26. Sekarat?

41.4K 3.1K 74
                                    

Hello
Happy Satnight 🌙

Buat kalian yang sabar nunggu cerita ini update, kalian hebat xixi. Thanks ya udah sabar nunggu up :v

Kalo ada typo, komen aja yep

~

Happy Reading

Aiora menatap ibunya yang sedang membuatkan jus stroberi untuknya. Sekarang ia sedang berada di rumah orang tuanya, karena Ellthan pergi ke suatu tempat untuk mengurus sesuatu.

Sebenarnya Aiora bisa saja berdiam diri di rumah, tetapi karena tanggal melahirkannya semakin dekat membuat Rheanna khawatir. Lalu meminta Aiora untuk tinggal sementara dengannya saja.

"Mom apakah melahirkan itu sakit?" Tanya Aiora membuat Rheanna menghentikan kegiatannya.

Rheanna tersenyum "Sakit, tetapi saat mendengar suara tangisan anakmu, kau pasti akan merasa jika rasa sakit itu hilang dan digantikan dengan kebahagiaan." Jawab Rheanna.

Rheanna mendekati Aiora, menyimpan gelas jus nya dihadapan Aiora.

"Ternyata kau sudah dewasa Aiora, kau akan segera menjadi seorang ibu." Kata Rheanna sembari mengelus kepala Aiora lembut.

Aiora tersenyum, menatap Rheanna dengan matanya yang berkaca-kaca.

"Apakah aku sudah menjadi anak yang berbakti mom?" Tanya Aiora membuat Rheanna tersenyum.

"Tentu." Jawab Rheanna dengan tawanya yang pelan.

"Mom." Aiora menatap Rheanna.

"Ya?" Jawab Rheanna.

"Aku ingin mengingat Ellthan." Kata Aiora dengan senyum mirisnya.

"Suatu saat kau pasti akan mengingatnya." Jawab Rheanna.

Aiora menganggukkan kepalanya pelan, ia juga berharap seperti itu.

"Aku akan menelepon Ellthan." Kata Aiora yang diangguki Rheanna.

Aiora beranjak dari duduknya, berjalan ke arah kamar tamu yang ia tempati. Rheanna melarangnya tidur dikamarnya sendiri yang ada di lantai dua, mungkin karena khawatir Aiora kelelahan karena naik turun tangga.

Aiora duduk di ranjangnya, sebenarnya ia berbohong saat bilang akan menelepon Ellthan.

Aiora membuka laci meja rias, mengambil sebuah album yang tadi ia lihat.

Duduk di atas ranjang, dan membuka album itu. Tatapan Aiora terlihat sendu melihat foto-foto dirinya saat remaja. Ada juga foto dirinya dengan Ellthan membuat Aiora tersenyum tipis.

"Cih kenapa Ellthan sangat tampan saat remaja?" Gumam Aiora dengan senyum manisnya.

Tiba-tiba Aiora menjatuhkan album yang ia pegang, memegangi perutnya yang terasa mulas.

Aiora berdiri dari duduknya, memegang erat nakas yang ada di dekatnya. Mencoba mengatur nafasnya, raut wajahnya terlihat pucat.

Aiora menunduk ia merasakan ada sesuatu mengalir dari area kewanitaannya. Tidak, air ketubannya pecah?

"Mommyyy.." Panggil Aiora dengan suaranya yang terputus-putus.

Aiora mengerang kesakitan, tubuhnya melemas. Aiora merasa jika dia akan segera melahirkan.

Pintu kamar tamu terbuka, menampilkan Rheanna yang terlihat cemas.

"Aiora?" Rheanna menatap Aiora terkejut.

"LOUISSSS!" Teriak Rheanna memanggil Louis yang baru pulang dari kantor.

Rheanna menahan tubuh Aiora yang melemas, menatap terkejut cairan merah yang ada dibawah Aiora.

Tidak, kenapa Aiora pendarahan?

Louis memasuki kamar tamu dengan raut wajahnya yang panik, ia segera menggendong Aiora keluar.

Sedangkan Rheanna merasa jika jiwanya melayang, Rheanna benar-benar panik. Bagaimana jika terjadi sesuatu yang buruk pada Aiora?

"Daddyy.." Aiora bergumam menatap Louis yang terlihat panik. Suaranya melemah, wajahnya penuh keringat, dan kesadarannya semakin menipis.

"Kemudikan mobilnya dengan cepat!" Bentak Louis dengan nafasnya yang memburu.

Untung saja mansion Louis dengan rumah sakit tak terlalu jauh. Selang beberapa menit akhirnya mereka sampai di rumah sakit.

Louis menidurkan Aiora di atas brankar, membantu para perawat mendorong brankar menuju ruang darurat.

"Mohon tunggu disini." Salah satu perawat menahan Louis yang akan masuk.

Louis mendengus, menatap Rheanna yang sedari tadi terdiam.

"Ada apa?" Tanya Louis sembari memegang kedua bahu Rheanna.

"Aiora pendarahan." Jawab Rheanna dengan wajahnya yang panik.

Louis terdiam, ia baru menyadari itu saat melihat kedua telapak tangannya penuh darah.

Louis seketika menatap Rheanna yang mulai menangis.

"Aku khawatir Aiora mengalami sepertiku dulu saat melahirkan Revan." Kata Rheanna membuat Louis seketika memeluknya.

Jantung Louis berdebar cepat, bayangan betapa menderitanya dulu saat menunggu Rheanna yang hampir sekarat saat melahirkan anak pertama mereka.

"Dimana Aiora?" Tanya Ellthan yang baru saja datang. Ia tadi ditelepon anak buah Louis yang mengatakan jika Aiora akan melahirkan.

Ellthan tentu saja panik, karena perkiraan dokter Aiora melahirkan itu minggu depan.

"Di dalam." Jawab Louis.

Ellthan menatap kemeja dan telapak tangan Louis yang penuh darah. Jantungnya berdebar cepat, tidak mungkin terjadi sesuatu yang buruk pada Aiora kan?

"Aiora mengalami pendarahan." Kata Louis seolah menyadari apa yang diperhatikan Ellthan.

Nafas Ellthan semakin memburu, kenapa Aiora mengalami pendarahan?

Pintu ruangan terbuka menampilkan para perawat yang mendorong brankar Aiora. Disana Aiora terlihat pucat membuat Ellthan semakin panik.

"Pasien akan segera di operasi untuk mengeluarkan bayinya. Jika ada yang mau menemani.."

"Ellthan akan menemani Aiora operasi." Kata Rheanna memotong perkataan dokter itu.

"Baik segera ikut kami ke ruang operasi." Kata dokter itu.

Rheanna mendekati Ellthan yang jiwanya terlihat hilang "Temani Aiora operasi melahirkan anak pertama kalian." Kata Rheanna. Ia tahu jika Ellthan mengingat masa itu, dimana Ellthan menyaksikan saat Aiora hampir sekarat lima tahun yang lalu.

"Aiora membutuhkanmu." Kata Rheanna membuat Ellthan tersadar.

**

Ellthan memasuki ruang operasi dengan baju sterilnya yang sudah terpasang. Mendekati Aiora yang menutup matanya rapat.

"Operasi akan dimulai." Kata dokter disana yang memimpin operasi itu.

Ellthan dengan ragu menggenggam tangan Aiora. Ingatannya tertuju pada lima tahun yang lalu, dimana ia menggenggam tangan Aiora yang sedang berjuang untuk hidup.

Jantung Ellthan berdebar cepat, dadanya terasa sesak karena mengingat ingatan itu benar-benar menyakiti dirinya.

Dihadapan Aiora, Ellthan menunjukkan sisi kelemahannya. Bos mafia itu menunduk mencium dahi Aiora lama, meneteskan air matanya untuk kedua kalinya dihadapan perempuan yang sedang berjuang untuk hidup.

Mimpi buruk melihat Aiora yang sekarat lima tahun lalu, selalu menghantui Ellthan membuat Ellthan kini begitu overprotektif pada Aiora.

Ellthan tak mau kehilangan Aiora untuk kedua kalinya. Ia tidak mau menjalani hari-harinya yang membosankan tanpa Aiora.

Ellthan akan mempertaruhkan apapun agar Aiora tetap hidup dan bersama dirinya. Kini Ellthan berdoa dalam hati, meminta Tuhan memberi kekuatan untuk Aiora.

Not Strangers [21+] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang