Langit menatap orang-orang di yang saat ini ikut serta mengantarnya. Di antara mereka, ada Dara juga. Dia berdiri berdampingan dengan Saddam.
Langit menghela napasnya. Sudah satu minggu berlalu, namun ia masih merasa hatinya sakit mengingat saat di mana orang-orang tersenyum dan bersorak bahagia ketika Dara menerima Saddam.
Tapi Langit sadar, ini kesalahannya. Ini juga yang harus dia terima. Ini bahkan tidak sebanding dengan apa yang sudah Langit lakukan pada Dara.
Saddam begitu hebat, bisa membuat orang tua Dara memberi restu begitu cepat.
Langit mundur, bukan semata-mata karena dia menyerah. Jika diteruskan, yang ada Dara akan semakin susah untuk lupa segala kenangan buruk yang pernah terjadi karena Langit.
Dara juga berhak bahagia. Dan kebahagiaan Dara sekarang, bukan Langit.
"Makasih ya udah anter gue," kata Langit menatap ke arah teman-temannya dan juga Cakra.
"Nu, lo gak ada niatan baikan sama gue sebelum gue berangkat?" tanya Langit menatap ke arah Danu yang tengah melipat kedua tangannya di depan dada.
Cowok itu membuang arah pandangnya. "Enggak."
"Yeu! Dosa lo musuhan lama-lama!" kata Pandu seraya menunjuk pandu layaknya seorang Ibu tengah memarahi anaknya.
"Yaudah, gue maapin," jawab Danu.
Langit tertawa pelan. Cowok itu langsung merangkul bahu Danu dan juga Pandu. "Gue masih sahabat kalian kan?"
"Kalau lo tobat terus enggak lupa diri kayak kemarin-kemarin, lo masih sahabat gue. Kalau masih kayak gitu, gak usahlah! Ngapain!" kata Danu.
"Cees gue balik!" Tora langsung memeluk Pandu, Langit, dan juga Danu secara bersamaan.
"Lang, nanti kalau pulang, kalau lo masih niat jadi bagian dari Danu Cees, harus dateng ke toko Paramelada twins Cees! Beli kaosnya juga!" kata Pandu.
Tora menyor kening Pandu. "Promosi teros!"
"Paramelada twins?" tanya Langit heran.
"Artinya apaan?"
"Ya enggak ada, sih." Pandu tertawa keras.
Merasa teman-temannya tidak tertawa, dia berdehem pelan. "Gue gak lucu ya?"
"Enggak."
Pandu menendang tulang kering Tora dengan kesal. Dia menatap ke arah teman-temannya yang tengah memasang wajah datar.
"Pandu, Tora, Melly, Langit, Dara, danu."
Langit menatap Pandu, cowok itu langsung menatap teman-temannya yang lain secara bergantian. "Biar gimana pun, lo tetep bagian dari persahabatan kita, Lang. Makannya nama lo gue sisipin."
"Belajar yang bener, Lang. Biar bisa dapet cewek yang lebih galak dari Dara." Tora menepuk pundak Langit beberapa kali.
Cowok itu beralih menatap ke arah Dara yang tengah tersenyum ke arahnya.
Langit membalas senyuman itu.
"Pesawat gue bentar lagi berangkat. Gue masuk ya?" ujar Langit pamit pada teman-temannya.
Pandu, Tora, Danu, dan juga Langit kembali berpelukan untuk terakhir kalinya.
Setelah itu, Langit beralih berjalan ke arah Anara. "Belajar yang bener lo, Nar." Langit menepuk puncak kepala Anara.
Anara mencebikkan bibirnya menahan tangis. "Gak tau ah! Jangan nanya sama gue!" Anara memang paling heboh saat Langit memberi tahu dirinya akan melanjutkan pendidikan di Amsterdam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Dara [End]
Teen FictionBahkan, hubungan yang awalnya baik-baik saja pun akan berubah tanpa pernah diminta, disadari, dan diharapkan. Kehadiran orang-orang baru di lingkungannya, akan membuat mereka lupa pada lingkungan lama yang pernah ia tempati juga. Setelah orang itu h...