Dara keluar dari dalam kelasnya. Saat itu juga, ia mendapati Cakra dan juga Sonya yang tengah berdiri di depannya.
Saat Dara akan melangkah pergi, Cakra mencengkal pergelangan tangan Dara. "Dar," panggilnya.
Dara menatap tangannya yang dicengkal dan juga Cakra secara bergantian.
"Pulang bareng, ya?" ajak Cakra lembut.
Dara melirik ke arah Sonya. "Gak usah, gue bawa motor," ucap Dara seraya menatap ke arah Cakra kembali.
"Motor lo bisa dianter sama temen gue. Lo pulang sama gue, ya?"
"Nanti gue duduk di belakang, lo sama Sonya di depan?" tanya Dara seraya tertawa miris.
Cakra melirik ke arah Sonya sebentar. Kemudian, ia menatap Dara lagi. "Lo kan tau Sonya gak bisa duduk di belakang."
"Terus, urusan gue?" Dara menarik tangannya dengan kasar. Di saat Dara sedang marah pada Cakra pun, cowok itu masih sempat-sempatnya mementingkan Sonya.
Dara memilih melangkah pergi meninggalkan koridor dengan langkah cepat.
Saat sampai di motornya, Dara mengusap air matanya pelan. Gadis itu hendak menyalakan mesin motornya. Namun, ia merasa pergerakan seseorang naik di jok belakang.
"Jalan, Mbak!" Satu tepukan di bahu Dara, cukup membuat gadis itu mengenali suaranya.
Langit. Cowok itu tersenyum menatap Dara lewat kaca spion.
"Turun, Lang."
"Enggak mau."
"Lang, gue bilang turun!"
"Enggak mau, Dara. Anter gue pulang, ya? Gue males balik bareng Cakra."
Dara menghela napasnya. Gadis itu akhirnya pasrah dan memilih melajukan motornya dengan Langit yang duduk di boncengan.
Selama perjalanan, cowok itu tak henti-hentinya menganggu Dara. Dia bahkan tak ada malunya menyapa Ibu-Ibu yang mengendarai motor ketika berhenti di lampu merah.
"Dar, lihat muka gue lewat spion."
Dara meliriknya. Dara sontak tertawa melihat wajah Langit yang dibuat sok imut dengan bibir yang ia majukan ke depan.
"Lang! Apaan, sih? Gue lagi nyetir, gak lucu kalau kita nyusruk gara-gara ketawa," kata Dara.
"Iya juga, ya? Eh, Dar! Nyetir yang bener." Langit menepuk pundak Dara beberapa kali.
Langit diam-diam tersenyum melihat Dara yang akhirnya bisa tertawa. Ia tahu betul suasana hati Dara saat ini.
Langit tentunya menyaksikan percakapan antara Dara dan juga Cakra, tadi. Karna, Langit posisinya memang belum keluar dari dalam kelas saat itu.
Motor Dara berhenti tepat di depan pekarangan rumah milik Cakra dan juga Langit.
Langit turun. Cowok itu merapikan rambutnya. Kemudian, dengan rusuh Langit melihat ke arah spion. "Gila, Dar!" Langit memekik histeris.
"Apaan, sih?"
"Gue ganteng banget!" sambung Langit.
Dara mendorong pundak cowok itu dengan kesal. Apa-apaan cowok itu? Membuat Dara kaget saja.
Langit menoleh menatap Dara, ia tersenyum. "Makasih udah anter gue pulang."
Tin! Tin! Tin!
Suara klakson di belakang Dara berbunyi dengan tidak santai. Dara dan juga Langit menoleh, di sana, Mobil milik Cakra berhenti.
Namun, Dara bisa melihat jelas wajah datar Cakra yang tertera jelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Dara [End]
Teen FictionBahkan, hubungan yang awalnya baik-baik saja pun akan berubah tanpa pernah diminta, disadari, dan diharapkan. Kehadiran orang-orang baru di lingkungannya, akan membuat mereka lupa pada lingkungan lama yang pernah ia tempati juga. Setelah orang itu h...