“Forza!!!” teriak Abell saat melihat Forza.
“Apa sih Bell, pagi – pagi sudah teriak, gue nggak budeg.” omel Forza.
“Jahat banget lu ya, kalau lagi karaokean suara lu mirip kodok, giliran tampil semalam suara ajib bener bikin gue merinding tahu nggak.”
“Merinding, memangnya gue setan.”
“Za kita serius nih, kenapa lu nggak pernah tunjukin suara lu sama kita – kita.” Kata Adit.
“Gue nggak mau ribet saja, kalau ada acara di tunjuk buat tampil, gue males.”
“Kok Pak Dhika tahu suara lu?” tanya Nadia.
“Mana gue tahu, tanya sendiri sana.”
“Za, lu beneran nggak tahu bakal duet sama Pak Gavin?” Forza mengangguk.
“Terus, gimana latihannya Za, ko nggak pernah latihan bareng bisa klop banget sih.”
“Gue juga bingung kalau soal itu.”
“Selamat pagi semua.” Gavin memasuki kelas Forza dan tatapan matanya langsung tertuju pada Forza dan saat mata mereka bertemu Gavin tersenyum. Senyum yang sangat manis, menimbulkan bisik – bisik di dalam kelas.
“Pak Gavin, senyumnya ko cuman buat Forza sih, kita nggak kebagian ya.” Celetuk Sinta mahasiswi centil.
“Yang melihat saya tersenyum, berarti kebagian.” Jawab Gavin.
“Sudah ya kita akhiri masalah senyuman, sekarang kita mulai materi.”
Gavin mulai memberian materi perkuliahan, dan tak terasa 2 jam sudah Gavin mengajar.
“Oke, apa ada yang mau di tanyakan?”
“Tanya pak.” Kata salah satu mahasiswi.
“Ya, Silahkan.”
Ponsel Forza begetar, dan Forza melihat jika Bundanya yang menghubunginya.
“Ada apa Za?” tanya Abell.
“Bunda gue, tumbenan telfon.”
“Angkat gih, izin keluar, sudah selesai ini perkuliahannya. Sesi tanya jawab begitu nggak penting juga ‘kan takutnya ada yang penting.” Ujar Abell dan Forza mengangguk.
Forza berjalan ke depan membawa ponselnya.
“Maaf pak. saya izin keluar sebentar, bunda saya Telfon barangkali ada yang penting.” Izin Forza pada Gavin.Gavin mengangguk, “Ya, silahkan.”
Forza berjalan keluar kelas dan mengangkat teflon.“Assalamualaikum Bunda.”
“Waalaikum salam, apa benar ini Forza anak Ibu Fatma.” Kata seseorang di seberang sana yang ternyata bukan bundanya.
“Iya betul, maaf ini dengan siapa, ini ponsel bunda saya ‘kan?”
“Saya pak Danang, satpam sekolah Fahri, maaf mau kasih kabar kalau ibu Fatma saat ini sedang dalam perjalanan ke RS, beliau tertabrak mobil, Fahri juga terluka tapi nggak separah bu Fatma.” Jawab orang disana membuat Forza syok, seketika ponselnya terjatuh, badannya limbung untung saja ada yang menangkap tubuhnya saat hampir saja terjatuh.
“Ada apa Za, apa yang terjadi?” tanya seseorang yang menangkap tubuh Forza, Forza menoleh dan ternyata Dhika.
“Bunda pak, bunda ... bunda tertabrak, tadi satpam sekolahnya Fahri telfon.” Forza begitu syok, terduduk dilantai dan menangis.
“Tenang Za.” Dhika reflek memeluk Forza untuk menenangkannya, membuat mereka menjadi pusat perhatian, karena masih berada di lingkungan kampus, tepatnya di depan kelas Forza, di tambah yang memeluk Forza dekan yang dikenal dingin pada semua orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Forza (End)
RomanceProses Revisi Cinta, bagi Forza kata itu hanya penuh kesakitan hingga ia tak ingin mengenal apa itu cinta, ia tak akan sanggup jika harus merasakan pedihnya cinta seperti yang Bundanya rasakan. Namun semua berubah saat kehadiran seorang pria yang de...