Part 27

30.8K 3.6K 496
                                    

Dara turun dari atas motor milik Pandu. Gadis itu menatap ke arahnya dan berkata, "Makasih, Du."

"Yoi." Pandu mematikan mesin motornya. Kemudian, ia menatap ke arah Dara dan juga ke arah rumah gadis itu secara bergantian. "Masuk, gih."

"Lo pulang sana. Dicariin Emak lo nanti," jawab Dara.

Pandu mendengkus kesal. "Apaan sih, Dar. Kan gue bilangnya nginep. Emak gue gak akan nyariin gue."

"Tapi kan, lo gak jadi nginep. Terus, sekarang lo masih kelayapan di luar. Kalau sampe Emak lo tahu, digantung lo di atas sumur," ujar Dara.

Pandu membelakkan matanya. Benar juga! Ia bergegas menyalakan mesin motornya dan menatap ke arah Dara. "Gue kudu balik sekarang sebelum ada yang lihat gue lagi sama cewek. Fiks, Dar! Gue balik, bye!" Pandu langsung menancap gas motornya dan pergi meninggalkan pekarangan rumah Dara.

Dara menggelengkan kepalanya pelan. Sedari dulu, Pandu memang begitu. Paling parno jika sudah berkaitan dengan Emak kesayangannya.

Pandu itu sangat menurut pada Mamanya. Jadi, apa yang dikatakan Mamanya begitu, ya Pandu akan melakukannya begitu juga.

Dara memilih masuk ke dalam rumahnya. Sampai kakinya menginjak lantai ruang tamu, ia sudah disuguhi oleh Reza yang duduk di sana seraya bermain ponsel.

"Baru balik? Si Langitnya ke mana? Balikin anak orang tengah malem kok enggak nemuin orang tuanya dulu," ujar Reza.

Dara menghela napasnya pelan. "Gue gak balik sama Langit. Udah malem, lagian Langit ada Bokapnya Baru pulang. Gue balik diantar sama Pandu," jawab Dara dan memilih duduk di samping Reza.

Reza melihat raut wajah Dara yang terlihat lelah. Wajahnya juga sedikit pucat.

Tangan Reza terulur menyentuh kening Dara. "Badan anget. Masuk kamar gih, ganti baju. Gue buatin Teh anget biar badan lo enakan."

"Yaelah, pusing dikit doang. Gue bisa bikin teh sendiri, kalau mau. Lo kenapa belum tidur?" tanya Dara seraya menepis pelan tangan Reza.

"Nungguin Adik gadis gue, lah. Mana tenang gue tidur, sedangkan Adik gue masih keluyuran sama cowok malem-malem gini." Reza mendengkus kesal.

Dara perlahan tersenyum. Gadis itu menepuk pundak Reza beberapa kali. "Makasih, ya. Ternyata, gini ya punya rasanya punya sodara."

"Iya-Iya, gak usah lebay. Sana masuk kamar, ganti baju, terus tidur. Nanti gue bikinin Teh manis, gak usah protes." Reza beranjak. Kemudian, ia menarik Dara agar segera melaksanakan perintahnya.

Dara akhirnya memilih masuk ke dalam kamarnya dan memilih untuk berganti baju.

Setelah itu, ia memilih duduk di kursi belajar seraya menatap tembok yang bahkan baru sebentar foto Langit menempel di sana.

Dara tersenyum tipis. "Gue tau Langit anak baik. Dia juga sayang banget sama Bokapnya. Yang pasti, cepat atau lambat hubungan gue sama Langit selanjutnya pasti gak akan baik-baik aja."

Tring

Dara mencari ponselnya di tas. Setelah bertemu, ia melihat nama Langit di sana.

Langit : Dar, gue minta maaf atas nama Papa. Please jangan marah sama gue, jangan jauhin gue, gue gak tahu kalau kejadiannya bakal kayak gini. Gue gak bisa loh Dar kalau harus jauh-jauhan sama lo:(

Langit : Gue bingung, Dar. Gue gak tahu harus gimana. Gue mau sama lo, tapi gue juga gak bisa lawan Papa. Tapi serius, gue gak akan balik sama Sonya kok. Lo tahu sendiri gue udah gak ada perasaan apapun sama dia. Tapi ….

Langit Dara [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang