“MAS GAVIN!!!”
Aku terbangun mataku langsung bertemu dengan mata pria yang sudah satu tahun lebih menjadi suamiku, dia duduk di sampingku menatap dengan tatapan yang terlihat pilu.
“Mimpi lagi?” Tanya kak Dhika dan aku mengangguk.
Kak Dhika merentangkan kedua tangannya, “Sini Ayah peluk.” Aku pun bangkit dan memeluknya sangat erat, pelukan yang sama aku rasakan saat mas Gavin memelukku, sangat nyaman, aku merasa sudah kembali menemukan tempatku untuk pulang.
“Ikhlaskan Gavin mom Ikhlaskan, Ayah mohon.” Aku mengangguk masih dalam pelukan Kak Dhika.
“Bantu aku yah.”
“Pasti.” Kak Dhika melepaskan pelukannya, membingkai wajahku dengan kedua tangannya, “ Jangan menangis lagi, Gavin sudah bahagia di sana jangan membuatnya sedih atau pun membebani dia, kamu harus bahagia untuknya.” Aku mengangguk, kak Dhika mencium keningku cukup lama.
“Dimana anak Ayah yang gembul mom? Ko kamu tidur di sini? Kamu tinggal dia sendirian di kamar?” Tanya kak Dhika.
“Al ikut mamah Diva ada undangan dari kolega papah.”
“Kamu belum mandi ya dari pagi, ko bajunya masih sama yang ini?”
“Belum tadi habis beres – beres rumah mau mandi masih keringatan jadi nonton Tv dulu eh malah ketiduran, kenapa bau ya?” Tanyaki sambil mengendus bajuku.
“Kamu selalu wangi mom, aku suka aroma tubuhmu sangat menenangkan membuat lelahku hilang.” Kak Dhika tersenyum, merapikan rambutku dan menyelipkannya di belakang telingaku.
“Gombal.”
“Serius mom Ayah nggak bohong, sini Ayah mau peluk lagi.” kata kak Dhika sambil merentangkan kedua tangannya.
“Nggak, aku mau mandi.” Aku berdiri dan langsung berlari ke kamar, lama – lama berdekatan dengannya membuatku bisa kena serangan jantung, akhir – akhir ini kak Dhika suka sekali menggodaku bahkan dia juga jago membuat gombalan receh yang sayangnya malah membuat pipiku ini merona.
Selesai mandi aku melihat kak Dhika sedang duduk bersandar di kepala ranjang sambil memainkan ponselnya, aku mendekat “Mau aku buatkan lemon tea apa kopi yah?”
“Kopi mom, Ayah ada kerjaan yang belum selesai.” Jawab kak Dhika yang masih fokus pada ponselnya.
“Nooo, lemon tea saja jangan kopi!”
“Kalau sudah tahu mau buatnya lemon tea ngapain kasih pilihan Nyonya Dhika.” Jawabnya yang terlihat kesal membuatku ingin tertawa. Apa tadi? Dia memanggilku Nyonya Dhika? Lagi dan lagi dengan tidak tahu dirinya pipi ini memanas hanya mendengar perkataan itu.
“Pipinya kenapa merah gitu blushing ya? Cieee istrinya Dhika blushing ciee ciee.” Deg dia kembali mengeluarkan kata yang bagi orang lain biasa saja tapi entah kenapa menjadi luar biasa saat Kak Dhika mengucapkannya untukku.
“Udara di sini panas.” Aku balik badan dan buru – buru keluar kamar membuatkan lemon tea untuknya.
“ACnya dingin kali mom.” Aku masih bisa mendengar kak Dhika berteriak dari dalam kamar, aku juga tau Acnya dingin yang panas itu tubuhku saat mendengar gombalan receh darinya.
Di dapur aku memotong lemon sambil menunggu rebusan air matang, aku kembali teringat mimpiku saat mas Gavin memintaku untuk membuka hati dan hidup bahagia bersama kak Dhika.
Aku merasakan ada tangan yang memelukku dari belakang, tidak perlu menoleh pun aku sudah tahu siapa pelakunya karena aroma wangi parfumenya juga sudah sangat aku kenal, ya dia Kak Dhika aku sudah sangat hafal dengan aromanya ini.
Dia memelukku, meletakan dagunya di pundakku, hembusan nafasnya terasa hangat di leherku membuatku merinding, aku merasakan dia mengecup leherku, “Ayah bahagia bisa memiliki kamu dan Al mom.” Suaranya sedikit serak, Aku merasakan pelukannya makin erat dan nafasnya terasa berat.
Aku mencoba melonggarkan pelukannya, membalikkan badanku agar bisa melihat mata elangnya yang suka menatapku tajam dan juga mengedip menggodaku, “Apa kamu bahagia hidup denganku mom?” dan akupun mengangguk, kak Dhika tersenyum sangat manis sekali, kedua tangannya melingkar di pinggangku.
“Kenapa Ayah mau menerima permintaan mas Gavin untuk menikahiku yang seorang janda dan memiliki satu anak, apa Ayah nggak menyesal meninggalkan pacar Ayah?” tanyaku pelan takut dia tersinggung, dan dia terlihat menarik sedikit sudut bibirnya pertanda dia tersenyum kecil.
“Karena Ayah mencintaimu mom, Ayah tidak memiliki pacar atau pun mantan pacar, kamu cinta pertama dan terakhirku mom.” Jawabnya sambil menatapku lekat.
“Jangan terlalu cepat mengatakan aku yang terakhir, karena kita nggak akan tahu kedepannya, jika kamu bertemu dengan orang yang membuatmu nyaman apa kamu akan pergi meninggalkan aku dan Al?”
“Pertanyaan macam apa itu? Ayah pastikan kamu menjadi yang terakhir untuk Ayah, takkan pernah ada yang lainnya, janji seorang Abhimanyu tak akan pernah ingkar, lebih baik Ayah mati dari pada harus menyakitimu mom.” Aku menutup mulut kak Dhika dengan tanganku.
“Jangan pernah bicara kematian, aku masih belum sanggup mendengarnya, berjanjilah ini yang pertama dan terakhir Ayah mengatakannya.”
“Maaf, Ayah janji mom.”
Aku mengalungkan kedua tanganku pada leher kak Dhika membuatnya terkejut apa lagi setelah mendengar apa yang aku katakan, “Kiss me please yah.” Lihatlah di tengah keterkejutannya dia tersenyum dengan manisnya, bagaimana mungkin dia akan menolak permintaan pertamaku yang pastinya dia inginkan juga.
Aku menutup mataku, merasakan benda kenyal nan hangat menyentuh bibirku, ini kali pertamanya kak Dhika mencium bibirku membuat hatiku menghangat, degup jantungku semakin kencang seakan mau loncat keluar. Ciuman yang berubah makin dalam dan menuntut, untuk pertama kalinya kami bertukar saliva dan saling menautkan lidah kami. Saling mengungkapkan perasaan yang memang tak bisa di ungkapkan dengan kata – kata.
“Astagfirullah!” Kami segera melepas ciuman kami karena kaget mendengar teriakan seseorang yang sukses membuat kak Dhika mendengus kesal.
“Dhika, Forza! Kalian ini bikin adegan mesum di dapur nggak elite banget sih, kalau nggak mampu sewa hotel setidaknya di dalam kamar, mata suci aku jadi ternoda liat kalian kan.” Gerutu Kak Reno, yang sukses membuatku merona karena malu. Ya kak Reno pelaku yang membuat kak Dhika kesal karena dia sedang menikmati apa yang dia nantikan selama ini.
“Ngapain sih kesini, bertamu main masuk saja bukannya ketuk pintu dulu.” Rutuk kak Dhika tanpa membalik badan tangannya masih memelukku, mata tajamnya yang sekarang terlihat sayu juga masih menatapku, jarinya mengusap bibirku yang basah karena ulahnya.
“Pintu kebuka jangan salahin aku dong, aku ada penting Dhik, bisa nggak sih kamu lepasin pelukannya ada aku loh di sini masih saja kamu pantatin.” Kata kak Reno kesal.
“Bawel banget sih kayak ema – ema, tunggu aku di ruang TV.” Pinta kak Dhika dan kak Reno pun pergi meninggalkan dapur.
“Jangan mulai lagi dan jangan lama – lama Dhik 2 menit nggak datang aku samperin lagi.” Ocehnya sambil berjalan.
“Mengganggu orang lagi senang saja.” Gerutu kak Dhika membuatku tertawa mendengarnya.
“Sudah sana temui, aku buatin minuman.” Kataku.
“Iya Mommy sayang, nanti lagi ya.” Katanya sambil menaik turunkan alisnya menggodaku.
“Iya, sana buruan.” Kataku tersenyum.
“Terima kasih Mommy.” Kak Dhika mencium kembali bibirku kilat, secepatnya berlari menyusul Kak Reno yang sudah menunggunya.
Makin lama aku tinggak dengan kak Dhika makin tahu kalau aslinya selain jahil dia juga manja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Forza (End)
RomanceProses Revisi Cinta, bagi Forza kata itu hanya penuh kesakitan hingga ia tak ingin mengenal apa itu cinta, ia tak akan sanggup jika harus merasakan pedihnya cinta seperti yang Bundanya rasakan. Namun semua berubah saat kehadiran seorang pria yang de...