanya Gavin lagi, sengaja menggoda Forza.
"Iya pas, nggak ke gedean atau kekecilan dan warnanya aku suka, puaaass." jawab Forza kesal dan Gavin langsung tertawa, membuat Forza makin kesal.
"Alhamdulillah kalau pas, berarti mas sudah tahu ukurannya." lanjut Gavin di sela tawanya.
"Mas!!! apaan sih bahas begituan." Forza kesal dengan Gavin.
"Nggak papa Za mas senang saja, nanti hantaran buat nikahan mas yang akan beli, karena mas sudah tahu ukurannya, bahkan di atas juga mas tahu berapa ukurannya." Kata Gavin lagi yang langsung mendapat pukulan di lengannya.
"Dasar dosen mesuuuum." teriak Forza, Gavin tertawa lepas melihat gadisnya ngambek, bagi Gavin gadisnya makin menggemaskan jika sedang ngambek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Forza (End)
RomanceProses Revisi Cinta, bagi Forza kata itu hanya penuh kesakitan hingga ia tak ingin mengenal apa itu cinta, ia tak akan sanggup jika harus merasakan pedihnya cinta seperti yang Bundanya rasakan. Namun semua berubah saat kehadiran seorang pria yang de...