Dara memejamkan matanya menahan rasa kesal saat dengan sengaja, seseorang menghalangi langkahnya dengan kaki yang sengaja diselonjorkan hingga ia hampir terjatuh.
Di belakang sana, Sonya tersenyum sinis dengan satu alis terangkat. Gadis itu berdiri, kemudian berjalan ke arah Dara. "Mau jatuh, ya? Kasihan."
Dara berdecak. Gadis itu hendak melangkah pergi, malas melayani. Namun, Sonya sepertinya tidak menyerah. "Eh, gimana rasanya pacaran sama Adiknya mantan?"
"Gimana rasanya tunangan sama Abangnya mantan, disaat dia masih cowok orang?" Dara berbalik dan tersenyum miring ke arah Sonya.
Sonya mengepalkan tangannya. Gadis itu hendak melayangkan tamparan ke arah Dara.
Namun sayangnya, niat gadis itu gagal kala seseorang menahan tangan gadis itu dari arah belakang. "Wes, apa-apaan, nih? Pagi-pagi udah mau main gampar-gamparan? Mendingan pok ame-ame sama gue sini!"
Danu, Pandu, dan juga Tora. Tangan yang menahan Sonya adalah tangan Danu. Sedangkan Pandu dan juga Tora, saat ini sudah berdiri di samping Dara.
"Dar, lo gak papa?" tanya Pandu.
"Gak papa, santai."
Sonya menarik tangannya agar terlepas dari Danu. Setelahnya, gadis itu memilih pergi meninggalkan mereka di koridor.
"Lo punya masalah apa sama Kak Sonya?" tanya Pandu.
"Gak ada. Gue duluan, ya. Makasih udah nolongin," ujar Dara memilih pergi meninggalkan Danu, Pandu, dan juga Tora.
Saat ia melangkahkan kakinya menaiki anak tangga, langkahnya terhenti akibat seseorang menghalangi jalannya.
Dara lagi dan lagi berdecak kesal. "Dar," panggil orang itu.
"Kenapa?"
"Buru-buru banget, ya?"
Dara menatap cowok itu tanpa menjawab. Dia, Cakra. Menatap Dara dengan sorot yang menunjukan jelas bahwa dirinya merindukan gadis itu.
Gadis yang dulu pernah mengisi hatinya, namun ia abaikan keberadaannya.
"Sibuk, ya? Yaudah, semoga hari lo menyenangkan." Cakra tersenyum dan memilih melangkah pergi meninggalkan Dara.
Dara diam, tidak berbalik untuk menatap Cakra, tidak juga melanjutkan langkahnya untuk menuju kelas.
"Inget Langit, Dar." Dara mengingatkan dirinya sendiri.
Akhirnya, ia memilih melanjutkan langkahnya menuju kelas. Saat dirinya sudah memasuki ruang kelas, Dara memilih duduk di kursi biasanya.
Di sana, sudah ada Melly yang duduk seorang diri dengan buku novel yang menemaninya. "Fokus amat, Mel."
"Eh, Dar." Melly sontak menutup buku novelnya dan menatap ke arah Dara.
"Lanjutin aja kali."
"Enggak ah, nanti aja. Eh iya, tadi kak Cakra ke sini, Dar. Tapi gak masuk kelas, cuman berdiri di depan pintu sambil lihat ke meja lo gitu. Terus, pas gue tegur, eh malah pergi."
Dara menghela napasnya. Gadis itu mengedikan bahunya tak acuh. "Tadi ketemu sama gue, kok."
"Lo gak ada niatan balikan sama dia kan, Dar?"
"Enggak. Gue ada Langit. Masa iya gue ninggalin orang yang udah berusaha bikin gue bahagia, demi orang yang udah pernah nyakitin gue?"
***
Langit menghentikan laju motornya di kawasan parkiran. Cowok itu melepas helm, kemudian memilih berjalan ke arah kelasnya.
Untungnya, Langit tidak jatuh sakit lagi. Kemarin, dirinya langsung meminum obat dan beristirahat setelah pulang dari rumah Dara.
![](https://img.wattpad.com/cover/262736765-288-k426875.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Dara [End]
Genç KurguBahkan, hubungan yang awalnya baik-baik saja pun akan berubah tanpa pernah diminta, disadari, dan diharapkan. Kehadiran orang-orang baru di lingkungannya, akan membuat mereka lupa pada lingkungan lama yang pernah ia tempati juga. Setelah orang itu h...