Permintaan Terakhir

1.1K 120 1
                                    

Setibanya di Rumah sakit mereka berempat langsung mendatangi IGD.

"Siang sus apa ada korban kecelakaan seorang ibu usia sekitar 50 tahunan dan anak laki - laki usia 8 tahun, mereka korban tabrak lari." Tanya Dimas pada salah satu suster yang di temui.

"Anda keluarganya pak? Pasien ada di sana dan untuk Ibunya segera harus di operasi karena keadaannya kritis." Jelas suster dan Forza segera berlari ke arah yang suster tadi tunjuk.

"Bunda." Forza menghampiri Bundanya, yang terbaring tak sadarkan diri di bed dan terpasang berbagai alat medis di tubuhnya, di sampingnya ada Firza yang sedang menangis.

"Kakak hiks hiks." Forza mendekat dan memeluk adiknya yang terus menangis, Gavin mendekati mereka menggendong Fahri yang kakinya terpasang perban agar Forza bisa mendekati bundanya.

"Fahri sama abang dulu ya, jangan menangis." Gavin mengusap air mata Fahri.

Forza mendekati bundanya, "Bunda, kenapa bisa kaya gini. Bangun Bun Forza sudah datang, buka mata Bunda sekarang Forza mohon." Forza menangis menggenggam tangan Bundanya, Gavin mengusap bahu Forza mencoba memberikannya kekuatan.

"Istighfar Za, jangan begini... tenang Za." Gavin menarik tubuh Forza ke dalam pelukannya di sisi kanan karena sisi kirinya sedang menggendong Fahri.

"Kenapa bunda nggak mau bangun mas." Forza menangis di pelukan Gavin. Tak lama dokter datang yang ternyata adalah Reno.

"Loh kalian!, siapa Ibu ini?" semua menoleh ke sumber suara.

"Beliau Bundanya Forza Ren, gimana keadaannya?" tanya Dhika.

"Beliau harus segera operasi, ada Hematoma Subdural . Za apa bunda kamu punya riwayat penyakit jantung?" tanya Reno pada Forza.

"Seingat saya nggak punya pak, memangnya kenapa?"

"Ada masalah di jantunganya, Aritmia. Tapi saya belum bisa menentukan mana yang harus di prioritaskan terlebih dahulu masih menunggu spesialis jantung karena beliau lagi ada operasi, untung ada kamu Dhik, sebaiknya mana dulu." Jelas Reno.

Dhika memeriksa Bunda Fatma, "Ren untuk jantung masih bisa pakai obat baru nanti pasang chamber pacemaker , kalau menurutku Hematoma yang harus di prioritaskan dulu." Kata Dhika, Reno mengangguk.

"Kalau begitu operasi Bunda sekarang pak, tolongin bunda saya mohon." Forza menyentuh tangan Reno membuat Gavin tak suka dan cemburu melihatnya.

"Akan saya usahakan semaksimal mungkin Za, kamu bantu do'a ya, saya persiapkan dulu semuanya." Reno menyentuh kedua bahu Forza dan segera pergi.

Saat ini mereka bertiga sedang berada di depan ruang operasi, Dhika ikut masuk ke ruang operasi. Tak lama Mamah Ranti, Om Braga dan istrinya datang.

"Forza, sayang." Seru mamah Ranti mendekat dan langsung memeluk Forza.

"Mah Bunda mah hiks hiks." Forza kembali menangis di pelukan mamah Ranti.

"Sabar ya sayang, Bunda kamu pasti baik - baik saja bunda kamu wanita paling kuat yang mamah kenal sayang jangan nangis ya kamu harus kuat." Forza mengangguk.

"Om gimana apa sudah tahu siapa yang menabrak bunda?" tanya Forza.

Braga mendekat ke Forza kedua tangannya menyentuh bahu Forza, "Belum nak tapi Om janji akan segera menemukan pelaku tabrak larinya, masih di selidiki anggota Om." jawab Braga memeluk Forza.

"Terima kasih Om, maaf Forza merepotkan kalian semua." Kata Forza menunduk karena tak enak merepotkan semua orang.

Arum mendekat dan mengelus rambut Forza, "Sayang kamu bicara apa sih, kita nggak merasa direpoti, ingat kamu nggak sendiri karena ada kita semua yang akan selalu di samping kamu."

Love Forza (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang