~Ellthan menatap layar ipadnya, menampilkan Aiora yang sedang duduk diranjang sembari menonton televisi.
Ia baru saja pulang dari tempat penyimpanan rahasianya, ia ingin segera bertemu Aiora. Ellthan merindukan aroma lembut dari tubuh Aiora.
Mobil yang ditumpangi Ellthan seketika berhenti, saat ada mobil lain yang memblokir jalannya.
"Tuan, sepertinya ada orang yang ingin bermain." Kata Frank yang duduk disebelah kemudi.
Ellthan menyimpan ipadnya dengan santai, mengambil handgun di saku dalam jaketnya.
"Siapa?" Tanya Ellthan pada Frank.
"Tuan Duke." Jawab Frank menatap ke depan melihat seorang pria yang turun dari mobil.
Ellthan mendengus kasar, ia kembali menyimpan handgunnya. Keluar dari mobil mendekati Duke yang menatapnya senang.
"Aku tak menyangka kita bertemu disini." Kata Duke menatap Ellthan.
"Bukankah kau yang mengikutiku?" Sinis Ellthan.
Duke tertawa pelan, lalu tatapannya seketika berubah ia terlihat lebih dingin.
"Karena mu aku tak bisa bertemu dengan si cantik lagi." Kata Duke terdengar menahan amarah.
Ellthan menatap Duke tajam. Ellthan paham apa yang dimaksud Duke. Duke sedang membicarakan Aiora.
"Kau bawa dia kemana Ell? Ke sangkar emas milikmu?" Tanya Duke sinis.
"Kau tahu? Saat aku mengetahui jika Aiora sudah dibawa olehmu, seketika aku ingin membunuhmu." Kata Duke penuh penekanan menatap Ellthan begitu dingin.
Ellthan masih terdiam, tetapi matanya menyorot tajam. Raut wajahnya datar menahan amarah.
"Kau pasti sudah mengetahui jika aku terobsesi dengan istri kecilmu." Kata Duke tersenyum miring menatap Ellthan.
Duke benar-benar terobsesi pada Aiora. Sampai dia menggali informasi Aiora yang sangat akurat.
"Kau sangat lancang." Kekeh Ellthan menahan amarahnya.
"Bukankah rasa ingin tahu berlebihan itu bisa membunuhmu." Geram Ellthan.
"Kau membunuhku?" Kekeh Duke terdengar mengejek.
Ellthan mendengus kasar "Bahkan jika bukan aku yang membunuhmu, akan ada orang lain yang akan membunuhmu." Jawab Ellthan menatap Duke remeh.
**
Aiora menatap Ellthan yang memasuki kamar dengan raut wajah yang datar.
"Kau kenapa?" Tanya Aiora heran.
Ellthan membuka jaket kulitnya, merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
Kepalanya berada dipangkuan Aiora, membuat Aiora menatapnya heran.
"Siapa yang membuatmu marah?" Tanya Aiora karena merasa jika Ellthan sedang menahan amarahnya.
"Kau percaya padaku?" Tanya Ellthan mengalihkan pembicaraan.
"Tidak." Jawab Aiora membuat Ellthan menatapnya kesal.
"Aku akan memperketat penjagaanmu." Kata Ellthan membuat Aiora menatapnya kesal.
"Kau pasti tahu aku benci itu." Ketus Aiora.
Ellthan terdiam, ia memejamkan matanya tak ingin meladeni Aiora.
Aiora menatap Ellthan yang memejamkan matanya, ia pikir kenapa Ellthan seketika memperketat penjagaan dirinya?
"Ada yang mengancam dirimu?" Tanya Aiora membuat Ellthan membuka matanya.
"Tidak ada yang bisa mengancam diriku." Jawab Ellthan tegas.
Aiora mendengus pelan "Lalu?" Tanya Aiora.
"Kau menjadi incaran psikopat itu." Jawab Ellthan membuat Aiora seketika terdiam.
"Kau sudah menyelidikinya?" Tanya Aiora menatap Ellthan.
"Ya." Jawab Ellthan singkat.
Aiora menatap Ellthan bertanya, sepertinya Ellthan tak berniat memberitahunya untuk saat ini.
"Sampai kapan aku harus menunggu?" Tanya Aiora terlihat kesal.
"Aku ingin kau melahirkan dengan selamat." Kata Ellthan mengalihkan pembicaraan membuat Aiora semakin kesal padanya.
"Jangan sampai aku bertindak sendiri." Kata Aiora penuh penekanan.
Ellthan tak menjawab, matanya menatap perut Aiora yang buncit karena sedang mengandung anaknya. Anak pertama mereka yang selalu Ellthan nantikan.
"Kau tahu aku benci menunggu." Kata Aiora membuat Ellthan menatapnya.
"Aku tidak akan membiarkanmu bertindak sendiri." Kata Ellthan terdengar tegas.
Aiora menatap Ellthan jengah, ia sudah tidak sabar bertemu siapa pembunuh orang tuanya. Jika ia tak sedang hamil, pasti Aiora akan memburunya sampai ketemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Strangers [21+] END
RomanceWARNING : MATURE 21+, ROMANCE, VULGAR, KEKERASAN [PART LENGKAP] Tentang sebuah perjanjian yang diucapkan bocah lelaki pada gadis kecil yang mempunyai pipi merah alami membuat mereka menuju kenyataan yang sebenarnya. Tanpa disadari keluarga masing-ma...