Dara melipat kedua tangannya di depan dada. Gadis itu menatap tembok yang dulunya dipenuhi oleh foto Cakra, kini diganti dengan foto Langit dan foto-foto Dara semasa kecil.
Gadis itu tersenyum. Kemudian, ia memilih duduk di tepi kasur dan meraih ponselnya.
Senyumnya perlahan pudar kala dirinya tak menemukan satu pun pesan masuk dari Langit.
Ada apa dengan cowok itu? Tidak biasanya dia begini.
Kemudian, ia kembali teringat pada saat di mana dirinya bertatapan dengan Cakra sore tadi.
Dara menghela napasnya pelan. Apa Langit marah?
Tapi … kenapa? Bahkan, Dara sudah memilih Langit sepenuhnya. Itu artinya, sebesar apapun rasanya pada Cakra, Dara akan tetap bertahan pada Langit.
Mungkin, memang benar Dara belum melupakan Cakra sepenuhnya. Tapi Dara juga tidak bisa bohong jika dirinya bahagia bersama Langit sekarang.
Segala luka yang dulu diberikan oleh Cakra, kini telah berganti menjadi tawa bahagia yang diciptakan oleh Langit.
Di saat dulu dirinya tak pernah punya waktu untuk berbicara perihal masalahnya pada Cakra, Langit mengulurkan tangan padanya dan siap menjadi penompang untuk Dara.
Dara menyayangi Langit. Walau hanya sebatas itu, tapi Dara yakin lambat laun dirinya pasti bisa melupakan Cakra dan mulai mencintai Langit.
Walau pun rasanya masih sangat sesak ketika ia melihat Cakra. Ketika ia bertingkah layaknya Adik kelas yang hanya sekedar 'kenal'. Tapi Dara akan membiasakan itu, dan Dara hanya belum terbiasa saja.
Apa cowok itu masih khawatir? Apa Langit masih khawatir dirinya akan kembali pada Cakra?
Dara akhirnya memilih mencari nama Langit. Kemudian, ia mengirim cowok itu pesan untuk memulai percakapan mereka malam hari ini sebelum mereka larut dalam mimpi dan terbangun esok pagi.
Dara : Tumben, nih …
Dara : biasanya, jam segini udah bikin hp gue geter-geter. Sekarang sepi banget, lo marah ya?
Dara : kalau marah, ngomong dong … gue minta maaf, deh ….
Dara memilih mengalihkan pandangannya menatap kamar sembari menunggu balasan dari Langit.
Kemudian, gadis itu tersenyum lebar dan memilih beranjak. Mencari aplikasi kamera di ponsel, kemudian mengambil gambar dinding kamarnya.
Dara : (mengirim foto)
Dara : Bagus gak, sih? Maaf nih, ngambil foto di Instagram sembarangan. Sebenernya gabut doang, eh malah bagus
Tring!
Dara tertawa tat kala pesannya langsung dibalas. Apa harus begitu dulu biar langsung dibalas?
Langit : Dar … tadinya gue lagi galau. Mau ngambek, mau menjauh dulu. Eh, lo malah ngirim ginian, hati gue yang recehan ini kan, langsung berdetak tak karuan gitu
Langit : Tapi … ngomong-ngomong, gue ganteng banget ya. Pantesan lo mau sama gue
Dara tersenyum tipis. Namun, apa katanya? Menjauh? Apa alasan Langit ingin menjauh darinya?
Dara : menjauh? Maksudnya?
Dara : Narsis banget sih, amit-amit. Jangan sampe deh punya keturunan tingkat PDnya sama kayak lo
Langit : Gimana ya bilangnya. Malu, euy! Tapi gue kan udah biasa malu-maluin. Yaudah, gue jujur.
Langit : Gue cemburu … tadi sore, lo natap Bang Cakra kayak minta dihalalin sama dia. Kan gue … merasa jadi penghalang perasaan lo ke dia, Dar….
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Dara [End]
Teen FictionBahkan, hubungan yang awalnya baik-baik saja pun akan berubah tanpa pernah diminta, disadari, dan diharapkan. Kehadiran orang-orang baru di lingkungannya, akan membuat mereka lupa pada lingkungan lama yang pernah ia tempati juga. Setelah orang itu h...
![Langit Dara [End]](https://img.wattpad.com/cover/262736765-64-k426875.jpg)