Part 23

32.6K 3.9K 231
                                    

"Jadi, kemarin tuh gue disuruh sama si Danu buat ambil mangga muda di pohon punya tetangga dia. Katanya udah izin, Yaudah gue berani manjat. Eh, ternyata si Danu bohong. Yang punya pohon keluar, gue di pukulin pake gagang sapu …."

"Terus gue Nyusuk. Nih lihat, idung gue sama kening gue, indah banget kan pakai plester gini." Pandu menunjuk hidungnya yang saat ini mengenakan plester.

Yang dibicarakan, malah asik memperhatikan dengan tangan yang ia lipat di depan dada.

"Yaudah sih, kan udah kejadian juga. Gak usah diungkit-ungkit, lah. Katanya temen, gitu doang dendam," jawab Danu.

Pandu mengambil buku dan ia gulung dengan cepat. Kemudian, ia daratkan pada kepala Danu dengan kesal. "Enteng banget mulut lo, Nu."

Tadi, saat Langit baru saja sampai ke kelas, Pandu langsung menceritakan perihal mengapa hidung dan keningnya mengenakan plester.

Danu mengedikan bahunya tak acuh dan memilih mengabaikan pandu.

"Tor, kerja sama sama gue, yuk! Kita jual si Danu. Kalau gak laku, buang aja ke kali ciliwung. Kesel banget gue punya temen kayak dia." Rupanya Pandu masih belum selesai dengan kekesalannya.

Tora menggeleng. "Enggak, ah. Lo aja sana. Gue masih betah kok temenan sama Danu. Kalau lo gak betah, lo aja sana yang jual diri ke tukang loak. Kalau gak laku, nyeburin diri aja ke kali Ciliwung. Gue juga udah kesel soalnya punya temen kayak lo."

Pandu membelakan matanya. Cowok itu mengusap dadanya pelan, "Sabar gue mah sabar!" teriaknya kesal.

Langit menepuk pundak Pandu beberapa kali. "Sabar, Du, Sabar. Tapi …."

"Tapi gue yakin lo pasti mau dukung gue, kan? Ah, Langit, temen gue paling best nih!"

Langit menggeleng. "Enggak, maksud gue. Tapi, apa kata Tora bener. Lo mendingan nyeburin diri ke kali ciliwung aja, sana."

Raut wajah Pandu yang tadinya ceria kini berubah menjadi datar. Tidak Danu, tidak Tora, sekarang … Langit juga ikut-ikutan?!

Tora, Langit, dan Danu tengah bertos ria seraya menertawakan Pandu. Sedangkan Pandu, masih misuh-misuh tak terima karena dirinya dikucilkan begini.

Cowok itu mengalihkan pandangannya ke arah bangku Dara. Tatapannya tak sengaja bertemu dengan tatapan Melly.

Gadis itu tersenyum. Pandu membelakkan matanya dan langsung melompat ke belakang Danu. "Asstagfirullahalazim, gue cowok baik-baik, Neng. Gak mau pacaran gue, gak mau!"

Danu, Tora, dan juga Langit yang tadinya asik tertawa, kini mengerutkan alis mereka bersamaan.

"Lo kenapa, Maemunah?" tanya Tora.

Pandu menarik napasnya pelan.  "Nu, hampura yeuh aing, masa si Melly senyum ke gue. Lo kan pacar dia, bilangin lah gak usah senyum-senyum sama gue! Selain gak mau pacaran, gue juga gak mau jadi tukang tikung teman!" bisik Pandu.

Danu sontak saja langsung menatap ke arah Melly. Gadis itu terlihat langsung mengalihkan pandangan ke depan.

Cowok itu mengepalkan tangannya kesal. Kemudian, tanpa sepatah kata pun, Danu langsung beranjak dan melangkah pergi ke arah luar.

"Lah, Nu, mau ke mana?" teriak Langit yang diabaikan oleh Danu.

***

Jam istirahat, adalah jam di mana murid-murid berbondong-bondong ke arah kantin.

Begitupun dengan Dara. Gadis itu saat ini, duduk di kursi kantin bersama Pandu.

Langit masih melaksanakan tugas untuk mengantar buku paket ke perpustakaan bersama Tora.

Langit Dara [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang