Cakra menatap Dara tanpa mengatakan apa-apa. Kemudian, tatapannya kembali beralih pada Langit yang tengah terbaring di brankar.
"Langit kenapa, Kak?" tanya Dara.
"Panggil gue Cakra, Dar." Cakra menghela napas kasar kala mendengar embel-embel yang keluar dari mulut Dara.
Melihat Dara yang sama sekali tak menjawab, Cakra mengembuskan napasnya pelan. "Ini alasan lo minta putus sama gue?"
"Maksudnya?"
"Lo suka sama Langit?"
"Lo lagi nuduh gue?" Dara menatap Cakra menantang.
Cakra membuang arah pandangnya. "Lo gak pernah deket sama cowok, selain gue, Dar."
"Terus, masalah buat lo?" tanya Dara.
Cakra menelan salivanya susah payah. "Enak banget ya jadi lo, lo yang deket sama cewek lain, gue yang dituduh," ujar Dara lagi.
Cakra meraih tangan Dara. Cowok itu menggenggamnya kuat. "Dar, gue sama Sonya gak ada hubungan apapun. Kita cuman sahabatan, gak lebih."
"Kelakuan lo yang berlebihan ke dia." Dara menepis tangan Cakra kasar.
"Dar, gue—"
"Udah ya? Kita kan udah selesai, gue rasa, semuanya udah bener-bener selesai. Gak ada lagi yang perlu kita bahas." Setelah itu, Dara memilih pergi meninggalkan UKS.
Cakra memejamkan matanya. Rasa sesak itu masih ada, ia masih tidak rela dirinya putus dengan Dara.
Tapi ini juga salahnya.
Dara berjalan melewati koridor dengan langkah tergesa. Saat akan menaiki tangga, Dara memicing melihat beberapa kakak kelas yang tengah berkumpul di sana.
"Ayolah, man! Buat rokok doang masa gak ada?"
"Gak ada, Bang."
"Yah, gue dipanggil Abang. Lo kelas berapa emang?"
"D-dua belas."
Kemudian, salah satu di antara mereka berusaha mengobrak abrik isi tas orang yang tengah mereka kroyok itu.
Dara berjalan menghampiri mereka. Tangannya terulur menepuk pundak Kakak kelasnya itu dengan berani. "Woi! Miskin lo?" tanya Dara.
Dara merampas tas itu dengan kasar.
"Dar lo gak usah ikut campur, ya!" Cowok itu menunjuk wajah Dara dengan emosi.
Dara menepis tangan itu dengan kasar. "Gimana gue gak ikut campur? Orang yang lo ganggu Abang gue!"
Reza, orang yang tengah dipalak itu adalah Reza. Tidak mungkin kan Dara diam saja?
"Oh, Abang lo? Cupu."
"Cupu? Bukannya lo ya yang cupu? Malak satu orang doang kok keroyokan. Udah jadi ciri khas Kakak kelas, ya?" tanya Dara menantang.
Cowok itu hendak menampar Dara. Namun, Dara dengan cepat menangkis dan melayangkan pukulan tepat di wajahnya.
Bugh!
Riko, nama Kakak kelasnya itu Riko. Salah satu teman Cakra, Dara tentu saja tahu dia.
Ia langsung menyentuh sudut bibirnya yang mungkin terasa perih akibat pukulan Dara.
Setelahnya, Dara menarik Reza untuk pergi meninggalkan sekumpulan orang-orang itu.
"Makasih ya, Dar."
"Hm." Dara menyerahkan tas milik Reza.
Reza menerimanya. "Dar—"
Dara melangkah pergi meninggalkan Reza begitu saja. Reza menghela napas pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Dara [End]
Teen FictionBahkan, hubungan yang awalnya baik-baik saja pun akan berubah tanpa pernah diminta, disadari, dan diharapkan. Kehadiran orang-orang baru di lingkungannya, akan membuat mereka lupa pada lingkungan lama yang pernah ia tempati juga. Setelah orang itu h...