Part 25

32.9K 3.6K 440
                                    

Langit, Dara, Danu, Pandu, Tora dan Melly. Mereka saat ini tengah berkeliling di super market untuk membeli bahan kue yang dibutuhkan.

Keenamnya terlihat sibuk dan sesekali melempar candaan kala menemukan barang yang mereka perlukan.

"Kuaci enak, nih! Eh, Lang di rumah lo ada PS gak?" tanya Pandu seraya mengangkat dua bungkus kuaci di tangannya.

Langit yang awalnya sibuk melihat harga gula pasir, langsung menatap ke arah Pandu. Jempol tangannya ia angkat, "Aman," jawabnya.

"Bokap lo pulang kapan, Lang?" tanya Danu menyahut.

"Katanya sih nanti malem baru nyampe."

Di saat yang lain sibuk berbelanja, lain halnya dengan Tora. Cowok itu dengan kurang ujarnya malah merayu pegawai super market yang tengah menyusun barang di rak.

"Kamu tau, gak? Aku bisa nyanyi loh," ucap Tora.

Melly yang melihat aksi Tora,  langsung menyikut lengan Dara dan mengkode gadis itu lewat matanya.

Dara sontak saja langsung menatap ke arah Tora.

"Ada hati yang termanis dan penuh cinta,
Tentu saja kan ku balas seisi jiwa.
Tiada lagi, tiada lagi yang ganggu kita.
Ini ke sungguhan, sungguh aku Sayang kamu …."

Pegawai supermarket yang umurnya ditaksir sekitar 18 atau 19 tahun itu menatap ke arah Tora. Kemudian, ia beranjak dan memilih pergi meninggalkannya.

"Asstagfirullah, gue ditinggal," gumam Tora seraya menatap pegawai supermarket itu.

Dara dan Melly langsung menyemburkan tawa mereka. Tora yang mendengar itu, langsung menoleh dan membelakkan matanya.
"Ngapain di situ?!" tanya Tora kaget.

"Lihatin yang ngegombal, tapi gagal." Dara langsung berlalu dan memilih kembali ke tempat Danu, Pandu, dan juga Langit.

Tora menggaruk tengkuknya yang tidak gatal saat Melly masih tertawa dengan anggunnya di sana.

"Ketawanya biasa aja, Mel. Lo cantik, kalau gue naksir berabe," ujar Tora.

***

Sesampainya di rumah Langit, mereka langsung berbagi tugas.

Melly, Danu, dan Tora bagian membuat kue. Sedangkan sisanya, memasak.

Untungnya, dapur Di rumah Langit sangat luas. Sehingga, mereka leluasa untuk bergerak.

"Dar, gue udah cocok jadi master limbad, kan?" tanya Pandu seraya mengoseng bumbu di wajan.

Dara mengerutkan alisnya, "Master Limbad?"

"Iya, yang itu loh, yang jurinya chef Juna, sama calon Isteri gue Chef Renata," jawab Pandu.

Langit yang awalnya sibuk membuat bumbu untuk ikan, langsung mendongak. "Master chef, Aa Pandu," sahut Langit.

Pandu memicingkan matanya. "Lah? Terus Master Limbad, jurinya siapa?" tanya Pandu heran.

"Bapak lu!" sahut Danu kesal.

"Danu! Itu yang bener masukin tepungnya. Dikit-dikit," kesal Melly yang tengah mengocok adonan kue menggunakan mixer.

Danu mencubit pipi Melly. "Iya sayang. Ini dikit-dikit, galak banget sih, heran."

"Idih, sayang-sayangan. Kayak gorengan jatoh lo pake di sayangin," sahut Pandu seraya memasukan ayam yang sudah di goreng ke dalam wajan yang sudah terisi bumbu yang matang.

"Sirik aja lo Anak Emak."

Pandu mengangkat sebelah alisnya. "Emang gue anak Emak. Emangnya lo? Dasar anak kerbau!"

Langit Dara [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang