"Tor, minjem motor, dong. Gue mau nganter Dara pulang, nanti malem gue balikin deh."
Tora mengangguk. Cowok itu memberikan kunci motornya pada Langit.
Langit tersenyum senang. Setelah itu, ia beranjak. "Ayo, Dar!"
"Udah kuat bawa motor, emang?" Dara menatap Langit.
Langit berdecak pelan. Cowok itu menganggukkan kepalanya mengisyaratkan bahwa dirinya baik-baik saja.
"Yaudah." Dara beranjak. Dia menatap ke arah Melly yang masih diam di tempatnya. "Pulang sama siapa, Mel?"
"Gue—"
"Pandu? Du, anterin Melly, dong!"
Wajah Melly terasa panas kala Dara dengan santainya menyuruh Pandu. Dara tertawa pelan melihatnya.
Danu langsung beranjak. "Ayo, Mel. Si Pandu mau berak dulu. Dia kalau mengeluarkan sesuatu dari dalam perutnya itu, harus pake teknik. Lama."
Raut wajah Melly seketika berubah menjadi murung. Namun, gadis itu akhirnya beranjak juga. "Gak ngerepotin, Nu?"
"Enggak, kok."
Langit merangkul Dara, cowok itu tersenyum ke arah teman-temannya. "Gue balik dulu, ya! Ayo, Dar."
Dara memilih mengikuti langkah Langit. Keduanya berjalan beriringan menuju pintu keluar.
Setelah sampai di parkiran, Langit tidak langsung naik. Cowok itu menatap wajah Dara lekat dengan tubuh yang bersandar pada body motor milik Tora. "Kok pacar gue cantik banget, sih?"
"Berapa cewek nih yang lo gituin?" Dara mengangkat sebelah alisnya.
Langit tersenyum sangat manis. "Banyak. Setiap cewek yang jadi pacar gue, gue gituin. Tapi, lo doang yang gak mempan, Dar."
Dara tertawa. Tangannya terulur menepuk pundak Langit. "Ayo, Om."
"Mau ke mana, Neng? Nanti kalau udah naik motor, Om jangan lupa dipeluk, ya?"
"Kenapa, tuh, Om?"
"Biar Om gak kedinginan. Om kan butuh kehangatan, apalagi kehangatan kasih sayang Neng Dara." Langit mencolek dagu Dara seraya tertawa.
Setelah itu, Langit memilih naik ke atas motornya. Dara pun ikut serta naik ke sana.
"Ayang, peluk!" Langit merengek seperti anak kecil. Namun, tak urung ia juga tertawa dengan kelakuannya sendiri.
"Apaan sih, Lang. Jalan cepetan."
"Cie, gak sabaran banget mau jalan sama Pacarnya." Langit tertawa lagi.
Akhirnya, ia melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Saat di perjalanan, Langit tak henti-hentinya tersenyum menatap wajah manis kekasihnya di balik kaca spion.
Sedangkan Dara, dia sibuk melihat ke arah jalanan.
"Dara, udah move on belum dari Bang Cakra?"
Dara diam beberapa saat. "Belum, Lang."
Langit menghela napasnya. Namun, setelahnya, ia tersenyum lebar. "Oke, berarti usaha gue kurang maksimal."
Dara yang menyadari ada raut sedih dari balik senyum itu, langsung melingkarkan lengannya di perut cowok itu.
Pipinya bersandar pada bahu tegap milik Langit. "Lang, gue mungkin belum bisa lupain Cakra sepenuhnya. Tapi, gue juga gak akan mungkin balik lagi sama masa lalu yang udah nyakitin gue nyaris setiap harinya. Kalaupun suatu hari nanti Cakra minta balikkan sama gue, gue gak akan terima dia kok."

KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Dara [End]
Teen FictionBahkan, hubungan yang awalnya baik-baik saja pun akan berubah tanpa pernah diminta, disadari, dan diharapkan. Kehadiran orang-orang baru di lingkungannya, akan membuat mereka lupa pada lingkungan lama yang pernah ia tempati juga. Setelah orang itu h...